Showing posts with label Teman. Show all posts
Showing posts with label Teman. Show all posts

Tuesday, April 21, 2015

Pesta Di Pulau Terpencil

Judi Slot Pake Pulsa

Streaming Film xxi Gratis

Teman - Hallo sahabat Cerita Mesum terbaru 2019, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Teman, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Belia, Artikel Cerita, Artikel Perselingkuhan, Artikel Pesta Sexs, Artikel Teman, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Pesta Di Pulau Terpencil
link : Pesta Di Pulau Terpencil

Baca juga


Teman


cerita dewasa
Pesta Seks di Pulau Terpencil. Teman2ku, Sintia dan Dina mengajak aku ke pulau, nginep semalem. Mereka akan membawa pasangan masing2, sedang aku gak punya pasangan. “Nanti di pulau ada senior trainer untuk snorkeling dan diving, orangnya 40an, ganteng dan tegap badannya. Tipe kamu banget deh Nes. Kamu bisa partneran sama dia”, kata Dina. “Iya, kalo gak aku bengong, sedang kalian berdua asik dengan pasangan masing2″, jawabku. Ketika di Marina Ancol setelah makan siang, aku dikenalkan Dina dengan mas Anto, trainer yang dia sebutkan itu. Orangnya ganteng juga dan perawakannya tegap, maklumlah untuk olahraga air seperti itu perlu stamina yang tinggi, apalagi dia harus mengajari orang yang akan melakukan diving, kalo snorkeling katanya relatif mudah. “Mas, staf pulau ya”, kataku membuka pembicaraan, ketika speedboat meluncur meninggalkan Marina. “Oh enggak, aku hanya bantu pulau untuk acara diving dan snorkeling. Kalo ada permintaan, pulau akan kontak aku. Ines senang diving?” “Belon pernah mas, susah ya kalo mo diving. Temenku juga pada belon pernah diving”. “Kalo gitu kita snorkeling aja, gak susah kok, cuma ngambang sambil menikmati panorama bawah laut. Di pulau ada lokasi yang sangat indah untuk snorkeling. Kalo mau diving sedikit sambil snorkeling juga bisa, gak dalem kok lautnya”. “Kalo diving kan butuh peralatan, mas”. “Gak usah, dilokasi snorkeling lautnya gak dalem, tahan napas sebentar bisa kok nyilem sedikit. Nanti deh aku ajari”. Cuaca sangat cerah, laut sepertinya tanpa ombak sehingga perjalanan menuju ke pulau tanpa hambatan apa2. Sesampai di pulau ke 2 temanku langsung cek in ke cottage masing2 dengan pasangannya. Kami mendapatkan cottage yang terapung di laut, letaknya agak berjauhan. Aku dapat cottage yang paling menjorok ke laut. Segera aku cuma mengenakan bikini ku karena mas Anto sudah menunggu untuk snorkeling. Mas Anto membelalak melihat bodiku yang tertutup bikini yang minim itu. Toketku seakan mau tumpah dari bra bikiniku yang aga kekecilan. “Nes kamu seksi amat”. Aku hanya tersenyum mendengarnya. Dia memberiku kacamata snorkeling yang ada perati untuk bernapas. aku gak tau ke2 temanku lagi ngapain sama pasangannya. Mula2 kita latihan dulu di kolam renang untuk membiasakan diri dengan kacamata snorkeling itu dan sepatu kataknya. “Kamu mau diving sedikit gak Nes, kalo mau gak usah pake pelampung”. “Iya deh mas, mau. Gak dalem kan lautnya”. “Temen2 kamu gak mau ikutan snorkeling”. “Gak tau pada kemana, kalo udah sama cowoknya masing2 ya asik sendiri lah, Ines sama mas aja, gak punya cowok sih”. “Masak sih, kamu kan cantik, seksi lagi, masak gak ada cowok yang mau, aku aja mau kok”. Dia mulai menggodaku. Aku hanya tersenyum mendengar celetukan usilnya. Kami mulai latihan di kolam renang. Setelah aku terbiasa dengan kaca mata itu, aku diajaknya ke lokasi diantar dengan speedboat pulau. Sampai dilokasi, aku langsung nyebur ke laut ditemani mas Anto, sedang speedboat kembali ke pulau, dijanjikan akan dijemput lagi setelah kami puas ber snorkeling. Pemandangan bawah airnya indah sekali, jauh lebih indah katimbang ngeliat di akuarium laut. Tidak puas hanya snorkeling saja, mas Anto mengajakku sedikit diving. Aku diajarinya sebentar untuk bagaimana menahan napas, kemudian kami menyelam. Aku bisa lebih dekat dengan objek yang kulihat dari permukaan. Karena gak bisa menahan napas lama, sebentar2 aku harus kepermukaan untuk menahan napas. Tapi menyenangkanlah bersama mas Anto di laut. Mas Antopun mulai usil, beberapa kali toketku sengaja digesek dengan lengannya. Aku kembali tersenyum membiarkan. Dia makin berani, toketku malah dirabanya. “Nes, kamu napsuin deh”, katanya to the point. “Masak sih mas napsu ngeliat Ines”. “Iya lah Nes, toket kamu montok banget, aku pengen ngeremes jadinya”, katanya sambil langsung meremes toketku. “Mas…”, keluhku. “Tuh yang jemput sudah dateng”. Aku gak tau berapa lama, kita main2 dilaut, tapi kayanya matahari sudah condong ke barat ketika kami sampai di pulau. Mas Anto mengajakku ke kolam renang lagi untuk main air. Di kolam renang, Dina dan Sintia sedang main air juga dengan pasangannya masing2, mereka juga pake bikini yang seksi. Terutama Dina yang toketnya paling besar dari kami bertiga. Cowoknya tanpa sungkan meremas2 toket Dina, Dina hanya cekikikan aja. Juga Sintia yang diremas2 oleh cowoknya. Karena kami ke pulau ketika week day, maka di pulau tidak ada tamu lain selain kita. “Darimana Nes”, tanya Sintia. “Aku snorkeling sama mas Anto, asik deh”. “Kok gak ngajak2″, protes Dina. “Aku nunggu kalian gak keluar2 dari cottage, makanya ditinggal. Tapi kalo ada kalia malah mengganggu aku dan mas Anto”. Kami main2 dikolam sampe lewat magrib, mas Antopun dengan napsunya meremas2 toketku terus. Aku membalas dengan meremas kon tolnya. Terasa kon tolnya sudah keras sekali dibalik celana pendek gombrongnya. Yang mengejutkanku ukurannya, terasa besar sekali dan panjang, kon tol kesukaanku. “Mas besar sekali”, bisikku. “Mau ngerasain Nes, belon pernah ya ngerasain yang besar seperti punyaku”, jawabnya sambil berbisik juga. Karena sudah gelap, kami balik ke cottage masing2, mas Anto ikut ke cottageku walaupun pulau menyediakan kamar untuknya diperumahan staf. Dia duduk saja di teras yang menghadap ke laut, sementara aku mandi. Aku mengenakan celana super pendek dan bra bikini. Dia tetap saja memakai celana gombrongnya walaupun basah. Kita langsung menuju ke ruang makan karena perut sudah keroncongan. Kami makan malem sembari ngobrol dan becanda2. Mas Anto mengelus2 pahaku terus. Paha kukangkangkan. Aku jadi menggeliat2 karena rabaannya pada paha bagian dalam, “Aah”, erangku, karena napsuku mulai naik. “Kenapa Nes, napsu ya”, katanya. “Tangan mas nakal sih”, kataku terengah. “Abis kamu napsuin sih”, jawabnya dengan tetap ngelus2 pahaku, elusannya makin lama makin naik ke atas. Kini tangannya mulai meraba dan meremes no nokku dari luar celana pendekku, Aku semakin terangsang karena ulahnya, “Aku jadi napsu nih”, bisikku. Baiknya temen2ku sudah selesai makan dan ngajak karaokean. Aku terbebas dari elusan mas Anto. Di ruang karaoke, kami nyanyi2 bergantian. Bosen karaoke, mas Anto minta dvd sama operator karaoke dan memutarnya, ternyata film biru. Asiknya ceweknya tampang melayu, cowoknya bule. Mereka maennya di kolam renang. Mulai dari ngelus, ngeremes, ngemut sampe akhirnya ngenjot dalam berbagai posisi. Mas anto kembali menggerayangi toketku. Kulihat temen2ku sudah tenggelam dalam pelukan pasangannya masing2. Gak lama kemudian Dina keluar ruang, diikuti dengan Sintia. Pastinya mereka akan meneruskan acara di cottage masing2. Mas Anto berbisik, “Kekamar aja yuk Nes”. Aku ikut saja ketika tanganku ditariknya, sambil berpelukan kita menuju ke cottageku. Di cottage, mas Anto membereskan teras, dipan yang ada diteras dihampari selimut sebagai alas. Dia mengambil bantal dari kamar dan mematikan lampu teras. Suasana reman2 karena hanya disinari lampu dari kamar. Romantis sekali suasananya karena hanya terdengar demburan ombak dan terasa sekali2 ada angin membelai badan. Aku berbaring di dipan yang sempit sehingga agak berdesakan dengan mas Anto. Dia terus meremas-remas gundukan di selangkanganku. Aku merespon dengan gerakan pinggulku yang menekan-nekan tangannya. Perlahan-lahan celana pendekku dilbukanya, aku mengangkat pantatku supaya celana itu mudah dilepaskan. Terasa jarinya mulai menelusuri CDku. Dia meremas kembali gundukan yang kini hanya terlindung oleh cd. Kemudian jarinya menguak cdku dari samping. Jari tengahnya dengan trampil mencari belahan no nokku. Jari tengahnya mulai menelusuri kehangatan sekaligus kelembaban di balik jembut keritingku yang lebat. Sampai akhirnya mendarat di i tilku. Daging kecil itu sudah mengeras. Dia segera berkosentrasi pada bagian itu. Aku tidak mampu menahan kenikmatan akibat gelitikan jarinya di i tilku. Aku makin erat memeluknya dan dia makin intensif memainkan jariku di i tilku. Aku tidak bisa memperkirakan berapa lama jarinya bermain di i tilku. Akhirnya aku mengejang. Aku nyampe. “Mas, belum apa2 Ines dah nyampe. Hebat ih permainan jarinya mas. Apalagi kon tol mas ya”, kataku terengah. Dia mengangkangkan pahaku dan terasa hembusan napasnya yang hangat di pahaku. Dia mulai menjilati pahaku, dari bawah bergerak perlahan keatas sambil digigit2nya pelan. Aku menggigil menahan geli saat lidahnya menyelisuri pahaku. “Mas pinter banget ngerangsang Ines, udah biasa ngerangsang cewek ya”, kataklu terengah. CD ku yang minim itu dengan mudah dilepasnya, demikian pula bra bikiniku dan tak lama kemudian terasa lidahnya menghunjam ke no nokku yang sudah sangat basah. Aku hanya pasrah saja atas perlakuannya, aku hanya bisa mengerang karena rangsangan pada no nokku itu. Lidahnya menyusup ke dalam no nokku dan mulai bergerak keatas. Aku makin mengejang ketika dia mulai menjilati i tilku. “Ines sudah pengen dien tot”, aku mengerang saking napsunya. Dia menghentikan aksinya, kemudian memelukku dan mencium bibirku dengan napsunya. Lidahnya menerobos bibirku dan mencari lidahku, segera aku bereaksi yang sama sehingga lidah kami saling membelit didalam mulutku. Pelukannya makin erat. Terasa ada sesuatu yang mengganjal diperutku, kon tolnya rupanya sudah ngaceng berat. Tangannya mulai bergerak kebawah, meremas pantatku, sedang tangan satunya masih ketat mendekapku. Aku menggelinjang karena remasan dipantatku dan tekanan kon tolnya yang ngaceng itu makin terasa diperutku. “Aah”, lenguhku sementara bibirku masih terus dikulumnya dengan penuh napsu juga. Lidahnya kemudian dikeluarkan dari mulutku, bibirku dijilati kemudian turun ke daguku. Tangannya bergeser dari pantatku ke arah no nokku, “Aah”, kembali aku mengerang ketika jarinya mulai mengilik no nokku. Lidahnya mengarah ke leherku, dijilatinya sehingga aku menggeliat2 kegelian. Sementara itu jarinya mulai mengelus2 no nokku yang sudah sangat basah itu dan kemudian kembali menjadikan i tilku sasaran berikutnya. Digerakkannya jarinya memutar menggesek i tilku. Aku menjadi lemes dipelukannya. “Nes, jembut kamu lebat sekali, gak heran napsu kamu gede banget. Dikilik sebentar aja udah basah begini, padahal baru nyampe”, katanya sambil mengangkangkan pahaku lagi. Dia membuka celananya, sekaligus dengan cdnya. Ternyata kon tolnya besar dan panjang, berdiri tegak karena sudah ngaceng berat. Aku ditariknya bangun kemudian disuruh menelungkup ditembok teras. Dia memposisikan dirinya dibelakangku, punggungku didorong sedikit sehingga aku menjadi lebih nungging. Pahaku digesernya agar lebih membuka. Aku menggelinjang ketika merasa ada menggesek2 no nokku. no nokku yang sudah sangat licin itu membantu masuknya kon tol besarnya dengan lebih mudah. Kepala kon tolnya sudah terjepit di no nokku. Terasa sekali kon tolnya sesek mengganjal di selangkanganku. “Aah, gede banget kon tol mas”, erangku. Mas Anto diam saja, malah terus mendorong kon tolnya masuk pelan2. Aku menggeletar ketika kon tolnya masuk makin dalam. Nikmat banget rasanya kemasukan kon tolnya yang besar itu. Pelan2 dia menarik kon tolnya keluar dan didorongnya lagi dengan pelan juga, gerakan keluar masuk kon tolnya makin cepat sehingga akhirnya dengan satu hentakan kon tolnya nancep semua di no nokku. “Aah, enak banget kon tol mas”, jeritku. “No nokmu juga peret banget Nes. Baru sekali aku ngerasain no nok seperet no nokmu”, katanya sambil mengenjotkan kon tolnya keluar masuk no nokku. “Huh”, dengusku ketika terasa kon tolnya nancep semua di no nokku. Terasa biji pelernya menempel ketat di pantatku. No nokku terasa berdenyut meremes2 kon tolnya yang nancep dalem sekali karena panjangnya. Tangannya yang tadinya memegang pinggulku mulai meremes toketku dengan gemesnya. Aku menjadi menggelinjang karenanya, sementara itu enjotan keluar masuk kon tolnya makin dipercepat. Tubuhku makin bergetar merasakan gesekan kon tolnya di no nokku. “Enak , enjotin yang keras, aah, nikmatnya”, erangku gak karuan. Keluar masuknya kon tolnya di no nokku makin lancar karena cairan no nokku makin banyak, seakan menjadi pelumas kon tolnya. Dia menelungkup dibadanku dan mencium kudukku. Aku menjadi menggelinjang kegelian. Pinter banget dia merangsang dan memberi aku nikmat yang luar biasa. Toketku dilepaskannya dan tangannya menarik wajahku agar menengok ke belakang, kemudian bibirku segera diciumnya dengan napsunya. Lidahnya kembali menyusup kedalam mulutku dan membelit lidahku. Tangannya kembali meneruskan tugasnya meremes2 toketku. Sementara itu, kon tolnya tetep dienjotkan keluar masuk dengan cepat dan keras. Jembutnya yang kasar dan lebat itu berkali2 menggesek pantatku ketika kon tolnya nancep semuanya di no nokku. Aku menjadi mengerang keenakan berkali2, ini menambah semangatnya untuk makin mgencar mengenjot no nokku. Pantatku mulai bergerak mengikuti irama enjotan kon tolnya. Pantatku makin cepat bergerak maju mundur menyambut enjotan kon tolnya sehingga rasanya kon tolnya nancep lebih dalem lagi di no nokku. “Terus , enjot yang keras, aah nikmat banget deh dien tot mas”, erangku. Dia makin seru saja mengenjot no nokku dengan kon tolnya. Aku tersentak. Perutku terasa kejang menahan kenikmatan yang luar biasa. Bibirku kembali dilumatnya, aku membalas melumat bibirnya juga, sementara gesekan kon tolnya pada no nokku tetep saja terjadi. Akhirnya aku tidak dapat menahan rangsangan lebih lama, no nokku mengejang dan “Ines nyampe aah”, teriakku. no nokku berdenyut hebat mencengkeram kon tolnya sehingga akhirnya, kon tolnya mengedut mengecretkan pejunya sampe 5 semburan. Terasa banget pejunya yang anget menyembur menyirami no nokku. Kon tolnya terus dienjotkan keluar masuk seiring ngecretnya pejunya. Napasku memburu, demikian juga napasnya. “Nes, gak apa2 kan aku ngecret didalem no nok kamu”, katanya. “Gak apa2 kok mas, Ines punya obat biar gak hamil”. Kon tolnya terlepas dari jepitan no nokku sehingga terasa pejunya ikut keluar mengalir di pahaku. Dia segera berbaring didipan. “Nes, nikmat banget deh no nok kamu, peret dan empotannya kerasa banget”, katanya. “Mas sudah sering ngen totin abg ya, ahli banget bikin Ines nikmat. “, jawabku sambil menelentangkan badanku disebelahnya. “Paling sama customer yang ngundang aku ke pulau seperti kamu gini. Ya aku milih yang bag lah, kalo sepantaran aku mana asik”, jawabnya. Mas Anto bangun dan masuk kamar mandi. Dia rupanya sedang membersihkan dirinya karena sejak abis berenang di laut dia belum mandi, sementara aku masih saja telentang di dipan menikmati sisa2 kenikmatan yang baru saja aku rasakan. Dia keluar dari kamar mandi, duduk disampingku yang terkapar telanjang bulat. “Kamu bener2napsuin deh Nes, toket kamu gede dan kenceng, mana pentilnya gede lagi”, katanya. Aku hanya tersenyum mendengar ocehannya. “Aku paling suka liat jembut kamu, lebat banget sih. Aku paling napsu ngeliat cewek kayak kamu ini, toketnya gede kenceng dan jembutnya lebat, nikmat banget dien totnya,” katanya lagi. Dia berbaring disebelahku dan memelukku, “Nes, aku pengen lagi deh”, katanya. Aku kaget juga dengernya, baru aja ngecret udah napsu lagi, tapi aku suka lelaki kaya begini, udah kon tolnya gede dan panjang, kuat lagi ngen totnya. Dia mulai menciumi leherku dan lidahnya menjilati leherku. Aku menggelinjang dan mulai terangsang juga. Bibirku segera diciumnya, lidahnya kembali menyusup kedalam mulutku dan membelit lidahku. Sementara itu tangannya mulai meremes2 toketku dengan gemes. Dia melepaskan bibirku tetapi lidahnya terus saja menjilati bibirku, daguku, leherku dan akhirnya toketku. Pentilku yang sudah mengeras dijilatinya kemudian diemutnya dengan rakus. Aku menggeliat2 karena napsuku makin memuncak juga. “Aah, mas napsu banget sih, tapi aku suka banget”, erangku. Toketku yang sebelah lagi diremes2nya dengan gemes. Jari2nya menggeser kebawah, keperutku, Puserku dikorek2nya sehingga aku makin menggelinjang kegelian. Akhirnya jembutku dielus2nya, tidak lama karena kemudian jarinya menyusup melalui jembutku mengilik2 no nokku. Pahaku otomatis kukangkangkan untuk mempermudah dia mengilik no nokku. “Aah”, aku melenguh saking nikmatnya. Dia membalik posisinya sehingga kepalanya ada di no nokku, otomatis kon tolnya yang sudah ngaceng ada didekat mukaku. Sementara dia mengilik no nok dan i tilku dengan lidahnya, kon tolnya kuremes dan kukocok2, keras banget kon tolnya. Kepalanya mulai kujilati dan kuemut pelan, lidahnya makin terasa menekan2 i tilku sehingga pantatku terangkat dengan sendirinya. Enggak lama aku mengemut kon tolnya sebab dia segera membalikkan badannya dan menelungkup diatasku, kon tolnya ditancapkannya di no nokku dan mulai ditekennya masuk kedalam. Setelah nancep semua, mas Anto mulai mengenjotkan kon tolnya keluar masuk dengan cepat dan keras. Bibirku kembali dilumatnya dengan penuh napsu, sementara itu terasa banget kon tolnya mengisi seluruh ruang no nokku sampe terasa sesek. Nikmat banget ngen tot sama dia. Aku menggeliat2kan pantatku mengiringi enjotan kon tolnya itu. Cukup lama dia mengenjotkan kon tolnya keluar masuk, tiba2 dia berhenti dan mencabut kon tolnya dari no nokku. Dia turun dari dipan dan duduk di kursi yang ada didekat dipan, aku dimintanya untuk duduk dipangkuannya mengangkang diantara kedua kakinya. Dia memelukku dengan erat. Aku sedikit berdiri supaya dia bisa mengarahkan kon tolnya yang masih ngaceng itu masuk ke no nokku. Aku menurunkan badanku sehingga sedikit2 kon tolnya mulai ambles lagi di no nokku. Aku menggeliat merasakan nikmatnya kon tolnya mendesak masuk no nokku sampe nancep semuanya. Jembutnya menggesek jembutku dan biji pelernya terasa menyenggol2 pantatku. Aku mulai menaik turunkan badanku mengocok kon tolnya dengan no nokku. Dia mengemut pentilku sementara aku aktif bergerak naik turun. Nikmat banget, kayanya lebih nikmat dari tadi. “Aah, enak banget deh, lebih nikmat dari yang tadi”, erangku sambil terus menurun naikkan badanku mengocok kon tolnya yang terjepit erat di no nokku. No nokku mulai berdenyut lagi meremes2 kon tolnya, gerakanku makin liar, aku berusaha menancepkan kon tolnya sedalam2nya di no nokku sambil mengerang2. Tangannya memegang pinggulku dan membantu agar aku terus mengocok kon tolnya dengan no nokku. Aku memeluk lehernya supaya bisa tetep mengenjot kon tolnya, denyutan no nokku makin terasa kuat, dia juga melenguh saking nikmatnya, “Nes, empotan no nokmu kerasa banget deh, mau deh aku ngen tot ama kamu tiap hari”. Akhirnya aku gak bisa menahan rangsangan lebih lama dan “Ines nyampe, aah”, teriakku dan kemudian aku terduduk lemas dipangkuannya. Hebatnya dia belum ngecret juga, kayanya ronde kedua membuat dia bisa ngen tot lebih lama. “Cape Nes”, tanyanya tersenyum sambil terus memelukku. “He eh”, jawabku singkat. Pelan mas anto mengangkat badanku dari pangkuannya sehingga aku berdiri, kon tolnya lepas dari jepitan no nokku. kon tolnya masih keras dan berlumuran cairan no nokku. Kembali aku dimintanya nungging didipan, doyan banget dia dengan doggie style. Aku sih oke aja dengan gaya apa saja karena semua gaya juga nikmat buat aku. Dia menjilati kudukku sehingga aku menggelinjang kegelian, perlahan jilatannya turun ke punggung. Terus turun ke pinggang dan akhirnya sampe dipinggulku. Otot perutku terasa tertarik karena rangsangan jilatan itu. Mulutnya terus menjilati, yang menjadi sasaran sekarang adalah pantatku, diciuminya dan digigitnya pelan. Apalagi saat lidahnya mulai menyapu daerah sekitar lubang pantatku. Geli rasanya. Jilatannya turun terus kearah no nokku, kakiku dikangkangkannya supaya dia bisa menjilati no nokku dari belakang. Aku lebih menelungkup sehingga pantatku makin menungging dan no nokku terlihat jelas dari belakang. Dia menjilati no nokku, sehingga kembali aku berteriak2 minta segera dien tot, “nakal deh mas, ayo dong Ines cepetan dien totnya”. Dia berdiri dan memposisikan kon tolnya dibibir no nokku dan dienjotkannya kedalam dengan keras sehingga nancep semua dengan sekali enjotan. Dia mulai mengenjot no nokku dengan kon tolnya, makin lama makin cepat. Aku kembali menggeliat2kan pantatku mengimbangi enjotan kon tolnya dino nokku. Jika dia mengejotkan kon tolnya masuk aku mendorong pantatku kebelakang sehingga menyambut kon tolnya supaya nancep sedalam2nya di no nokku. Toketku berguncang2 ketika dia mengenjot no nokku. Dia meremes2 toketku dan memlintir2 pentilnya sambil terus mengenjotkan kon tolnya keluar masuk. “Terus mas, nikmat banget deh”, erangku lagi. Enjotan berjalan terus, sementara itu aku mengganti gerakan pantatku dengan memutar sehingga efeknya seperti meremes kon tolnya. Dengan gerakan memutar, i tilku tergesek kon tolnya setiap kali dia mengenjotkan kon tolnya masuk. Denyutan no nokku makin terasa keras, diapun melenguh, “Nes, nikmat banget empotan no nok kamu”. Akhirnya kembali aku kalah, aku nyampe lagi dengan lenguhan panjang, “Aah nikmatnya, Ines nyampeee”. Otot perutku mengejang dan aku ambruk ke dipan karena lemesnya. Aku ditelentangkan di dipan dan segera mas Anto menaiki tubuhku yang sudah terkapar karena lemesnya. Pahaku dikangkangkannya dan segera dia menancapkan kembali kon tolnya di no nokku. Kon tolnya dengan mudah meluncur kedalam sehingga nancep semuanya karena no nokku masih licin karena cairan yang berhamburan ketika aku nyampe. Dia mulai mengenjotkan lagi kon tolnya keluar masuk. Hebat sekali staminanya, kayanya gak ada matinya ni orang. Aku hanya bisa terkapar menikmati sisa kenikmatan dan rangsangan baru dari enjotan kon tolnya. Dia terus mengejotkan kon tolnya dengan cepat dan keras. Dia kembali menciumi bibirku, leherku dan dengan agak membungkukkan badan dia mengemut pentilku. Sementara itu enjotan kon tolnya tetap berlangsung dengan cepat dan keras. Aku agak sulit bergerak karena dia agak menindih badanku, keringatku sudah bercampur aduk dengan keringatnya. Enggak tau sudah berapa lama dia mengen toti ku sejak pertama tadi. Dia menyusupkan kedua tangannya kepunggungku dan menciumku lagi. Kon tolnya terus saja dienjotkan keluar masuk. Perutku mengejang lagi, aku heran juga kok aku cepet banget mau nyampe lagi dien tot dia. Aku mulai menggeliatkan pantatku, kuputar2 mengimbangi enjotan kon tolnya. No nokku makin mengedut mencengkeram kon tolnya, pantatku terkadang terangkat menyambut enjotannya yang keras, sampe akhirnya, “terus mas, yang cepet, Ines udah mau nyampe lagi”, teriakku. Dia dengan gencarnya mengenjotkan kon tolnya keluar masuk dan, “Aah Ines nyampe lagi”, aku berteriak keenakan. Berbarengan dengan itu terasa sekali semburan pejunya yang kuat di no nokku. Diapun ngecret dan ambruk diatas badanku. Kami sama2 terkulai lemes, lebih2 aku karena aku udah nyampe 3 kali sebelum dia akhirnya ngecret dino nokku. ” Mas kuat banget deh ngen totnya, mana lama lagi. Nikmat banget ngen tot ama mas. Kapan mas ngen totin Ines lagi”, kataku. Dia tersenyum mendengar sanjunganku. “Kalo ada kesempatan ya aku sih mau aja ngen totin kamu. No nok kamu yang paling nikmat dari semua cewek yang pernah aku en tot”, jawabnya memuji. Kita pindah kedalem kamar. Aku terkapar telanjang karena nikmat dan tak lama lagi tertidur. Paginya aku terbangun karena mas Anto memelukku. Kayanya sarapan pagi bakalan ngerasain kon tolnya lagi keluar masuk no nokku. “Nes, aku pengen ngerasain empotan no nok kamu lagi ya, boleh kan”, katanya. Dia lalu berbaring telentang di ranjang, lalu aku mulai jongkok di atasnya dan menciumi nya, tangannya mengusap-usap punggungku. Bibirnya kukulum, “Hmmmhh… hmmhhh…” dia mendesah-desah. Setelah puas melumat bibir dan lidahnya, aku mulai bergerak ke bawah, menciumi dagunya, lalu lehernya. Kuciumi dadanya. “Hmmmhhh… aduh Nes enak ..” rintihnya. Dia terus mendesah sementara aku mulai menciumi perutnya, lalu pusarnya, sesekali dia berteriak kecil kegelian. Akhirnya , kon tolnya yang sudah ngaceng berat kupegang dan kukocok2, “Ahhhhh… Hhhh….Hmmhmh… Ohhh …” dia cuman bisa mendesah doang. Kon tolnya langsung kukenyot-kenyot, sementara dia meemas-remas rambutku saking enaknya, “Ehmm… Ehmm…” Mungkin sekitar 5 menitan aku ngemut kon tolnya, kemudian aku bilang, “sekarang giliran mas yach?” Dia cuma tersenyum, lalu bangkit sedangkan aku sekarang yang ganti tiduran. Dia mulai nyiumin bibirku, kemudian leherku sementara tangannya meraba-raba toketku dan diremasnya. “Hmhmhhm… Hmhmhmh…” ganti aku yang mendesah keenakan. Apalagi ketika dia menjilati pentilku yang tebal dan berwarna coklat tua. Setelah puas melumat pentilku bergantian, dia mulai menjilati perutku. Dia langsung menciumi no nokku dengan penuh napsu, otomatis pahaku mengangkang supaya dia bisa mudah menjilati no nok dan i tilku. “Ahh.. Ahhhh…” aku mengerang dan mendesah keras keenakan. Sesekali kudengar “slurrp… slurrp…” dia menyedot no nokku yang sudah mulai basah itu. “Ahhhh… Enak …”, desahan ku semakin keras saja karena merasa nikmat, seakan tidak peduli kalau terdengar orang di luar. Napsuku sudah sampe ubun2, dia kutarik untuk segera menancapkan kon tol besarnya di no nokku yang sudah gatel sekali rasanya, pengen digaruk pake kon tol. Pelan-pelan dia memasukkan kon tolnya ke dalam no nokku. dengan satu enjotan keras dia menancapkan seluruh kon tolnya dalam no nokku. “Uh… uhhh….aahh…nikmat banget” desahku ketika dia mulai asyik menggesek-gesekkan kon tolnya dalam no nokku. Aku menggoyang pinggulku seirama dengan keluar masuknya kon tolnya di no nokku. Dia mempercepat gerakannya. Gak lama dienjot aku sudah merasa mau nyampe, “Ah…Ines sepertinya mau… ahhh…” dia malah mempergencar enjotan kon tolnya dino nokku, “Bareng nyampenya ya Nes, aku juga dah mau ngecret”, katanya terengah. Enjotan kon tolnya makin cepat saja, sampe akhirnya, “Ines nyampe aah”, badanku mengejang karena nikmatnya, terasa no nokku berdenyut2 meremas kon tolnya sehingga diapun menyodokkan kon tolnya dengan keras, “Nes, aku ngecret aah”, terasa semburan pejunya yang deres dino nokku. Dia terkapar lemes diatas badanku, demikian pula aku. Habis makan pagi, kita siap2 untuk kembali ke Marina


cerita dewasa
Pesta Seks di Pulau Terpencil. Teman2ku, Sintia dan Dina mengajak aku ke pulau, nginep semalem. Mereka akan membawa pasangan masing2, sedang aku gak punya pasangan. “Nanti di pulau ada senior trainer untuk snorkeling dan diving, orangnya 40an, ganteng dan tegap badannya. Tipe kamu banget deh Nes. Kamu bisa partneran sama dia”, kata Dina. “Iya, kalo gak aku bengong, sedang kalian berdua asik dengan pasangan masing2″, jawabku. Ketika di Marina Ancol setelah makan siang, aku dikenalkan Dina dengan mas Anto, trainer yang dia sebutkan itu. Orangnya ganteng juga dan perawakannya tegap, maklumlah untuk olahraga air seperti itu perlu stamina yang tinggi, apalagi dia harus mengajari orang yang akan melakukan diving, kalo snorkeling katanya relatif mudah. “Mas, staf pulau ya”, kataku membuka pembicaraan, ketika speedboat meluncur meninggalkan Marina. “Oh enggak, aku hanya bantu pulau untuk acara diving dan snorkeling. Kalo ada permintaan, pulau akan kontak aku. Ines senang diving?” “Belon pernah mas, susah ya kalo mo diving. Temenku juga pada belon pernah diving”. “Kalo gitu kita snorkeling aja, gak susah kok, cuma ngambang sambil menikmati panorama bawah laut. Di pulau ada lokasi yang sangat indah untuk snorkeling. Kalo mau diving sedikit sambil snorkeling juga bisa, gak dalem kok lautnya”. “Kalo diving kan butuh peralatan, mas”. “Gak usah, dilokasi snorkeling lautnya gak dalem, tahan napas sebentar bisa kok nyilem sedikit. Nanti deh aku ajari”. Cuaca sangat cerah, laut sepertinya tanpa ombak sehingga perjalanan menuju ke pulau tanpa hambatan apa2. Sesampai di pulau ke 2 temanku langsung cek in ke cottage masing2 dengan pasangannya. Kami mendapatkan cottage yang terapung di laut, letaknya agak berjauhan. Aku dapat cottage yang paling menjorok ke laut. Segera aku cuma mengenakan bikini ku karena mas Anto sudah menunggu untuk snorkeling. Mas Anto membelalak melihat bodiku yang tertutup bikini yang minim itu. Toketku seakan mau tumpah dari bra bikiniku yang aga kekecilan. “Nes kamu seksi amat”. Aku hanya tersenyum mendengarnya. Dia memberiku kacamata snorkeling yang ada perati untuk bernapas. aku gak tau ke2 temanku lagi ngapain sama pasangannya. Mula2 kita latihan dulu di kolam renang untuk membiasakan diri dengan kacamata snorkeling itu dan sepatu kataknya. “Kamu mau diving sedikit gak Nes, kalo mau gak usah pake pelampung”. “Iya deh mas, mau. Gak dalem kan lautnya”. “Temen2 kamu gak mau ikutan snorkeling”. “Gak tau pada kemana, kalo udah sama cowoknya masing2 ya asik sendiri lah, Ines sama mas aja, gak punya cowok sih”. “Masak sih, kamu kan cantik, seksi lagi, masak gak ada cowok yang mau, aku aja mau kok”. Dia mulai menggodaku. Aku hanya tersenyum mendengar celetukan usilnya. Kami mulai latihan di kolam renang. Setelah aku terbiasa dengan kaca mata itu, aku diajaknya ke lokasi diantar dengan speedboat pulau. Sampai dilokasi, aku langsung nyebur ke laut ditemani mas Anto, sedang speedboat kembali ke pulau, dijanjikan akan dijemput lagi setelah kami puas ber snorkeling. Pemandangan bawah airnya indah sekali, jauh lebih indah katimbang ngeliat di akuarium laut. Tidak puas hanya snorkeling saja, mas Anto mengajakku sedikit diving. Aku diajarinya sebentar untuk bagaimana menahan napas, kemudian kami menyelam. Aku bisa lebih dekat dengan objek yang kulihat dari permukaan. Karena gak bisa menahan napas lama, sebentar2 aku harus kepermukaan untuk menahan napas. Tapi menyenangkanlah bersama mas Anto di laut. Mas Antopun mulai usil, beberapa kali toketku sengaja digesek dengan lengannya. Aku kembali tersenyum membiarkan. Dia makin berani, toketku malah dirabanya. “Nes, kamu napsuin deh”, katanya to the point. “Masak sih mas napsu ngeliat Ines”. “Iya lah Nes, toket kamu montok banget, aku pengen ngeremes jadinya”, katanya sambil langsung meremes toketku. “Mas…”, keluhku. “Tuh yang jemput sudah dateng”. Aku gak tau berapa lama, kita main2 dilaut, tapi kayanya matahari sudah condong ke barat ketika kami sampai di pulau. Mas Anto mengajakku ke kolam renang lagi untuk main air. Di kolam renang, Dina dan Sintia sedang main air juga dengan pasangannya masing2, mereka juga pake bikini yang seksi. Terutama Dina yang toketnya paling besar dari kami bertiga. Cowoknya tanpa sungkan meremas2 toket Dina, Dina hanya cekikikan aja. Juga Sintia yang diremas2 oleh cowoknya. Karena kami ke pulau ketika week day, maka di pulau tidak ada tamu lain selain kita. “Darimana Nes”, tanya Sintia. “Aku snorkeling sama mas Anto, asik deh”. “Kok gak ngajak2″, protes Dina. “Aku nunggu kalian gak keluar2 dari cottage, makanya ditinggal. Tapi kalo ada kalia malah mengganggu aku dan mas Anto”. Kami main2 dikolam sampe lewat magrib, mas Antopun dengan napsunya meremas2 toketku terus. Aku membalas dengan meremas kon tolnya. Terasa kon tolnya sudah keras sekali dibalik celana pendek gombrongnya. Yang mengejutkanku ukurannya, terasa besar sekali dan panjang, kon tol kesukaanku. “Mas besar sekali”, bisikku. “Mau ngerasain Nes, belon pernah ya ngerasain yang besar seperti punyaku”, jawabnya sambil berbisik juga. Karena sudah gelap, kami balik ke cottage masing2, mas Anto ikut ke cottageku walaupun pulau menyediakan kamar untuknya diperumahan staf. Dia duduk saja di teras yang menghadap ke laut, sementara aku mandi. Aku mengenakan celana super pendek dan bra bikini. Dia tetap saja memakai celana gombrongnya walaupun basah. Kita langsung menuju ke ruang makan karena perut sudah keroncongan. Kami makan malem sembari ngobrol dan becanda2. Mas Anto mengelus2 pahaku terus. Paha kukangkangkan. Aku jadi menggeliat2 karena rabaannya pada paha bagian dalam, “Aah”, erangku, karena napsuku mulai naik. “Kenapa Nes, napsu ya”, katanya. “Tangan mas nakal sih”, kataku terengah. “Abis kamu napsuin sih”, jawabnya dengan tetap ngelus2 pahaku, elusannya makin lama makin naik ke atas. Kini tangannya mulai meraba dan meremes no nokku dari luar celana pendekku, Aku semakin terangsang karena ulahnya, “Aku jadi napsu nih”, bisikku. Baiknya temen2ku sudah selesai makan dan ngajak karaokean. Aku terbebas dari elusan mas Anto. Di ruang karaoke, kami nyanyi2 bergantian. Bosen karaoke, mas Anto minta dvd sama operator karaoke dan memutarnya, ternyata film biru. Asiknya ceweknya tampang melayu, cowoknya bule. Mereka maennya di kolam renang. Mulai dari ngelus, ngeremes, ngemut sampe akhirnya ngenjot dalam berbagai posisi. Mas anto kembali menggerayangi toketku. Kulihat temen2ku sudah tenggelam dalam pelukan pasangannya masing2. Gak lama kemudian Dina keluar ruang, diikuti dengan Sintia. Pastinya mereka akan meneruskan acara di cottage masing2. Mas Anto berbisik, “Kekamar aja yuk Nes”. Aku ikut saja ketika tanganku ditariknya, sambil berpelukan kita menuju ke cottageku. Di cottage, mas Anto membereskan teras, dipan yang ada diteras dihampari selimut sebagai alas. Dia mengambil bantal dari kamar dan mematikan lampu teras. Suasana reman2 karena hanya disinari lampu dari kamar. Romantis sekali suasananya karena hanya terdengar demburan ombak dan terasa sekali2 ada angin membelai badan. Aku berbaring di dipan yang sempit sehingga agak berdesakan dengan mas Anto. Dia terus meremas-remas gundukan di selangkanganku. Aku merespon dengan gerakan pinggulku yang menekan-nekan tangannya. Perlahan-lahan celana pendekku dilbukanya, aku mengangkat pantatku supaya celana itu mudah dilepaskan. Terasa jarinya mulai menelusuri CDku. Dia meremas kembali gundukan yang kini hanya terlindung oleh cd. Kemudian jarinya menguak cdku dari samping. Jari tengahnya dengan trampil mencari belahan no nokku. Jari tengahnya mulai menelusuri kehangatan sekaligus kelembaban di balik jembut keritingku yang lebat. Sampai akhirnya mendarat di i tilku. Daging kecil itu sudah mengeras. Dia segera berkosentrasi pada bagian itu. Aku tidak mampu menahan kenikmatan akibat gelitikan jarinya di i tilku. Aku makin erat memeluknya dan dia makin intensif memainkan jariku di i tilku. Aku tidak bisa memperkirakan berapa lama jarinya bermain di i tilku. Akhirnya aku mengejang. Aku nyampe. “Mas, belum apa2 Ines dah nyampe. Hebat ih permainan jarinya mas. Apalagi kon tol mas ya”, kataku terengah. Dia mengangkangkan pahaku dan terasa hembusan napasnya yang hangat di pahaku. Dia mulai menjilati pahaku, dari bawah bergerak perlahan keatas sambil digigit2nya pelan. Aku menggigil menahan geli saat lidahnya menyelisuri pahaku. “Mas pinter banget ngerangsang Ines, udah biasa ngerangsang cewek ya”, kataklu terengah. CD ku yang minim itu dengan mudah dilepasnya, demikian pula bra bikiniku dan tak lama kemudian terasa lidahnya menghunjam ke no nokku yang sudah sangat basah. Aku hanya pasrah saja atas perlakuannya, aku hanya bisa mengerang karena rangsangan pada no nokku itu. Lidahnya menyusup ke dalam no nokku dan mulai bergerak keatas. Aku makin mengejang ketika dia mulai menjilati i tilku. “Ines sudah pengen dien tot”, aku mengerang saking napsunya. Dia menghentikan aksinya, kemudian memelukku dan mencium bibirku dengan napsunya. Lidahnya menerobos bibirku dan mencari lidahku, segera aku bereaksi yang sama sehingga lidah kami saling membelit didalam mulutku. Pelukannya makin erat. Terasa ada sesuatu yang mengganjal diperutku, kon tolnya rupanya sudah ngaceng berat. Tangannya mulai bergerak kebawah, meremas pantatku, sedang tangan satunya masih ketat mendekapku. Aku menggelinjang karena remasan dipantatku dan tekanan kon tolnya yang ngaceng itu makin terasa diperutku. “Aah”, lenguhku sementara bibirku masih terus dikulumnya dengan penuh napsu juga. Lidahnya kemudian dikeluarkan dari mulutku, bibirku dijilati kemudian turun ke daguku. Tangannya bergeser dari pantatku ke arah no nokku, “Aah”, kembali aku mengerang ketika jarinya mulai mengilik no nokku. Lidahnya mengarah ke leherku, dijilatinya sehingga aku menggeliat2 kegelian. Sementara itu jarinya mulai mengelus2 no nokku yang sudah sangat basah itu dan kemudian kembali menjadikan i tilku sasaran berikutnya. Digerakkannya jarinya memutar menggesek i tilku. Aku menjadi lemes dipelukannya. “Nes, jembut kamu lebat sekali, gak heran napsu kamu gede banget. Dikilik sebentar aja udah basah begini, padahal baru nyampe”, katanya sambil mengangkangkan pahaku lagi. Dia membuka celananya, sekaligus dengan cdnya. Ternyata kon tolnya besar dan panjang, berdiri tegak karena sudah ngaceng berat. Aku ditariknya bangun kemudian disuruh menelungkup ditembok teras. Dia memposisikan dirinya dibelakangku, punggungku didorong sedikit sehingga aku menjadi lebih nungging. Pahaku digesernya agar lebih membuka. Aku menggelinjang ketika merasa ada menggesek2 no nokku. no nokku yang sudah sangat licin itu membantu masuknya kon tol besarnya dengan lebih mudah. Kepala kon tolnya sudah terjepit di no nokku. Terasa sekali kon tolnya sesek mengganjal di selangkanganku. “Aah, gede banget kon tol mas”, erangku. Mas Anto diam saja, malah terus mendorong kon tolnya masuk pelan2. Aku menggeletar ketika kon tolnya masuk makin dalam. Nikmat banget rasanya kemasukan kon tolnya yang besar itu. Pelan2 dia menarik kon tolnya keluar dan didorongnya lagi dengan pelan juga, gerakan keluar masuk kon tolnya makin cepat sehingga akhirnya dengan satu hentakan kon tolnya nancep semua di no nokku. “Aah, enak banget kon tol mas”, jeritku. “No nokmu juga peret banget Nes. Baru sekali aku ngerasain no nok seperet no nokmu”, katanya sambil mengenjotkan kon tolnya keluar masuk no nokku. “Huh”, dengusku ketika terasa kon tolnya nancep semua di no nokku. Terasa biji pelernya menempel ketat di pantatku. No nokku terasa berdenyut meremes2 kon tolnya yang nancep dalem sekali karena panjangnya. Tangannya yang tadinya memegang pinggulku mulai meremes toketku dengan gemesnya. Aku menjadi menggelinjang karenanya, sementara itu enjotan keluar masuk kon tolnya makin dipercepat. Tubuhku makin bergetar merasakan gesekan kon tolnya di no nokku. “Enak , enjotin yang keras, aah, nikmatnya”, erangku gak karuan. Keluar masuknya kon tolnya di no nokku makin lancar karena cairan no nokku makin banyak, seakan menjadi pelumas kon tolnya. Dia menelungkup dibadanku dan mencium kudukku. Aku menjadi menggelinjang kegelian. Pinter banget dia merangsang dan memberi aku nikmat yang luar biasa. Toketku dilepaskannya dan tangannya menarik wajahku agar menengok ke belakang, kemudian bibirku segera diciumnya dengan napsunya. Lidahnya kembali menyusup kedalam mulutku dan membelit lidahku. Tangannya kembali meneruskan tugasnya meremes2 toketku. Sementara itu, kon tolnya tetep dienjotkan keluar masuk dengan cepat dan keras. Jembutnya yang kasar dan lebat itu berkali2 menggesek pantatku ketika kon tolnya nancep semuanya di no nokku. Aku menjadi mengerang keenakan berkali2, ini menambah semangatnya untuk makin mgencar mengenjot no nokku. Pantatku mulai bergerak mengikuti irama enjotan kon tolnya. Pantatku makin cepat bergerak maju mundur menyambut enjotan kon tolnya sehingga rasanya kon tolnya nancep lebih dalem lagi di no nokku. “Terus , enjot yang keras, aah nikmat banget deh dien tot mas”, erangku. Dia makin seru saja mengenjot no nokku dengan kon tolnya. Aku tersentak. Perutku terasa kejang menahan kenikmatan yang luar biasa. Bibirku kembali dilumatnya, aku membalas melumat bibirnya juga, sementara gesekan kon tolnya pada no nokku tetep saja terjadi. Akhirnya aku tidak dapat menahan rangsangan lebih lama, no nokku mengejang dan “Ines nyampe aah”, teriakku. no nokku berdenyut hebat mencengkeram kon tolnya sehingga akhirnya, kon tolnya mengedut mengecretkan pejunya sampe 5 semburan. Terasa banget pejunya yang anget menyembur menyirami no nokku. Kon tolnya terus dienjotkan keluar masuk seiring ngecretnya pejunya. Napasku memburu, demikian juga napasnya. “Nes, gak apa2 kan aku ngecret didalem no nok kamu”, katanya. “Gak apa2 kok mas, Ines punya obat biar gak hamil”. Kon tolnya terlepas dari jepitan no nokku sehingga terasa pejunya ikut keluar mengalir di pahaku. Dia segera berbaring didipan. “Nes, nikmat banget deh no nok kamu, peret dan empotannya kerasa banget”, katanya. “Mas sudah sering ngen totin abg ya, ahli banget bikin Ines nikmat. “, jawabku sambil menelentangkan badanku disebelahnya. “Paling sama customer yang ngundang aku ke pulau seperti kamu gini. Ya aku milih yang bag lah, kalo sepantaran aku mana asik”, jawabnya. Mas Anto bangun dan masuk kamar mandi. Dia rupanya sedang membersihkan dirinya karena sejak abis berenang di laut dia belum mandi, sementara aku masih saja telentang di dipan menikmati sisa2 kenikmatan yang baru saja aku rasakan. Dia keluar dari kamar mandi, duduk disampingku yang terkapar telanjang bulat. “Kamu bener2napsuin deh Nes, toket kamu gede dan kenceng, mana pentilnya gede lagi”, katanya. Aku hanya tersenyum mendengar ocehannya. “Aku paling suka liat jembut kamu, lebat banget sih. Aku paling napsu ngeliat cewek kayak kamu ini, toketnya gede kenceng dan jembutnya lebat, nikmat banget dien totnya,” katanya lagi. Dia berbaring disebelahku dan memelukku, “Nes, aku pengen lagi deh”, katanya. Aku kaget juga dengernya, baru aja ngecret udah napsu lagi, tapi aku suka lelaki kaya begini, udah kon tolnya gede dan panjang, kuat lagi ngen totnya. Dia mulai menciumi leherku dan lidahnya menjilati leherku. Aku menggelinjang dan mulai terangsang juga. Bibirku segera diciumnya, lidahnya kembali menyusup kedalam mulutku dan membelit lidahku. Sementara itu tangannya mulai meremes2 toketku dengan gemes. Dia melepaskan bibirku tetapi lidahnya terus saja menjilati bibirku, daguku, leherku dan akhirnya toketku. Pentilku yang sudah mengeras dijilatinya kemudian diemutnya dengan rakus. Aku menggeliat2 karena napsuku makin memuncak juga. “Aah, mas napsu banget sih, tapi aku suka banget”, erangku. Toketku yang sebelah lagi diremes2nya dengan gemes. Jari2nya menggeser kebawah, keperutku, Puserku dikorek2nya sehingga aku makin menggelinjang kegelian. Akhirnya jembutku dielus2nya, tidak lama karena kemudian jarinya menyusup melalui jembutku mengilik2 no nokku. Pahaku otomatis kukangkangkan untuk mempermudah dia mengilik no nokku. “Aah”, aku melenguh saking nikmatnya. Dia membalik posisinya sehingga kepalanya ada di no nokku, otomatis kon tolnya yang sudah ngaceng ada didekat mukaku. Sementara dia mengilik no nok dan i tilku dengan lidahnya, kon tolnya kuremes dan kukocok2, keras banget kon tolnya. Kepalanya mulai kujilati dan kuemut pelan, lidahnya makin terasa menekan2 i tilku sehingga pantatku terangkat dengan sendirinya. Enggak lama aku mengemut kon tolnya sebab dia segera membalikkan badannya dan menelungkup diatasku, kon tolnya ditancapkannya di no nokku dan mulai ditekennya masuk kedalam. Setelah nancep semua, mas Anto mulai mengenjotkan kon tolnya keluar masuk dengan cepat dan keras. Bibirku kembali dilumatnya dengan penuh napsu, sementara itu terasa banget kon tolnya mengisi seluruh ruang no nokku sampe terasa sesek. Nikmat banget ngen tot sama dia. Aku menggeliat2kan pantatku mengiringi enjotan kon tolnya itu. Cukup lama dia mengenjotkan kon tolnya keluar masuk, tiba2 dia berhenti dan mencabut kon tolnya dari no nokku. Dia turun dari dipan dan duduk di kursi yang ada didekat dipan, aku dimintanya untuk duduk dipangkuannya mengangkang diantara kedua kakinya. Dia memelukku dengan erat. Aku sedikit berdiri supaya dia bisa mengarahkan kon tolnya yang masih ngaceng itu masuk ke no nokku. Aku menurunkan badanku sehingga sedikit2 kon tolnya mulai ambles lagi di no nokku. Aku menggeliat merasakan nikmatnya kon tolnya mendesak masuk no nokku sampe nancep semuanya. Jembutnya menggesek jembutku dan biji pelernya terasa menyenggol2 pantatku. Aku mulai menaik turunkan badanku mengocok kon tolnya dengan no nokku. Dia mengemut pentilku sementara aku aktif bergerak naik turun. Nikmat banget, kayanya lebih nikmat dari tadi. “Aah, enak banget deh, lebih nikmat dari yang tadi”, erangku sambil terus menurun naikkan badanku mengocok kon tolnya yang terjepit erat di no nokku. No nokku mulai berdenyut lagi meremes2 kon tolnya, gerakanku makin liar, aku berusaha menancepkan kon tolnya sedalam2nya di no nokku sambil mengerang2. Tangannya memegang pinggulku dan membantu agar aku terus mengocok kon tolnya dengan no nokku. Aku memeluk lehernya supaya bisa tetep mengenjot kon tolnya, denyutan no nokku makin terasa kuat, dia juga melenguh saking nikmatnya, “Nes, empotan no nokmu kerasa banget deh, mau deh aku ngen tot ama kamu tiap hari”. Akhirnya aku gak bisa menahan rangsangan lebih lama dan “Ines nyampe, aah”, teriakku dan kemudian aku terduduk lemas dipangkuannya. Hebatnya dia belum ngecret juga, kayanya ronde kedua membuat dia bisa ngen tot lebih lama. “Cape Nes”, tanyanya tersenyum sambil terus memelukku. “He eh”, jawabku singkat. Pelan mas anto mengangkat badanku dari pangkuannya sehingga aku berdiri, kon tolnya lepas dari jepitan no nokku. kon tolnya masih keras dan berlumuran cairan no nokku. Kembali aku dimintanya nungging didipan, doyan banget dia dengan doggie style. Aku sih oke aja dengan gaya apa saja karena semua gaya juga nikmat buat aku. Dia menjilati kudukku sehingga aku menggelinjang kegelian, perlahan jilatannya turun ke punggung. Terus turun ke pinggang dan akhirnya sampe dipinggulku. Otot perutku terasa tertarik karena rangsangan jilatan itu. Mulutnya terus menjilati, yang menjadi sasaran sekarang adalah pantatku, diciuminya dan digigitnya pelan. Apalagi saat lidahnya mulai menyapu daerah sekitar lubang pantatku. Geli rasanya. Jilatannya turun terus kearah no nokku, kakiku dikangkangkannya supaya dia bisa menjilati no nokku dari belakang. Aku lebih menelungkup sehingga pantatku makin menungging dan no nokku terlihat jelas dari belakang. Dia menjilati no nokku, sehingga kembali aku berteriak2 minta segera dien tot, “nakal deh mas, ayo dong Ines cepetan dien totnya”. Dia berdiri dan memposisikan kon tolnya dibibir no nokku dan dienjotkannya kedalam dengan keras sehingga nancep semua dengan sekali enjotan. Dia mulai mengenjot no nokku dengan kon tolnya, makin lama makin cepat. Aku kembali menggeliat2kan pantatku mengimbangi enjotan kon tolnya dino nokku. Jika dia mengejotkan kon tolnya masuk aku mendorong pantatku kebelakang sehingga menyambut kon tolnya supaya nancep sedalam2nya di no nokku. Toketku berguncang2 ketika dia mengenjot no nokku. Dia meremes2 toketku dan memlintir2 pentilnya sambil terus mengenjotkan kon tolnya keluar masuk. “Terus mas, nikmat banget deh”, erangku lagi. Enjotan berjalan terus, sementara itu aku mengganti gerakan pantatku dengan memutar sehingga efeknya seperti meremes kon tolnya. Dengan gerakan memutar, i tilku tergesek kon tolnya setiap kali dia mengenjotkan kon tolnya masuk. Denyutan no nokku makin terasa keras, diapun melenguh, “Nes, nikmat banget empotan no nok kamu”. Akhirnya kembali aku kalah, aku nyampe lagi dengan lenguhan panjang, “Aah nikmatnya, Ines nyampeee”. Otot perutku mengejang dan aku ambruk ke dipan karena lemesnya. Aku ditelentangkan di dipan dan segera mas Anto menaiki tubuhku yang sudah terkapar karena lemesnya. Pahaku dikangkangkannya dan segera dia menancapkan kembali kon tolnya di no nokku. Kon tolnya dengan mudah meluncur kedalam sehingga nancep semuanya karena no nokku masih licin karena cairan yang berhamburan ketika aku nyampe. Dia mulai mengenjotkan lagi kon tolnya keluar masuk. Hebat sekali staminanya, kayanya gak ada matinya ni orang. Aku hanya bisa terkapar menikmati sisa kenikmatan dan rangsangan baru dari enjotan kon tolnya. Dia terus mengejotkan kon tolnya dengan cepat dan keras. Dia kembali menciumi bibirku, leherku dan dengan agak membungkukkan badan dia mengemut pentilku. Sementara itu enjotan kon tolnya tetap berlangsung dengan cepat dan keras. Aku agak sulit bergerak karena dia agak menindih badanku, keringatku sudah bercampur aduk dengan keringatnya. Enggak tau sudah berapa lama dia mengen toti ku sejak pertama tadi. Dia menyusupkan kedua tangannya kepunggungku dan menciumku lagi. Kon tolnya terus saja dienjotkan keluar masuk. Perutku mengejang lagi, aku heran juga kok aku cepet banget mau nyampe lagi dien tot dia. Aku mulai menggeliatkan pantatku, kuputar2 mengimbangi enjotan kon tolnya. No nokku makin mengedut mencengkeram kon tolnya, pantatku terkadang terangkat menyambut enjotannya yang keras, sampe akhirnya, “terus mas, yang cepet, Ines udah mau nyampe lagi”, teriakku. Dia dengan gencarnya mengenjotkan kon tolnya keluar masuk dan, “Aah Ines nyampe lagi”, aku berteriak keenakan. Berbarengan dengan itu terasa sekali semburan pejunya yang kuat di no nokku. Diapun ngecret dan ambruk diatas badanku. Kami sama2 terkulai lemes, lebih2 aku karena aku udah nyampe 3 kali sebelum dia akhirnya ngecret dino nokku. ” Mas kuat banget deh ngen totnya, mana lama lagi. Nikmat banget ngen tot ama mas. Kapan mas ngen totin Ines lagi”, kataku. Dia tersenyum mendengar sanjunganku. “Kalo ada kesempatan ya aku sih mau aja ngen totin kamu. No nok kamu yang paling nikmat dari semua cewek yang pernah aku en tot”, jawabnya memuji. Kita pindah kedalem kamar. Aku terkapar telanjang karena nikmat dan tak lama lagi tertidur. Paginya aku terbangun karena mas Anto memelukku. Kayanya sarapan pagi bakalan ngerasain kon tolnya lagi keluar masuk no nokku. “Nes, aku pengen ngerasain empotan no nok kamu lagi ya, boleh kan”, katanya. Dia lalu berbaring telentang di ranjang, lalu aku mulai jongkok di atasnya dan menciumi nya, tangannya mengusap-usap punggungku. Bibirnya kukulum, “Hmmmhh… hmmhhh…” dia mendesah-desah. Setelah puas melumat bibir dan lidahnya, aku mulai bergerak ke bawah, menciumi dagunya, lalu lehernya. Kuciumi dadanya. “Hmmmhhh… aduh Nes enak ..” rintihnya. Dia terus mendesah sementara aku mulai menciumi perutnya, lalu pusarnya, sesekali dia berteriak kecil kegelian. Akhirnya , kon tolnya yang sudah ngaceng berat kupegang dan kukocok2, “Ahhhhh… Hhhh….Hmmhmh… Ohhh …” dia cuman bisa mendesah doang. Kon tolnya langsung kukenyot-kenyot, sementara dia meemas-remas rambutku saking enaknya, “Ehmm… Ehmm…” Mungkin sekitar 5 menitan aku ngemut kon tolnya, kemudian aku bilang, “sekarang giliran mas yach?” Dia cuma tersenyum, lalu bangkit sedangkan aku sekarang yang ganti tiduran. Dia mulai nyiumin bibirku, kemudian leherku sementara tangannya meraba-raba toketku dan diremasnya. “Hmhmhhm… Hmhmhmh…” ganti aku yang mendesah keenakan. Apalagi ketika dia menjilati pentilku yang tebal dan berwarna coklat tua. Setelah puas melumat pentilku bergantian, dia mulai menjilati perutku. Dia langsung menciumi no nokku dengan penuh napsu, otomatis pahaku mengangkang supaya dia bisa mudah menjilati no nok dan i tilku. “Ahh.. Ahhhh…” aku mengerang dan mendesah keras keenakan. Sesekali kudengar “slurrp… slurrp…” dia menyedot no nokku yang sudah mulai basah itu. “Ahhhh… Enak …”, desahan ku semakin keras saja karena merasa nikmat, seakan tidak peduli kalau terdengar orang di luar. Napsuku sudah sampe ubun2, dia kutarik untuk segera menancapkan kon tol besarnya di no nokku yang sudah gatel sekali rasanya, pengen digaruk pake kon tol. Pelan-pelan dia memasukkan kon tolnya ke dalam no nokku. dengan satu enjotan keras dia menancapkan seluruh kon tolnya dalam no nokku. “Uh… uhhh….aahh…nikmat banget” desahku ketika dia mulai asyik menggesek-gesekkan kon tolnya dalam no nokku. Aku menggoyang pinggulku seirama dengan keluar masuknya kon tolnya di no nokku. Dia mempercepat gerakannya. Gak lama dienjot aku sudah merasa mau nyampe, “Ah…Ines sepertinya mau… ahhh…” dia malah mempergencar enjotan kon tolnya dino nokku, “Bareng nyampenya ya Nes, aku juga dah mau ngecret”, katanya terengah. Enjotan kon tolnya makin cepat saja, sampe akhirnya, “Ines nyampe aah”, badanku mengejang karena nikmatnya, terasa no nokku berdenyut2 meremas kon tolnya sehingga diapun menyodokkan kon tolnya dengan keras, “Nes, aku ngecret aah”, terasa semburan pejunya yang deres dino nokku. Dia terkapar lemes diatas badanku, demikian pula aku. Habis makan pagi, kita siap2 untuk kembali ke Marina

Permainan Terlarang

Judi Slot Pake Pulsa

Streaming Film xxi Gratis

Teman - Hallo sahabat Cerita Mesum terbaru 2019, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Teman, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Cerita, Artikel Perselingkuhan, Artikel Setengah Baya, Artikel Teman, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Permainan Terlarang
link : Permainan Terlarang

Baca juga


Teman

cerita sex

Ini pengalamanku sekitar 5 tahun yg lalu. Saat ini aku sudah berusia 38 tahun dan bekerja di salah satu instansi pemerintahan. Dan aku menikah sejak 9 tahun yg lalu dgn 2 anak. Aku berasal dr salah satu kota di Kalimantan dan kuliah di salah satu kota di Jawa. Selepas kuliah aku sempat kerja di perusahaan swasta setahun dan akhirnya diterima di instansi pemerintahan tempat aku bekerja skrg.

Tuntutan pekerjaan membuat aku harus beberapa kali pindah kota dan pada 5 tahun yg lalu aku sempat ditempatkan di salah satu kota di propinsi asalku di Kalimantan yg berjarak sekitar 1-1,5 jam dari kota asalku. Pada saat itu istri dan anakku tidak ikut serta karena istriku harus bekerja dan terikat kontrak kerja yg tidak memperkenankannnya mengundurkan diri atau bermohon pindah sebelum 5 tahun masa kerjanya.

Sehingga jadilah aku sendiri di sana dan tinggal di salah satu rumah orang tuaku yg mereka beli untuk investasi. Krn kebutulan aku pindah ke sana maka aku tinggal sendiri. Rumah tersebut berada di kompleks perumahan yg cukup luas namun cenderung sepi krn kebanyakan hanya menjadi tempat investasi alternatif saja, dan kalau ada yg tinggal adalah para pendatang yg mengontrak rumah di sana. Jadi lingkungan relatif apatis di sana.

Pada beberapa kesempatan aku kadang-kadang berkunjung ke tempat nenekku yg tinggal di suatu kabupaten (sekitar 4 jam dari kota tempat aku tinggal sekarang) utk sekedar silaturahmi dengan famili di sana. Pada salah satu kunjungan saya ke sana, saya sempat bertemu dengan salah seorang yg dalam hubungan kekerabatan bisa disebut nenekku juga di rumah salah satu famili, sebetulnya bukan nenek langsung. Persisnya ia adalah adik bungsu dari istri adik kakekku (susah ya ngurutnya). Usianya lebih tua sekitar 8-9 tahunan dariku. Profil mukanya seperti Yati Octavia (tentu Yati Octavia betulan lebih cantik), dengan kulit cenderung agak gelap, dan badannya sekarang sedikit agak gemuk. Walaupun terhitung nenekku, ia biasanya saya panggil bibi saja krn usianya ia risih dipanggil nenek. Pertemuan tsb sebetulnya biasa saja, tapi sebetulnya ada beberapa hal yg sedikit spesial terkait pertemuan tersebut. Pertama, saya baru tau kalau suaminya baru meninggal sekitar 1 tahunan yg lalu.

Ia yg berstatus honorer di sebuah instansi pemerintah sedikit mengeluhkan kondisi kehidupannya (untung ia hidup di kota kabupaten yg kecil) dengan 2 anak perempuannya yg berusia 12 dan 8 tahun. Saat itu aku bilang akan mencoba utk membantu memperbaiki status honorernya dgn mencoba menghubungi beberapa relasi/kolegaku. Hal spesial yg lain adalah sedikit pengalamanku di masa lalu dgn dia yg sebetulnya agak memalukan bila diingat (saat itu saya berharap ia lupa). Wkt saya masih di bangku SMA, ia dan kadang bersama famili yg lain sering berkunjung ke rumahku krn ia pernah kuliah di kota kelahiranku namun kost di tempat lain. Ia kadang2 menginap di rumahku. Pada waktu ia nginap dengan beberapa famili yg lain, aku sering ngintip mereka mandi dan tidur. Sialnya sekali waktu, saat malam2 aku menyelinap ke kamarnya (di rumahku kamar tidur jarang di kunci), dan menyingkap kelambunya (dulu kelambu masih sering digunakan). Saya menikmati pemandangan di mana ia tidur telentang dan dasternya tersingkap sampai keliatan celana dalam dan sedikit perutnya. Saat itu saya mencoba mengusap tumpukan vaginanya yg terbungkus celana dalam dan pahanya. Setelah beberapa kali usapan ia tiba2 terbangun dan saya pun cepat2 menyingkir keluar kamar. Sepertinya ia sempat melihat saya, hanya saja ia tidak berteriak. Hari2 berikutnya saya selalu merasa risih bertemu dia, namun iapun bersikap seolah2 tdk terjadi apa2. Sejak saat itu saya tdk pernah coba2 lagi ngintip ia mandi dan tidur. Hal itu akhirnya seperti terlupakan setelah saya kuliah ke Jawa, ia menikah dan sayapun akhirnya menikah juga. Inilah pertemuan saya yg pertama sejak saya kuliah meninggalkan kota kelahiran saya.

Beberapa wkt kemudian pada beberapa instansi ada program perekrutan pegawai termasuk yg eks honorer termasuk pada instansi nenek mudaku tersebut. Pada suatu pembicaraan seperti yg pernah saya singgung sebelumnya, nenek mudaku tersebut sempat minta tolong agar ia bisa diangkat sbg pegawai tetap dan akupun kasak-kusuk menemui kenalanku agar nenek mudaku tersebut dapat dialihkan status honorernya menjadi pegawai. Aku beberapa kali menelpon nenek mudaku tersebut untuk meminta beberapa data dan dokumen yg diperlukan. Entah karena bantuan kenalanku atau bukan, akhirnya ia dinyatakan diterima sebagai pegawai. Nenek mudaku itu beberapa kali menelponku utk mengucapkan terima kasih, dan aku yg saat itu memang tulus membantunya juga ikut merasa senang.

Beberapa bulan kemudian aku mendapat telpon lagi dari nenek mudaku tersebut yang mengabarkan bhw ia akan ke kota tempatku bertugas karena ia harus mengikuti pelatihan terkait dengan pengangkatannya sebagai pegawai di salah satu balai pelatihan yang tempatnya relatif dekat dengan rumahku. Waktu itu ia menginformasikan akan menginap di balai pelatihan tersebut namun akan berkunjung ke rumahku juga.

Pada suatu hari Sabtu sore ia tiba di rumahku dengan membawa koper dan oleh2 berupa penganan khas daerahnya tinggal dan buah2an. Ia mengatakan hari pelatihannya dimulai hari Senin namun ia takut terlambat dan akan segera ke balai pelatihan tersebut malamnya. Aku tawarkan untuk istirahat dulu dan menginap satu malam. Namun karena kekahwatiran tersebut ia menolak untuk menginap dan hanya beristirahat saja. Maka ia kutunjukkan kamar tidur yang ada di samping kamar tidurku utk istirahat sejenak.

Tidak ada kejadian apa2 sampai saat itu, dan pada malam harinya ia kuantar ke balai latihan. Namun di balai latihan tersebut suasananya masih sepi dan baru 3 orang yang melapor itupun masih keluar jalan2. Melihat keraguan untuk masuk ke balai latihan tersebut kembali aku tawarkan untuk menginap di rumah dulu dan nanti Senin pagi baru kembali. Ia langsung menerima tawaranku sambil menambahkan komentar bahwa ia dengar balai pelatihan tersebut agak angker. Malam minggu ia menginap dan tidak ada kejadian yg spesial kecuali kami mengobrol sampai malam dan ia menyiapkan makanan/minumanku. Sampai saat itu belum terlintas apa2 dalam pikiranku. Namun ketika ia selesai mencuci piring dan melintas di depanku yaitu antara aku dan televisi yg sedang aku tonton ia berhenti untuk melihat acara televisi sejenak. Saat itu aku melihat silhuote tubuhnya di balik daster katunnya yang agak tipis diterobos cahaya monitor televisi. Saat itulah pikiranku mulai mengkhayalkan yang tidak2. Maklum aku jauh dari istri dan kalau ngesekspun dengan orang lain juga kadang2 (aku pernah ngeseks dengan PSK yg agak elit dan beberapa mahasiswi tapi frekuensinya jarang krn biaya tinggi). Saat itu ia saya suruh duduk dekat saya utk nonton TV bersama2. Kami pun ngobrol ngalor ngidul sampai malam dan ia pun pamit utk tidur. Malam Seninnya juga tidak terjadi apa2 kecuali saat ngobrol sudah mulai bersifat pribadi tentang masalah-masalahnya seperti anaknya yg perlu uang sekolah dan lainnya. Aku katakan bahwa aku akan bantu sedikit keuangannya dan iapun berterima kasih berkali2 dan mengatakan sangat berhutang budi padaku.

Senin paginya ia kuantar ke balai pelatihan tersebut dan dengan membawakan kopernya saya ikut masuk ke kamarnya yang mestinya bisa untuk 6 orang. Dengan menginapnya ia di sana, maka buyarlah angan2 erotisku pd dirinya dan akupun terus ke kantorku utk kerja seperti biasa. Namun pada sore hari aku menerima telpon yang ternyata dari nenek mudaku tersebut. Ia mengatakan bahwa agak ragu2 menginap di balai pelatihan tersebut krn ternyata semua teman2 perempuannya tidak menginap di situ, tapi di rumah familinya masing2 yg ada di kota ini sehingga di kamar yg cukup utk 6 orang itu ia tinggal sendiri kecuali jam istirahat siang baru beberapa rekan perempuannya ikut istirahat di situ. Dgn bersemangat aku menawarkan ia menginap di rumah lagi sambil melontarkan kekhawatiranku kalau ia sendiri di situ (sekedar akting). Ia terima tawaranku dan aku berjanji akan menjemput dia sepulang kantor.

Akhirnya iapun menginap di rumahku dan rencananya akan sampai sebulan sampai pelatihan selesai. Angan2ku kembali melambung namun aku masih tdk berani apa2 mengingat penampilannya yg sdh sangat keibuan, kedudukannya dalam kekerabatan kami yg terhitung nenek saya, dan sehari2nya kalau keluar rumah pakai kerudung (tapi bukan jilbab). Aku betul2 memeras otak namun tdk pernah ketemu bagaimana cara bisa menyetubuhinya tanpa ada resiko penolakan. Aku sedikit melakukan pendekatan yg halus. Sekedar utk memberi perhatian dan sedikit akal bulus sempat aku belikan ia baju dan daster. Utk daster aku pilihkan ia yg cenderung tipis dan model you can see. Hampir setiap malam ia aku ajak keluar makan malam atau belanja (walupun pernah ia sekali menolak dgn alasan capek). Kalau ada kesempatan aku kadang2 mendempetkan badanku ke badannya bila lagi jalan kaki bersama atau duduk makan berdua di rumah makan. Aku juga sering keluar kamar mandi (kamar mandi di rumahku ada di luar kamar tidur) dgn hanya melilitkan handuk di badan. Selain itu aku juga kadang menyapa dan memujinyaa sambil memegang salah satu atau kedua pundaknya bila ia memasak sarapan pagi di dapur. Dari semua itu saya belum bisa menangkap apakah responnya positif terhadap aku. Dan setelah hampir 1 minggu, yaitu pada hari Sabtu pagi iapun pamit pulang ke kotanya untuk menengok anaknya yg agak sakit dan akan kembali minggu malamnya. Iapun pulang dan aku yg sendirian di rumah akhirnya juga keluar kota ke kota kelahiranku yg jaraknya cuma 1 jam dr kota tinggalku utk main2 dgn teman2 masa SMAku serta silaturahmi ke rumah orang tuaku.

Saat bertemu teman2 lamaku aku agak banyak minum bir dan waktu tidurku agak kurang. Sore menjelang Maghirib akupun pulang ke kota di mana aku tinggal, terlintas sebuah rencana utk menggauli nenek mudaku yg saya perkirakan akan lebih duluan sampai di rumahku (ia kukasihkan kunci duplikat rumah utk antisipasi seandainya aku tdk ada dirumah bila ia datang).

Sayapun sampai di rumah dan memang benar ia sudah ada di rumah. Ia bertanya kepadaku kenapa aku pucat dan keringatan dan saat ia pegang dahi dan tanganku ia bilang agak hangat (mugkin krn pengaruh begadang). Aku hanya berkomentar bhw aku mau cerita tapi tdk enak dan minta agar malam ini makan malam di rumah saja krn aku tdk enak badan. Ia tdk keberatan dan tanya aku mau makan apa, aku bilang aku cuma mau makan indomie telur dan iapun setuju. Seperti kebiasaannya ia selalu buatkan aku kopi dan teh utk dirinya, tak terkecuali malam itu.

Melihat aku masih pucat ia menawarkan obat flu tapi aku bilang aku tdk flu dan tdk bisa cerita sambil pergi dengan pura2 sempoyongan ke kamarku dan bilang aku mau istirahat. Aku masuk kamar dan membuka baju dan berbaring di tempat tidur dgn hanya pakai celana pendek. Iapun menyusulku ke kamarku dan dgn iba bertanya kenapa dan apa yg bisa ia bantu. Dalam hatiku aku mulai tersenyum dan mulai melihat suatu peluang. Ia bahkan menawarkan utk memijat atau mengerik punggungku, tapi aku mau langsung ke sasaran saja dengan mempersiapkan sebuah cerita rekayasa.

Akhirnya aku menatap ia dan menanyakan apakah ia mau tau kenapa aku begini dan mau menolong saya. Ia segera menjawab bahwa ia akan senang sekali bisa menolong saya krn saya sudah banyak membantunya. Iapun kusuruh duduk di tempat tidur dan dengan memasang mimik serius dan memelas sambil memegang salah satu tangannya akupun bercerita. Aku karang cerita bhw aku baru saja kumpul2 sama teman2ku waktu ke luar kota tadi sore. Terus ada salah satu temanku yg bawa obat perangsang yg aku kira adalah obat suplemen penyegar badan. Karena tdk tau, obat itu aku minum dan skrg efeknya jadi begini di mana aku kepingin ML dgn perempuan. Aku karang cerita bhw bila tdk tersalur itu akan membahayakan kesehatanku sementara istriku tdk ada di sini. Aku juga mengarang cerita bhw aku sudah mengupayakan onani tapi tdk berhasil dan tdk mungkin aku mencari PSK krn tdk biasa. Aku katakan bhw dgn terpaksa dan berat hati aku mengajak ia bersedia utk ML denganku utk kepentingan kesehatanku.

Mendengar ceritaku ia terdiam dan menundukkan wajahnya, tapi salah satu tangannya tetap kupegang sambil kubelai dengan lembut. Melihat itu, aku lanjutkan dgn berkata bhw kalau ia tdk bersedia agar tdk usah memaksakan diri dan aku mohon maaf dgn sikapku krn ini pengaruh obat perangsang yg terminum olehku. Selain itu kusampaikan bahwa biarlah kutanggung akibat kesalahan minum obat tersebut dan aku katakan lagi bhw aku sadar kalau permintaanku itu tdk pantas tapi aku tdk bisa melihat jalan keluar lain sambil minta ia memikirkan solusi selain yg kutawarkan. Ia tetap diam, namun kurasakan bhw nafasnya mulai memburu dan dengan lirih ia berkata apa aku benar2 mau ML sama dia padahal ia merasa ia sudah agak tua, tdk terlalu cantik, agak sedikit gemuk dan berasal dari kampung. Aku jawab bahwa ia masih menarik, namun yg penting aku harus menyalurkan hasratku. Ia diam lagi dan aku duduk dikasur sambil tanganku merangkul dan membelai pundaknya yg terbuka karena dasternya model you can see. Kulitnya terasa masih halus dan sedikit kuremas pundaknya yg agak lunak dagingnya. Mukanya pucat dan bersemu merah berganti2, ia juga terlihat gelisah.

Sedikit lama situasi seperti itu terjadi tapi aku tdk tau entah berapa lama, sampai aku mengulang pertanyaanku kembali (walaupun aku sudah yakin ia tdk akan menolak) dan akhirnya ada suara pelan dan lirih dari mulutnya. Aku tdk tau apa yg ia katakan tapi instingku mengatakan itu tanda persetujuan dan dengan pelan aku dekatkan mukaku ke wajahnya. Mula2 aku cium dahinya, setelah itu mulutku menuju pipinya. Ia hanya memejamkan mata, namun gerakan wajahnya yg sedikit maju sudah menjadi isyarat bhw ia tdk keberatan. Sedikit lama aku mencium kedua pipinya dan aku sejenak mencium hidungnya (di situ kurasakan desah nafasnya agak memburu) lalu akhirnya aku mencium bibirnya yg sudah agak terbuka sejak tadi. Sambil melakukan itu kedua tanganku juga beraksi dengan halus. Tangan kananku merangkulnya melewati belakang kepalanya kadang di bahu kanannya dan kadang di tengkuknya di belakang rambutnya yg terurai. Sedang tangan kiriku merangkul punggungnya dan mengusap paha kanannya secara bergantian.

Ciuman bibir mulai kuintensifkan dengan memasukan lidahku ke mulutnya. Ia gelagapan namun tangan kananku memegang tengkuknya untuk meredam gerakan kepalanya. Ternyata ia tidak biasa dicium dgn memasukan lidah ke mulut yg kelak baru saya ketahui belakangan.. Tangan kiriku terus bergerilya, aku menarik bagian bawah dasternya yg ia duduki agar tangan kiriku bisa masuk ke sela2 antara daster dan punggungnya. Berhasil, tanganku mengusap punggungnya yg halus namun masih kurasakan tali BH nya di situ. Dengan pelan2 kubuka tali BH nya. Terasa ada sedikit perlawanan dari dia dengan menggerak2an punggungnya sedikit. Iapun hampir melepaskan mulutnya dari mulutku. Namun bibirku terus mengunci bibirnnya dan tugas tangan kiriku membuka pengait BH nya dibelakan sudah terlaksana. Tangan kananku langsung berpindah dengan menyelinap di balik daster bagian depan dan menuju BH nya yg sudah terbuka. Aku biarkan BH tsb dan tangan kananku menyelinap di antara BH dan payudaranya. Aku elus2 dan cubit2 pelan payudara di sekitar putingnya beberapa saat sebelum akhirnya menuju puting sampai akhirnya payudara yang memang sudah tidak terlalu kencang tapi cukup besar itu kuremas2 bergantian kiri dan kanan. Saat itu mulutnya menggigit bibirku, aku terkaget2, dan dengan cepat kutanggalkan daster dan BHnya dan ia kutelentangkan dikasurku. Ia rebah di kasurku dengan hanya mengenakan celana dalam yg sudah tua dan sedikit lubangnya di bagian selangkangannya. Aku langsung menggumulinya dengan mulutku langsung menuju mulutnya. Ia sempat melenguhkan suara yg sepertinya menyebut namaku. Aku tidak peduli. Mulutku bergeser ke lehernya dan kudengar ia berkata dgn tidak jelas …. ?aduh kenapa kita jadi begini??. Aku tdk peduli dan mulutkupun bergeser ke payudaranya secara bergantion. Akhirnya suaranya yg awalnya seperti keberatan menjadi berganti dengan lenguhan dan desahan yg lirih.

Aku bangkit dr badannya sejenak utk melepaskan celanaku sampai akupun telanjang bulat. Kulihat ia sedikit kaget dan matanya terbuka melihatku seolah2 tak rela aku melepaskan tubuhnya. Namun secepat kilat setelah aku telanjang bulat aku kembali menggumulinya dan melumat bibirnya habis2an. Kedua tanganku merangkulnya dengan memegang erat bahu dan belakang kepalanya. Kupeluk ia erat2 dan iapun membalas ciuman bibirku dengan hangat bahkan liar. Matanya terpejam dan kedua tangannyapun memeluk diriku dan kadang megusap punggungku. Mulutku beralih ke payudaranya. Sekarang aku baru bisa melihat jelas bentuk payudara dan tubuhnya yg lain. Memang bukan bentuk yg ideal sebagaimana umumnya diceritakan di cerita2 saru lainnya. Payudaranya memang besar (aku tidak tau ukurannya) tapi sedikit turun dan tdk kencang. Tubuhnya masih proporsional walaupun cenderung gemuk dengan adanya lipatan2 lemak di pinggangnya dan perut yg kendur karena bekas melahirkan (mungkin), namun kulitnya begitu halus. Mulutku lalu melumat puting payudaranya yg kiri dan tangan kiriku meremas payudara yg kanan. Sedang tangan kananku bergerilya ke selangkangannya dan mengusap2 bagian yg masih terbungkus celana dalam tersebut. Jari2 tanganku menemukan lubang pada robekan celana dalamnya yg sudah tua sehingga jari2ku tsb bisa mengakses ke bagian selangkangannya yang mulai lembab pd rambutnya yg kurasakan cukup lebat. Jari2 kananku memainkan klitorisnya dan kadang2 kumasukkan ke dalam lubangnya sambil menggesaek2annya. Kurasakan desahan dan lenguhannya sedikit lebih keras menceracau. Sekilas kulihat kepalanya bergoyang ke kiri dan ke kanan dengan pelan tapi mulai liar. Tangan kirinya dia angkat sehingga jarinya ada didekat telinga kirinya sambil meremas2 seprai dan ujung bantal tidak karuan. Tangan kanannya mengusap kepala dan menarik2 rambutku.

Akupun mulai tdk bisa menahan diri lagi karena penisku sudah berdiri tegak sejak tadi. Ukuran penisku biasa2 saja (sebetulnya aku agak heran dgn ceritaa erotis yg bilang sampai 20 cm, aku tdk pernah mengukur sendiri). Kutarik celana dalamnya sampai lepas. Kemudian aku melepaskan tubuhnya dan mengambil posisi di antara dua pahanya. Waktu kulepas tubuhnya sejenak tadi ia sempat tersetak dan matanya terbuka seolah2 bertanya kenapa. Tapi begitu melihat aku sudah dalam posisi siap mengeksekusi dirinya iapun mulai memejamkan matanya lagi. Sambil kuremas2 payudaranya sebelum memasukan rudalku ke liangnya aku sedikit berbasa basi dan menanyakan apa ia ikhlas aku setubuhi malam ini. Dengan lirih ia mempersilakan dan bibirnya sedikit tersenyum. Kedua tangannya menarik badanku dan akupun mulai memasukkan penisku ke lubangnya. Walaupun sudah lembab dan ia pernah melahirkan, ternayata aku tdk bisa langsunga memasukkan penisku. Sampai2 tangan wanita yg telah lama menjanda dan kehidupan sehari2nya begitu kolot ini ikut membantu mengarahkan rudalku ke lubangnya. Rupanya nafsunya sudah membuat ia terlupa.

Di luar terdengar hujan mulai turun dengan lebat menambah liarnya suasana di kamarku dan pintu kamarku masih terbuka krn aku yakin tdk ada siapa2 lagi di rumah tipe 60 milik orang tuaku ini. Ujung rudalku mencoba merangsek kelubangnya scr pelan2 dgn gerakan maju mundur dan kadang2 berputar di area mulut lubangnya. Tidak terlalu lama rudalku mulai menembus liang senggamanya. Kepalanya bergerak ke kiri dan kanan. Matanya merem dan kadang setengah terbuka. Tangannya ke sana kemari kadang meremas seprai dan ujung bantal, kadang meremas rambutku dan kadang mengusap punggung dan bahkan mencakar punggung atau dadaku. Pinggulnya kadang menyentak maju menuju rudalku seolah2 sangat ingin agar rudalku segera masuk. Akhirnya rudalku yg sudah masuk sepertiganya ke liang senggamanya kucabut tiba2. Terlihat ia kaget dan membuka matanya. Ia memanggil namaku dengan suara yg sudah dikuasai birahi dan bertanya ada apa. Namun sebelum selesai pertanyaannya aku langsung dengan cepat dan sedikit tekanan menghujamkan rudalku ke liangnya yg walaupun sedikit seret tapi akhirnya bisa masuk seluruhnya ke dalam lubangnya dan aku memeluknya dengan mukaku begitu dekat dengan mukanya sambil menatap wajahnya yg penuh kepasrahan namun juga dikuasai birahi yg kuat.

Ia tersentak dan melenguh keras ………….. aaaaaaaahh …. sejenak aku mendiamkannya dengan posisi seperti itu. Ia mencoba menggerakkan pinggulnya maju dan mundur dengan ruang gerak yg terbatas. Aku pun mulai menggerakkan pinggulku ke belakang dan ke depan dengan gerakan pelan tapi pasti. Tanganku mulai mempermainkan kedua payudaranya dengan liar. Ia menceracau dan terus mendesah dan pinggulnya mencoba utk membawa diriku menggoyangnya lebih cepat lagi. Entah beberapa kali namaku ia sebut. Ia juga menceracau ia sayang dan mencintaiku. Dan aku yg sudah terbawa gelombang birahipun tidak memanggil ia ?bibi? lagi (ia sebetulnya terhitung nenekku, namun krn usianya tdk terlalu tua maka ia sering dipanggil bibi). Ya … dalam keadaan birahi tsb aku juga kadang menceracau memanggil namanya saja. Seperti tdk ada perbedaan usia dan kedudukan di antara kami.

Entah berapa lama aku menggoyangnya dengan gerakan yang sedang2 saja, tiba2 kedua tangannya merangkul tubuhku utk lebih merapat dengan dia. Aku pun melepaskan payudaranya dan juga akan merangkul tubuhnya. Kurasakan betapa lunak dan empuk tubuhnya yg agak gemuk dan memang sudah tidak terlalu sexy itu ketika kudekap. Semua bagian tubuhnya tidak ada yg kencang lagi. Namun kelunakan tubuhnya dan kehalusan kulitnya ditambah pertemuan dan gesekan antara kulit dadaku dgn kedua payudaranya membawa sensasi yg luar biasa bagi diriku. Irama gerakan pinggulku dan pinggulnya tetap stabil. Tiba2 ia mendesah dengan suara yg agak berbeda dan kedua matanya memejam rapat2. Ia mempererat dekapannya dan mengangkat pinggulnya agar selangkangannya lebih rapat dengan selangkanganku.

Setelah itu kedua kakinya mencoba mengkait kedua kakiku. Gerakan bibir dan raut mukanya menunjukan kelelahan tercampur dengan kenikmatan yg amat sangat. Rupanya ia sudah orgasme. Ia membuka matanya dan wajahnya ia dekatkan ke wajahku sambil bibirnya terbuka dan memperlihatkan isyarat utk minta aku cium. Bibirkupun menyambar bibirnya dan saling melumat. Ketika lidahku masuk kemulutnya, ternyata ia sudah bisa mengimbangi walaupun dengan terengah2. Terbayang reaksinya waktu orgasme tadi maka gairahku menjadi meningkat. Walaupun tau ia sudah orgasme beberapa saat setelah itu aku mulai meningkatkan kecepatan irama gerakan pinggulku utk membawa rudalku menghujam2 liang senggamanya.

Walaupun sambil berciuman aku tetap mempercepat gerakan pinggulku. Awalnya pinggulnya mencoba mengikuti gerakan pinggulku. Namun tiba2 ia melepaskan mulutku dan kepalanya bergerak kekiri dan diam dengan posisi miring ke kiri sehingga aku hanya bisa mencium pipi kanannya. Matanya merem melek. Dekapan tangannya ketubuhkupun ia lepaskan dan ia angkat ke atas sehingga jari2 kedua tangannya hanya meremas2 seprai di atas kepalanya. Kedua kakinya berubah gerakan menjadi mengangkang dengan seluas2nya. Aku jadi mempecepat gerakan pinggulku. Bahkan gerakan rudalku menjadi lebih ganas yaitu saat aku memundurkan pinggulku maka rudal keluar seluruhnya sampai di depan mulut liang senggamanya namun secepat kilat masuk lagi ke dalam lubangnya dan begitu seterusnya namun tdk pernah meleset. Tangan kiriku kembali meraba payu daranya dan kadang2 ke klitorisnya. Ia menceracau dan kali ini tidak menyebut namaku namun berkali bilang ?aduh …. ampun … sayang …? atau ?kasian aku sayang? dan bahkan ia bilang sudah tidak tahan lagi. Namun aku tau ia terbawa kenikmatan yg luar biasa yang sekian tahun tidak pernah ia rasakan. Malam dingin dan AC di kamarku tdk bisa menahan keluarnya keringat di tubuh kami.

Tiba2 kembali ia melenguh, kali ini lebih keras dan mulutnya maju mencari bibirku. Ya, ia kembali orgasme. Aku tidak menghiraukan mulutnya namun lebih berkosentrasi utk mempercepat gerakan pantatku sambil aku putar. Putus asa ia mencoba mencium bibirku ia rebah kembali, namun pd saat itu akupun mencapai puncaknya dan rudalku menyemburkan sperma yang banyak ke liang senggamanya. Sementara liang senggamanya berdenyut menerima sperma hangatku. Aku terkulai di atas tubuhnya dengan rudalku masih di dalam liang senggamanya. Kami berpelkan dgn sangat erat seolah2 tubuh kami ingin menjadi satu. Kami berciuman dan saling membelai. Berkali2 kami saling mengucapkan sayang. Iapun mengungkapkan betapa bahagianya ia krn selain bisa menolongku menyalurkan libidoku, juga ia merasa terpuaskan kebutuhan yang tdk pernah ia rasakan sekian tahu. Apalagi ketika setelah itu ia semapat bercerita betapa almarhum suaminya begitu kolot dalam bercinta dan sekedar mengeluarkan sperma saja. Ia baru tau bahwa bercinta dengan laki2 dapat lebih nikmat dibanding yg pernah ia rasakan.

Kami tertidur sambil berpelukan. Paginya ketika terbangun jam 8 pagi kami bercinta lagi dengan sebelumnya menelpon ke tempat diklatnya utk memberitahukan bahwa ia tdk enak badan. Ia adalah tipe wanina yg juga agak kolot. Beberapa variasi ia lakukan dgn kikuk. Ia sering tdk bersedia bila vaginanya aku oral dgn alasan tdk sampai hati melihat aku yg banyak menolongnya mengoral vaginanya. Tapi ia mau mengoral penisku kadang2. Biasanya ia mau kalau ia sudah tdk bisa mengimbangi permainanku sedang aku masih mau bercinta.

Selama sebulan ia tinggal di rumahku dan kami sudah seperti suami istri …. bahkan percintaan kami sering lebih panas. 2 hari setelah percintaan kami yg pertama aku malah sempat mengantar ia ke dokter utk pasang spiral agar tdk terjadi hal2 yg tdk diinginkan. Hal yg kusuka darinya adalah ia ternyata pandai menyembunyikan hubungan kami. Jadi bila ada tamu atau famili datang ke rumahku, sikap kami biasa2 saja. Memang aku sempat mendoktrin dia bhw hubungan kami ini adalah hubungan terlarang, namun krn awalnya menolongku maka tdk apa2 dilanjutkan krn ia harus mengerti dgn kebutuhanku sbg laki2 drpd aku kena penyakit bercinta di luaran maka ia tdk perlu tanggung2 menolongku. Selain itu hal yg kusukai dr dia adalah sikapnya yg berbakti kepadaku bila kami berdua saja. Hampir semua permintaanku mau ia terima selama ia anggap permainan normal. Ia bilang itu ia lakukan krn aku banyak menolongnya.

Kadang2 aku memutarkan kaset video BF utk memperlihatkan beberapa variasi padanya. Aku bahkan sempat melakukan penetrasi di anusnya. Sebetulnya kesediaannya utk disodomi itu dilakukan dgn terpaksa krn pd saat kami melakukan foreplay ternyata ia menstruasi. Melihat aku sudah di puncak birahi ia mencoba melakukannya dengan tangan dan mulut tapi tdk berhasil krn ia mmg tdk terlalu lihay. Akhirnya dengan dibantu hand body cream maka anusnya lah yg jadi sasaranku. Sebetulnya aku kasian juga melihat ia menitikan airmata waktu aku mulai menusukan rudalku ke anusnya. Tapi karena aku sudah berada di ujung kenikmatan maka aku tetap melakukannya.

Krn di rumah hanya kami berdua maka kami melakukannya di mana saja, bisa di kamar mandi, bisa di depan TV, dan lainnya. Hal yg paling mengesankan adalah suatu hari pada saat saya pulang jam istirahat siang, ternyata iapun baru pulang juga utk istirahat di rumah krn ada informasi instrukturnya akan datang terlambat sekitar setengah atau satu jam. Mendengar penyampaiannya itu aku langsung mutup pintu rumah dan menyergapnya. Aku baringkan ia di atas hambal di ruang tengah depan TV. Ia gelagapan dan berteriak2 senang sambil berpura2 protes. Aku hanya menurunkan celana tidak sampai lepas dan iapun cuma kusingkapkan rok panjangnya dan melepaskan celana dalamnya. Baju PNS nya hanya kubuka kancingnya dan menarik BHnya ke atas. Kerudungnya aku biarkan terpasang. Sehingga kamu bercinta dgn tdk sepenuhnya telanjang. Mungkin krn agak tegang permainan kami menjadi lebih lama dr permainan biasanya. Akhirnya kami istirahat di rumah dengan hanya makan nasi dan telur dadar krn waktu istirahat tersita utk bercinta.

Pada saat ia kembali ke kotanya kami masih berhubungan sebulan 3-4 kali dalam sebulan. Namun setelah aku pindah ke kota lain hubungan kami jadi sangat jarang. Terakhir ia menikah lagi dengan seorang duda yang usianya 7 tahun lebih tua dari dia. Itupun ia terima setelah aku yg mendorong utk menerimanya wkt ia menceritakan bhw ada orang yg mau melamarnya.

Demikianlah ceritaku. Sebetulnya sampai saat ia bersuamipun aku tau kalau aku datang kepada dirinya dan ia punya waktu maka ia akan bersedia melayaniku. Hanya aku tdk mau mengambil resiko yg lebih tinggi.

cerita sex

Ini pengalamanku sekitar 5 tahun yg lalu. Saat ini aku sudah berusia 38 tahun dan bekerja di salah satu instansi pemerintahan. Dan aku menikah sejak 9 tahun yg lalu dgn 2 anak. Aku berasal dr salah satu kota di Kalimantan dan kuliah di salah satu kota di Jawa. Selepas kuliah aku sempat kerja di perusahaan swasta setahun dan akhirnya diterima di instansi pemerintahan tempat aku bekerja skrg.

Tuntutan pekerjaan membuat aku harus beberapa kali pindah kota dan pada 5 tahun yg lalu aku sempat ditempatkan di salah satu kota di propinsi asalku di Kalimantan yg berjarak sekitar 1-1,5 jam dari kota asalku. Pada saat itu istri dan anakku tidak ikut serta karena istriku harus bekerja dan terikat kontrak kerja yg tidak memperkenankannnya mengundurkan diri atau bermohon pindah sebelum 5 tahun masa kerjanya.

Sehingga jadilah aku sendiri di sana dan tinggal di salah satu rumah orang tuaku yg mereka beli untuk investasi. Krn kebutulan aku pindah ke sana maka aku tinggal sendiri. Rumah tersebut berada di kompleks perumahan yg cukup luas namun cenderung sepi krn kebanyakan hanya menjadi tempat investasi alternatif saja, dan kalau ada yg tinggal adalah para pendatang yg mengontrak rumah di sana. Jadi lingkungan relatif apatis di sana.

Pada beberapa kesempatan aku kadang-kadang berkunjung ke tempat nenekku yg tinggal di suatu kabupaten (sekitar 4 jam dari kota tempat aku tinggal sekarang) utk sekedar silaturahmi dengan famili di sana. Pada salah satu kunjungan saya ke sana, saya sempat bertemu dengan salah seorang yg dalam hubungan kekerabatan bisa disebut nenekku juga di rumah salah satu famili, sebetulnya bukan nenek langsung. Persisnya ia adalah adik bungsu dari istri adik kakekku (susah ya ngurutnya). Usianya lebih tua sekitar 8-9 tahunan dariku. Profil mukanya seperti Yati Octavia (tentu Yati Octavia betulan lebih cantik), dengan kulit cenderung agak gelap, dan badannya sekarang sedikit agak gemuk. Walaupun terhitung nenekku, ia biasanya saya panggil bibi saja krn usianya ia risih dipanggil nenek. Pertemuan tsb sebetulnya biasa saja, tapi sebetulnya ada beberapa hal yg sedikit spesial terkait pertemuan tersebut. Pertama, saya baru tau kalau suaminya baru meninggal sekitar 1 tahunan yg lalu.

Ia yg berstatus honorer di sebuah instansi pemerintah sedikit mengeluhkan kondisi kehidupannya (untung ia hidup di kota kabupaten yg kecil) dengan 2 anak perempuannya yg berusia 12 dan 8 tahun. Saat itu aku bilang akan mencoba utk membantu memperbaiki status honorernya dgn mencoba menghubungi beberapa relasi/kolegaku. Hal spesial yg lain adalah sedikit pengalamanku di masa lalu dgn dia yg sebetulnya agak memalukan bila diingat (saat itu saya berharap ia lupa). Wkt saya masih di bangku SMA, ia dan kadang bersama famili yg lain sering berkunjung ke rumahku krn ia pernah kuliah di kota kelahiranku namun kost di tempat lain. Ia kadang2 menginap di rumahku. Pada waktu ia nginap dengan beberapa famili yg lain, aku sering ngintip mereka mandi dan tidur. Sialnya sekali waktu, saat malam2 aku menyelinap ke kamarnya (di rumahku kamar tidur jarang di kunci), dan menyingkap kelambunya (dulu kelambu masih sering digunakan). Saya menikmati pemandangan di mana ia tidur telentang dan dasternya tersingkap sampai keliatan celana dalam dan sedikit perutnya. Saat itu saya mencoba mengusap tumpukan vaginanya yg terbungkus celana dalam dan pahanya. Setelah beberapa kali usapan ia tiba2 terbangun dan saya pun cepat2 menyingkir keluar kamar. Sepertinya ia sempat melihat saya, hanya saja ia tidak berteriak. Hari2 berikutnya saya selalu merasa risih bertemu dia, namun iapun bersikap seolah2 tdk terjadi apa2. Sejak saat itu saya tdk pernah coba2 lagi ngintip ia mandi dan tidur. Hal itu akhirnya seperti terlupakan setelah saya kuliah ke Jawa, ia menikah dan sayapun akhirnya menikah juga. Inilah pertemuan saya yg pertama sejak saya kuliah meninggalkan kota kelahiran saya.

Beberapa wkt kemudian pada beberapa instansi ada program perekrutan pegawai termasuk yg eks honorer termasuk pada instansi nenek mudaku tersebut. Pada suatu pembicaraan seperti yg pernah saya singgung sebelumnya, nenek mudaku tersebut sempat minta tolong agar ia bisa diangkat sbg pegawai tetap dan akupun kasak-kusuk menemui kenalanku agar nenek mudaku tersebut dapat dialihkan status honorernya menjadi pegawai. Aku beberapa kali menelpon nenek mudaku tersebut untuk meminta beberapa data dan dokumen yg diperlukan. Entah karena bantuan kenalanku atau bukan, akhirnya ia dinyatakan diterima sebagai pegawai. Nenek mudaku itu beberapa kali menelponku utk mengucapkan terima kasih, dan aku yg saat itu memang tulus membantunya juga ikut merasa senang.

Beberapa bulan kemudian aku mendapat telpon lagi dari nenek mudaku tersebut yang mengabarkan bhw ia akan ke kota tempatku bertugas karena ia harus mengikuti pelatihan terkait dengan pengangkatannya sebagai pegawai di salah satu balai pelatihan yang tempatnya relatif dekat dengan rumahku. Waktu itu ia menginformasikan akan menginap di balai pelatihan tersebut namun akan berkunjung ke rumahku juga.

Pada suatu hari Sabtu sore ia tiba di rumahku dengan membawa koper dan oleh2 berupa penganan khas daerahnya tinggal dan buah2an. Ia mengatakan hari pelatihannya dimulai hari Senin namun ia takut terlambat dan akan segera ke balai pelatihan tersebut malamnya. Aku tawarkan untuk istirahat dulu dan menginap satu malam. Namun karena kekahwatiran tersebut ia menolak untuk menginap dan hanya beristirahat saja. Maka ia kutunjukkan kamar tidur yang ada di samping kamar tidurku utk istirahat sejenak.

Tidak ada kejadian apa2 sampai saat itu, dan pada malam harinya ia kuantar ke balai latihan. Namun di balai latihan tersebut suasananya masih sepi dan baru 3 orang yang melapor itupun masih keluar jalan2. Melihat keraguan untuk masuk ke balai latihan tersebut kembali aku tawarkan untuk menginap di rumah dulu dan nanti Senin pagi baru kembali. Ia langsung menerima tawaranku sambil menambahkan komentar bahwa ia dengar balai pelatihan tersebut agak angker. Malam minggu ia menginap dan tidak ada kejadian yg spesial kecuali kami mengobrol sampai malam dan ia menyiapkan makanan/minumanku. Sampai saat itu belum terlintas apa2 dalam pikiranku. Namun ketika ia selesai mencuci piring dan melintas di depanku yaitu antara aku dan televisi yg sedang aku tonton ia berhenti untuk melihat acara televisi sejenak. Saat itu aku melihat silhuote tubuhnya di balik daster katunnya yang agak tipis diterobos cahaya monitor televisi. Saat itulah pikiranku mulai mengkhayalkan yang tidak2. Maklum aku jauh dari istri dan kalau ngesekspun dengan orang lain juga kadang2 (aku pernah ngeseks dengan PSK yg agak elit dan beberapa mahasiswi tapi frekuensinya jarang krn biaya tinggi). Saat itu ia saya suruh duduk dekat saya utk nonton TV bersama2. Kami pun ngobrol ngalor ngidul sampai malam dan ia pun pamit utk tidur. Malam Seninnya juga tidak terjadi apa2 kecuali saat ngobrol sudah mulai bersifat pribadi tentang masalah-masalahnya seperti anaknya yg perlu uang sekolah dan lainnya. Aku katakan bahwa aku akan bantu sedikit keuangannya dan iapun berterima kasih berkali2 dan mengatakan sangat berhutang budi padaku.

Senin paginya ia kuantar ke balai pelatihan tersebut dan dengan membawakan kopernya saya ikut masuk ke kamarnya yang mestinya bisa untuk 6 orang. Dengan menginapnya ia di sana, maka buyarlah angan2 erotisku pd dirinya dan akupun terus ke kantorku utk kerja seperti biasa. Namun pada sore hari aku menerima telpon yang ternyata dari nenek mudaku tersebut. Ia mengatakan bahwa agak ragu2 menginap di balai pelatihan tersebut krn ternyata semua teman2 perempuannya tidak menginap di situ, tapi di rumah familinya masing2 yg ada di kota ini sehingga di kamar yg cukup utk 6 orang itu ia tinggal sendiri kecuali jam istirahat siang baru beberapa rekan perempuannya ikut istirahat di situ. Dgn bersemangat aku menawarkan ia menginap di rumah lagi sambil melontarkan kekhawatiranku kalau ia sendiri di situ (sekedar akting). Ia terima tawaranku dan aku berjanji akan menjemput dia sepulang kantor.

Akhirnya iapun menginap di rumahku dan rencananya akan sampai sebulan sampai pelatihan selesai. Angan2ku kembali melambung namun aku masih tdk berani apa2 mengingat penampilannya yg sdh sangat keibuan, kedudukannya dalam kekerabatan kami yg terhitung nenek saya, dan sehari2nya kalau keluar rumah pakai kerudung (tapi bukan jilbab). Aku betul2 memeras otak namun tdk pernah ketemu bagaimana cara bisa menyetubuhinya tanpa ada resiko penolakan. Aku sedikit melakukan pendekatan yg halus. Sekedar utk memberi perhatian dan sedikit akal bulus sempat aku belikan ia baju dan daster. Utk daster aku pilihkan ia yg cenderung tipis dan model you can see. Hampir setiap malam ia aku ajak keluar makan malam atau belanja (walupun pernah ia sekali menolak dgn alasan capek). Kalau ada kesempatan aku kadang2 mendempetkan badanku ke badannya bila lagi jalan kaki bersama atau duduk makan berdua di rumah makan. Aku juga sering keluar kamar mandi (kamar mandi di rumahku ada di luar kamar tidur) dgn hanya melilitkan handuk di badan. Selain itu aku juga kadang menyapa dan memujinyaa sambil memegang salah satu atau kedua pundaknya bila ia memasak sarapan pagi di dapur. Dari semua itu saya belum bisa menangkap apakah responnya positif terhadap aku. Dan setelah hampir 1 minggu, yaitu pada hari Sabtu pagi iapun pamit pulang ke kotanya untuk menengok anaknya yg agak sakit dan akan kembali minggu malamnya. Iapun pulang dan aku yg sendirian di rumah akhirnya juga keluar kota ke kota kelahiranku yg jaraknya cuma 1 jam dr kota tinggalku utk main2 dgn teman2 masa SMAku serta silaturahmi ke rumah orang tuaku.

Saat bertemu teman2 lamaku aku agak banyak minum bir dan waktu tidurku agak kurang. Sore menjelang Maghirib akupun pulang ke kota di mana aku tinggal, terlintas sebuah rencana utk menggauli nenek mudaku yg saya perkirakan akan lebih duluan sampai di rumahku (ia kukasihkan kunci duplikat rumah utk antisipasi seandainya aku tdk ada dirumah bila ia datang).

Sayapun sampai di rumah dan memang benar ia sudah ada di rumah. Ia bertanya kepadaku kenapa aku pucat dan keringatan dan saat ia pegang dahi dan tanganku ia bilang agak hangat (mugkin krn pengaruh begadang). Aku hanya berkomentar bhw aku mau cerita tapi tdk enak dan minta agar malam ini makan malam di rumah saja krn aku tdk enak badan. Ia tdk keberatan dan tanya aku mau makan apa, aku bilang aku cuma mau makan indomie telur dan iapun setuju. Seperti kebiasaannya ia selalu buatkan aku kopi dan teh utk dirinya, tak terkecuali malam itu.

Melihat aku masih pucat ia menawarkan obat flu tapi aku bilang aku tdk flu dan tdk bisa cerita sambil pergi dengan pura2 sempoyongan ke kamarku dan bilang aku mau istirahat. Aku masuk kamar dan membuka baju dan berbaring di tempat tidur dgn hanya pakai celana pendek. Iapun menyusulku ke kamarku dan dgn iba bertanya kenapa dan apa yg bisa ia bantu. Dalam hatiku aku mulai tersenyum dan mulai melihat suatu peluang. Ia bahkan menawarkan utk memijat atau mengerik punggungku, tapi aku mau langsung ke sasaran saja dengan mempersiapkan sebuah cerita rekayasa.

Akhirnya aku menatap ia dan menanyakan apakah ia mau tau kenapa aku begini dan mau menolong saya. Ia segera menjawab bahwa ia akan senang sekali bisa menolong saya krn saya sudah banyak membantunya. Iapun kusuruh duduk di tempat tidur dan dengan memasang mimik serius dan memelas sambil memegang salah satu tangannya akupun bercerita. Aku karang cerita bhw aku baru saja kumpul2 sama teman2ku waktu ke luar kota tadi sore. Terus ada salah satu temanku yg bawa obat perangsang yg aku kira adalah obat suplemen penyegar badan. Karena tdk tau, obat itu aku minum dan skrg efeknya jadi begini di mana aku kepingin ML dgn perempuan. Aku karang cerita bhw bila tdk tersalur itu akan membahayakan kesehatanku sementara istriku tdk ada di sini. Aku juga mengarang cerita bhw aku sudah mengupayakan onani tapi tdk berhasil dan tdk mungkin aku mencari PSK krn tdk biasa. Aku katakan bhw dgn terpaksa dan berat hati aku mengajak ia bersedia utk ML denganku utk kepentingan kesehatanku.

Mendengar ceritaku ia terdiam dan menundukkan wajahnya, tapi salah satu tangannya tetap kupegang sambil kubelai dengan lembut. Melihat itu, aku lanjutkan dgn berkata bhw kalau ia tdk bersedia agar tdk usah memaksakan diri dan aku mohon maaf dgn sikapku krn ini pengaruh obat perangsang yg terminum olehku. Selain itu kusampaikan bahwa biarlah kutanggung akibat kesalahan minum obat tersebut dan aku katakan lagi bhw aku sadar kalau permintaanku itu tdk pantas tapi aku tdk bisa melihat jalan keluar lain sambil minta ia memikirkan solusi selain yg kutawarkan. Ia tetap diam, namun kurasakan bhw nafasnya mulai memburu dan dengan lirih ia berkata apa aku benar2 mau ML sama dia padahal ia merasa ia sudah agak tua, tdk terlalu cantik, agak sedikit gemuk dan berasal dari kampung. Aku jawab bahwa ia masih menarik, namun yg penting aku harus menyalurkan hasratku. Ia diam lagi dan aku duduk dikasur sambil tanganku merangkul dan membelai pundaknya yg terbuka karena dasternya model you can see. Kulitnya terasa masih halus dan sedikit kuremas pundaknya yg agak lunak dagingnya. Mukanya pucat dan bersemu merah berganti2, ia juga terlihat gelisah.

Sedikit lama situasi seperti itu terjadi tapi aku tdk tau entah berapa lama, sampai aku mengulang pertanyaanku kembali (walaupun aku sudah yakin ia tdk akan menolak) dan akhirnya ada suara pelan dan lirih dari mulutnya. Aku tdk tau apa yg ia katakan tapi instingku mengatakan itu tanda persetujuan dan dengan pelan aku dekatkan mukaku ke wajahnya. Mula2 aku cium dahinya, setelah itu mulutku menuju pipinya. Ia hanya memejamkan mata, namun gerakan wajahnya yg sedikit maju sudah menjadi isyarat bhw ia tdk keberatan. Sedikit lama aku mencium kedua pipinya dan aku sejenak mencium hidungnya (di situ kurasakan desah nafasnya agak memburu) lalu akhirnya aku mencium bibirnya yg sudah agak terbuka sejak tadi. Sambil melakukan itu kedua tanganku juga beraksi dengan halus. Tangan kananku merangkulnya melewati belakang kepalanya kadang di bahu kanannya dan kadang di tengkuknya di belakang rambutnya yg terurai. Sedang tangan kiriku merangkul punggungnya dan mengusap paha kanannya secara bergantian.

Ciuman bibir mulai kuintensifkan dengan memasukan lidahku ke mulutnya. Ia gelagapan namun tangan kananku memegang tengkuknya untuk meredam gerakan kepalanya. Ternyata ia tidak biasa dicium dgn memasukan lidah ke mulut yg kelak baru saya ketahui belakangan.. Tangan kiriku terus bergerilya, aku menarik bagian bawah dasternya yg ia duduki agar tangan kiriku bisa masuk ke sela2 antara daster dan punggungnya. Berhasil, tanganku mengusap punggungnya yg halus namun masih kurasakan tali BH nya di situ. Dengan pelan2 kubuka tali BH nya. Terasa ada sedikit perlawanan dari dia dengan menggerak2an punggungnya sedikit. Iapun hampir melepaskan mulutnya dari mulutku. Namun bibirku terus mengunci bibirnnya dan tugas tangan kiriku membuka pengait BH nya dibelakan sudah terlaksana. Tangan kananku langsung berpindah dengan menyelinap di balik daster bagian depan dan menuju BH nya yg sudah terbuka. Aku biarkan BH tsb dan tangan kananku menyelinap di antara BH dan payudaranya. Aku elus2 dan cubit2 pelan payudara di sekitar putingnya beberapa saat sebelum akhirnya menuju puting sampai akhirnya payudara yang memang sudah tidak terlalu kencang tapi cukup besar itu kuremas2 bergantian kiri dan kanan. Saat itu mulutnya menggigit bibirku, aku terkaget2, dan dengan cepat kutanggalkan daster dan BHnya dan ia kutelentangkan dikasurku. Ia rebah di kasurku dengan hanya mengenakan celana dalam yg sudah tua dan sedikit lubangnya di bagian selangkangannya. Aku langsung menggumulinya dengan mulutku langsung menuju mulutnya. Ia sempat melenguhkan suara yg sepertinya menyebut namaku. Aku tidak peduli. Mulutku bergeser ke lehernya dan kudengar ia berkata dgn tidak jelas …. ?aduh kenapa kita jadi begini??. Aku tdk peduli dan mulutkupun bergeser ke payudaranya secara bergantion. Akhirnya suaranya yg awalnya seperti keberatan menjadi berganti dengan lenguhan dan desahan yg lirih.

Aku bangkit dr badannya sejenak utk melepaskan celanaku sampai akupun telanjang bulat. Kulihat ia sedikit kaget dan matanya terbuka melihatku seolah2 tak rela aku melepaskan tubuhnya. Namun secepat kilat setelah aku telanjang bulat aku kembali menggumulinya dan melumat bibirnya habis2an. Kedua tanganku merangkulnya dengan memegang erat bahu dan belakang kepalanya. Kupeluk ia erat2 dan iapun membalas ciuman bibirku dengan hangat bahkan liar. Matanya terpejam dan kedua tangannyapun memeluk diriku dan kadang megusap punggungku. Mulutku beralih ke payudaranya. Sekarang aku baru bisa melihat jelas bentuk payudara dan tubuhnya yg lain. Memang bukan bentuk yg ideal sebagaimana umumnya diceritakan di cerita2 saru lainnya. Payudaranya memang besar (aku tidak tau ukurannya) tapi sedikit turun dan tdk kencang. Tubuhnya masih proporsional walaupun cenderung gemuk dengan adanya lipatan2 lemak di pinggangnya dan perut yg kendur karena bekas melahirkan (mungkin), namun kulitnya begitu halus. Mulutku lalu melumat puting payudaranya yg kiri dan tangan kiriku meremas payudara yg kanan. Sedang tangan kananku bergerilya ke selangkangannya dan mengusap2 bagian yg masih terbungkus celana dalam tersebut. Jari2 tanganku menemukan lubang pada robekan celana dalamnya yg sudah tua sehingga jari2ku tsb bisa mengakses ke bagian selangkangannya yang mulai lembab pd rambutnya yg kurasakan cukup lebat. Jari2 kananku memainkan klitorisnya dan kadang2 kumasukkan ke dalam lubangnya sambil menggesaek2annya. Kurasakan desahan dan lenguhannya sedikit lebih keras menceracau. Sekilas kulihat kepalanya bergoyang ke kiri dan ke kanan dengan pelan tapi mulai liar. Tangan kirinya dia angkat sehingga jarinya ada didekat telinga kirinya sambil meremas2 seprai dan ujung bantal tidak karuan. Tangan kanannya mengusap kepala dan menarik2 rambutku.

Akupun mulai tdk bisa menahan diri lagi karena penisku sudah berdiri tegak sejak tadi. Ukuran penisku biasa2 saja (sebetulnya aku agak heran dgn ceritaa erotis yg bilang sampai 20 cm, aku tdk pernah mengukur sendiri). Kutarik celana dalamnya sampai lepas. Kemudian aku melepaskan tubuhnya dan mengambil posisi di antara dua pahanya. Waktu kulepas tubuhnya sejenak tadi ia sempat tersetak dan matanya terbuka seolah2 bertanya kenapa. Tapi begitu melihat aku sudah dalam posisi siap mengeksekusi dirinya iapun mulai memejamkan matanya lagi. Sambil kuremas2 payudaranya sebelum memasukan rudalku ke liangnya aku sedikit berbasa basi dan menanyakan apa ia ikhlas aku setubuhi malam ini. Dengan lirih ia mempersilakan dan bibirnya sedikit tersenyum. Kedua tangannya menarik badanku dan akupun mulai memasukkan penisku ke lubangnya. Walaupun sudah lembab dan ia pernah melahirkan, ternayata aku tdk bisa langsunga memasukkan penisku. Sampai2 tangan wanita yg telah lama menjanda dan kehidupan sehari2nya begitu kolot ini ikut membantu mengarahkan rudalku ke lubangnya. Rupanya nafsunya sudah membuat ia terlupa.

Di luar terdengar hujan mulai turun dengan lebat menambah liarnya suasana di kamarku dan pintu kamarku masih terbuka krn aku yakin tdk ada siapa2 lagi di rumah tipe 60 milik orang tuaku ini. Ujung rudalku mencoba merangsek kelubangnya scr pelan2 dgn gerakan maju mundur dan kadang2 berputar di area mulut lubangnya. Tidak terlalu lama rudalku mulai menembus liang senggamanya. Kepalanya bergerak ke kiri dan kanan. Matanya merem dan kadang setengah terbuka. Tangannya ke sana kemari kadang meremas seprai dan ujung bantal, kadang meremas rambutku dan kadang mengusap punggung dan bahkan mencakar punggung atau dadaku. Pinggulnya kadang menyentak maju menuju rudalku seolah2 sangat ingin agar rudalku segera masuk. Akhirnya rudalku yg sudah masuk sepertiganya ke liang senggamanya kucabut tiba2. Terlihat ia kaget dan membuka matanya. Ia memanggil namaku dengan suara yg sudah dikuasai birahi dan bertanya ada apa. Namun sebelum selesai pertanyaannya aku langsung dengan cepat dan sedikit tekanan menghujamkan rudalku ke liangnya yg walaupun sedikit seret tapi akhirnya bisa masuk seluruhnya ke dalam lubangnya dan aku memeluknya dengan mukaku begitu dekat dengan mukanya sambil menatap wajahnya yg penuh kepasrahan namun juga dikuasai birahi yg kuat.

Ia tersentak dan melenguh keras ………….. aaaaaaaahh …. sejenak aku mendiamkannya dengan posisi seperti itu. Ia mencoba menggerakkan pinggulnya maju dan mundur dengan ruang gerak yg terbatas. Aku pun mulai menggerakkan pinggulku ke belakang dan ke depan dengan gerakan pelan tapi pasti. Tanganku mulai mempermainkan kedua payudaranya dengan liar. Ia menceracau dan terus mendesah dan pinggulnya mencoba utk membawa diriku menggoyangnya lebih cepat lagi. Entah beberapa kali namaku ia sebut. Ia juga menceracau ia sayang dan mencintaiku. Dan aku yg sudah terbawa gelombang birahipun tidak memanggil ia ?bibi? lagi (ia sebetulnya terhitung nenekku, namun krn usianya tdk terlalu tua maka ia sering dipanggil bibi). Ya … dalam keadaan birahi tsb aku juga kadang menceracau memanggil namanya saja. Seperti tdk ada perbedaan usia dan kedudukan di antara kami.

Entah berapa lama aku menggoyangnya dengan gerakan yang sedang2 saja, tiba2 kedua tangannya merangkul tubuhku utk lebih merapat dengan dia. Aku pun melepaskan payudaranya dan juga akan merangkul tubuhnya. Kurasakan betapa lunak dan empuk tubuhnya yg agak gemuk dan memang sudah tidak terlalu sexy itu ketika kudekap. Semua bagian tubuhnya tidak ada yg kencang lagi. Namun kelunakan tubuhnya dan kehalusan kulitnya ditambah pertemuan dan gesekan antara kulit dadaku dgn kedua payudaranya membawa sensasi yg luar biasa bagi diriku. Irama gerakan pinggulku dan pinggulnya tetap stabil. Tiba2 ia mendesah dengan suara yg agak berbeda dan kedua matanya memejam rapat2. Ia mempererat dekapannya dan mengangkat pinggulnya agar selangkangannya lebih rapat dengan selangkanganku.

Setelah itu kedua kakinya mencoba mengkait kedua kakiku. Gerakan bibir dan raut mukanya menunjukan kelelahan tercampur dengan kenikmatan yg amat sangat. Rupanya ia sudah orgasme. Ia membuka matanya dan wajahnya ia dekatkan ke wajahku sambil bibirnya terbuka dan memperlihatkan isyarat utk minta aku cium. Bibirkupun menyambar bibirnya dan saling melumat. Ketika lidahku masuk kemulutnya, ternyata ia sudah bisa mengimbangi walaupun dengan terengah2. Terbayang reaksinya waktu orgasme tadi maka gairahku menjadi meningkat. Walaupun tau ia sudah orgasme beberapa saat setelah itu aku mulai meningkatkan kecepatan irama gerakan pinggulku utk membawa rudalku menghujam2 liang senggamanya.

Walaupun sambil berciuman aku tetap mempercepat gerakan pinggulku. Awalnya pinggulnya mencoba mengikuti gerakan pinggulku. Namun tiba2 ia melepaskan mulutku dan kepalanya bergerak kekiri dan diam dengan posisi miring ke kiri sehingga aku hanya bisa mencium pipi kanannya. Matanya merem melek. Dekapan tangannya ketubuhkupun ia lepaskan dan ia angkat ke atas sehingga jari2 kedua tangannya hanya meremas2 seprai di atas kepalanya. Kedua kakinya berubah gerakan menjadi mengangkang dengan seluas2nya. Aku jadi mempecepat gerakan pinggulku. Bahkan gerakan rudalku menjadi lebih ganas yaitu saat aku memundurkan pinggulku maka rudal keluar seluruhnya sampai di depan mulut liang senggamanya namun secepat kilat masuk lagi ke dalam lubangnya dan begitu seterusnya namun tdk pernah meleset. Tangan kiriku kembali meraba payu daranya dan kadang2 ke klitorisnya. Ia menceracau dan kali ini tidak menyebut namaku namun berkali bilang ?aduh …. ampun … sayang …? atau ?kasian aku sayang? dan bahkan ia bilang sudah tidak tahan lagi. Namun aku tau ia terbawa kenikmatan yg luar biasa yang sekian tahun tidak pernah ia rasakan. Malam dingin dan AC di kamarku tdk bisa menahan keluarnya keringat di tubuh kami.

Tiba2 kembali ia melenguh, kali ini lebih keras dan mulutnya maju mencari bibirku. Ya, ia kembali orgasme. Aku tidak menghiraukan mulutnya namun lebih berkosentrasi utk mempercepat gerakan pantatku sambil aku putar. Putus asa ia mencoba mencium bibirku ia rebah kembali, namun pd saat itu akupun mencapai puncaknya dan rudalku menyemburkan sperma yang banyak ke liang senggamanya. Sementara liang senggamanya berdenyut menerima sperma hangatku. Aku terkulai di atas tubuhnya dengan rudalku masih di dalam liang senggamanya. Kami berpelkan dgn sangat erat seolah2 tubuh kami ingin menjadi satu. Kami berciuman dan saling membelai. Berkali2 kami saling mengucapkan sayang. Iapun mengungkapkan betapa bahagianya ia krn selain bisa menolongku menyalurkan libidoku, juga ia merasa terpuaskan kebutuhan yang tdk pernah ia rasakan sekian tahu. Apalagi ketika setelah itu ia semapat bercerita betapa almarhum suaminya begitu kolot dalam bercinta dan sekedar mengeluarkan sperma saja. Ia baru tau bahwa bercinta dengan laki2 dapat lebih nikmat dibanding yg pernah ia rasakan.

Kami tertidur sambil berpelukan. Paginya ketika terbangun jam 8 pagi kami bercinta lagi dengan sebelumnya menelpon ke tempat diklatnya utk memberitahukan bahwa ia tdk enak badan. Ia adalah tipe wanina yg juga agak kolot. Beberapa variasi ia lakukan dgn kikuk. Ia sering tdk bersedia bila vaginanya aku oral dgn alasan tdk sampai hati melihat aku yg banyak menolongnya mengoral vaginanya. Tapi ia mau mengoral penisku kadang2. Biasanya ia mau kalau ia sudah tdk bisa mengimbangi permainanku sedang aku masih mau bercinta.

Selama sebulan ia tinggal di rumahku dan kami sudah seperti suami istri …. bahkan percintaan kami sering lebih panas. 2 hari setelah percintaan kami yg pertama aku malah sempat mengantar ia ke dokter utk pasang spiral agar tdk terjadi hal2 yg tdk diinginkan. Hal yg kusuka darinya adalah ia ternyata pandai menyembunyikan hubungan kami. Jadi bila ada tamu atau famili datang ke rumahku, sikap kami biasa2 saja. Memang aku sempat mendoktrin dia bhw hubungan kami ini adalah hubungan terlarang, namun krn awalnya menolongku maka tdk apa2 dilanjutkan krn ia harus mengerti dgn kebutuhanku sbg laki2 drpd aku kena penyakit bercinta di luaran maka ia tdk perlu tanggung2 menolongku. Selain itu hal yg kusukai dr dia adalah sikapnya yg berbakti kepadaku bila kami berdua saja. Hampir semua permintaanku mau ia terima selama ia anggap permainan normal. Ia bilang itu ia lakukan krn aku banyak menolongnya.

Kadang2 aku memutarkan kaset video BF utk memperlihatkan beberapa variasi padanya. Aku bahkan sempat melakukan penetrasi di anusnya. Sebetulnya kesediaannya utk disodomi itu dilakukan dgn terpaksa krn pd saat kami melakukan foreplay ternyata ia menstruasi. Melihat aku sudah di puncak birahi ia mencoba melakukannya dengan tangan dan mulut tapi tdk berhasil krn ia mmg tdk terlalu lihay. Akhirnya dengan dibantu hand body cream maka anusnya lah yg jadi sasaranku. Sebetulnya aku kasian juga melihat ia menitikan airmata waktu aku mulai menusukan rudalku ke anusnya. Tapi karena aku sudah berada di ujung kenikmatan maka aku tetap melakukannya.

Krn di rumah hanya kami berdua maka kami melakukannya di mana saja, bisa di kamar mandi, bisa di depan TV, dan lainnya. Hal yg paling mengesankan adalah suatu hari pada saat saya pulang jam istirahat siang, ternyata iapun baru pulang juga utk istirahat di rumah krn ada informasi instrukturnya akan datang terlambat sekitar setengah atau satu jam. Mendengar penyampaiannya itu aku langsung mutup pintu rumah dan menyergapnya. Aku baringkan ia di atas hambal di ruang tengah depan TV. Ia gelagapan dan berteriak2 senang sambil berpura2 protes. Aku hanya menurunkan celana tidak sampai lepas dan iapun cuma kusingkapkan rok panjangnya dan melepaskan celana dalamnya. Baju PNS nya hanya kubuka kancingnya dan menarik BHnya ke atas. Kerudungnya aku biarkan terpasang. Sehingga kamu bercinta dgn tdk sepenuhnya telanjang. Mungkin krn agak tegang permainan kami menjadi lebih lama dr permainan biasanya. Akhirnya kami istirahat di rumah dengan hanya makan nasi dan telur dadar krn waktu istirahat tersita utk bercinta.

Pada saat ia kembali ke kotanya kami masih berhubungan sebulan 3-4 kali dalam sebulan. Namun setelah aku pindah ke kota lain hubungan kami jadi sangat jarang. Terakhir ia menikah lagi dengan seorang duda yang usianya 7 tahun lebih tua dari dia. Itupun ia terima setelah aku yg mendorong utk menerimanya wkt ia menceritakan bhw ada orang yg mau melamarnya.

Demikianlah ceritaku. Sebetulnya sampai saat ia bersuamipun aku tau kalau aku datang kepada dirinya dan ia punya waktu maka ia akan bersedia melayaniku. Hanya aku tdk mau mengambil resiko yg lebih tinggi.

Monday, April 20, 2015

Lia Gadis Yang Cantik

Judi Slot Pake Pulsa

Streaming Film xxi Gratis

Teman - Hallo sahabat Cerita Mesum terbaru 2019, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Teman, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Cerita, Artikel Daun Muda, Artikel Mahasiswi, Artikel Perselingkuhan, Artikel Teman, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Lia Gadis Yang Cantik
link : Lia Gadis Yang Cantik

Baca juga


Teman

cerita dewasa

Ini berawal dari kenangan bersama seoarang gadis yang bernama Lia, yang berusia 23 tahun dan berstatus sebagai seorang mahasisiwi dari sebuah perguruan tinggi di Jakarta. Saat itu Lia yang sedang mengadakan liburan di sebuah tempat pariswisata yang terkenal dengan wisata pegunungan dan pantainya di sebelah timur pulau Bali, tanpa sengaja bertemu dengan diriku yang menjadi seorang pemain musik di cafe.

Pertemuan itu sendiri terjadi di internet cafe, yang kebetulan saat itu aku sedang mengetik beberapa lagu-lagu karanganku sendiri yang sengaja aku simpan di folder mailku. Lia saat itu sedang mencari informasi tentang tujuan wisata yang ada di daerah itu, namun sampai beberapa saat sepertinya Lia tidak menemukan apa yang dia cari.

Dengan sangat sopan dan ramah Lia memulai percakapan dengan menanyakan tempat-tempat yang bagus buat di kunjungi ke padaku. “Maaf apakah anda tahu tempat-tempat wisata unggulan daerah ini?” tanya Lia tiba-tiba. Aku yang saat itu duduk berjarak 2 meja darinya terkejut oleh pertanyaan spontan itu. “Anda bertanya kepada saya?” tanyaku kemudian. “Iya, maaf kalau mengejutkan anda!” Ujarnya kemudian. Dengan sedikit gugup, kemudian aku menjawab pertanyaan Lia, karena saat itu juga aku masih serius dengan file-file aku.

“Di daerah ini yang menjadi primadona wisatanya adalah pegunungannya, kedua wisata pantai yang menawarkan pemandangan bawah air yang terkenal dengan karang birunya, setelah itu wisata budaya yang menampilkan objek rumah adat daerah ini,” terangku kemudian. Mungkin karena penjelasan ku cukup menarik buat Lia, dengan raut muka yang ramah, kemudian dia duduk di sebelah mejaku yang tanpa dia sengaja juga dia telah memandangi monitor di depanku yang saat itu terpampang file dari lirik lagu-lagu karanganku yang saat itu sedang aku print. “Kamu mengarang lagu sendiri yah?” tanya Lia lagi. “Iya, kebetulan aja aku pemain musik di cafe dan suka menulis lirik lagu,” terangku lagi. “Boleh aku baca lirik lagu-lagu kamu?” sahut Lia kemudian. “Silakan, dengan senang hati,” lanjutku dengan menarik kursi di sebelahku dan menyodorkan kepada Lia, yang saat itu sedang berdiri di sampingku.

Setelah beberapa saat Lia membaca semua lirik lagu-lagu aku dengan serius, tak lama Lia berkata, “Kamu menulis kisah pribadi kamu menjadi lirik lagu yah?” tanya Lia lagi. Yang kemudian aku timpali dengan tersenyum kepada Lia. “Semua lirik lagu- laguku memang dari pengalaman pribadi, karena aku ingin apa yang menjadi kisah hidupku bisa aku rekam dalam bentuk sebuah seni dan akan menjadi kenangan yang sangat berharga bagiku nantinya,” jelasku lebih jauh. “Oh iya, kita sudah lama ngobrol nih tapi belum mengenal nama masing-masing diantara kita” sahut Lia spontan. Lia mengawalinya dengan menyodorkan tangannya.. “Lia..” ujarnya pendek. Yang kemudian giliran aku utuk melakukan hal yang sama. “Adietya,” sahutku juga. Dari perkenalan yang singkat itu, kami sudah saling akrab seperti layaknya teman lama. Saat itu juga dia memutuskan pergi besok paginya untuk mengisi acara liburannya dengan snorkeling di sebuah pulau kecil yang sepi dan berpasir putih. Waktu menunjukan pukul 08.00 WITA,

sesuai janjiku dengan Lia. Aku sudah berdiri di depan kamarnya dan kemudian aku mengetuk pintunya. Tak lama ada sahutan dari dalam. “Pagi Adiet.. Tunggu bentar yah, aku sudah siap kok,” Dalam hitungan menit Lia sudah keluar dari kamarnya. “Ayo kita berangkat!” katanya kemudian. Dengan berjalan menyusuri pantai kita menuju ke perahu motor yang sudah aku pesan semalam. Sebelum naik ke atas perahu motor, aku mengambil peralatan snorkeling untuk kita berdua berupa dua pasang masker berikut finnya. Dalam perjalanan menuju pulau kecil yang hanya membutuhkan waktu 45 menit, aku menjelaskan pemandangan sekitar kita saat itu.

Di samping kiri ada pemandangan Gunung Agung dari kejauhan, namun cukup jelas karena cuaca begitu bagus pagi itu. Sesampainya di tujuan aku dan Lia turun dari perahu motor dan kita lanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri hamparan pasir putih. Aku sudah membuka kaos saat di perahu motor tadi, dan hanya mengenakan celana renang ketika menuju lokasi snorkeling. Tak lama setelah sampai di bawah rindangnya pohon cemara, Lia membuka kaos nya dan terpampanglah suatau pemandangan yang membuat jantungku berdetak sesaat. Saat itu Lia mengenakan bikini warna biru tua yang kontras dengan warna kulitnya yang putih mulus. Mataku tertuju di tonjolan dadanya yang aku perkirakan berukuran 36b.

Kemudian pandanganku beralih kebawah menuju pahanya yang mulus di topang oleh sepasang kaki jenjangnya, menjadikan pesona tubuh Lia semakin sempurna. Aku hanya bisa menelan ludah saat itu dan berhayal seandainya aku bisa memeluk tubuh yang sexy itu betapa beruntungnya diriku. “Hai.. Kenapa melamun?” tegurnya mengejutkanku. “Aku sudah siap nih” sahut Lia melanjutkan. “Baiklah kalau begitu” ujarku menimpali tegurannya. Ini adalah pengalaman pertama bagi Lia untuk snorkeling, dan sebelumnya Lia minta di ajarin sampai bisa. Hal yang paling sulit adalah saat bernafas melalui mulut, karena seluruh wajah tertutup oleh masker, kecuali bagian mulut.

Dengan penuh kesabaran aku mengajari cara-cara snorkeling yang umum dilakukan. Pertama aku membantunya memasang masker yang mana saat itu aku berdiri begitu dekat dengan nya, aroma khas tubuh Lia tercium sesaat, ketika aku membetulkan anak rambut yang menutupi raut wajahnya. Kemudian Lia memasang fin sendiri, tanpa aku bantu. Tak lama berselang tubuh kita berdua sudah masuk ke dalam air. Perlahan aku berenang beriringan dengan Lia menuju ke tengah, yang aku perhatikan gaya berenang Lia sangat bagus. Setelah pengenalan di air cukup, akhirnya aku berenang agak menjauh, untuk memberikan kepercayan buat Lia melakukan snorkelingnya. Dari dalam air, beberapa kali aku sempat memandangi bentuk tubuh Lia yang aduhai dari arah belakang saat dia berenang, mulai dari belahan pantatnya yang ranum sampai ke tonjolan di dadanya yang menantang.

Kembali aku berenang beriringan dengan Lia untuk meyakinkan kalau dia baik-baik aja. Saat sedang asyiknya kita berenang, tiba-tiba kaki Lia kram. Dengan tindakan spontan aku memeluknya, agar tidak tenggelam dan membawanya ke sebuah batu karang besar yang menonjol di tengah laut. Kita berdiri di atas batu karang yang, masih menyisakan bagian leher kita yang tidak tenggelam. “Thanks ya Diet.. Atas bantuannya,” Ujar Lia sesaat setelah kejadian itu. “Sama-sama,” timpalku kemudian. Setelah acara snorkeling yang melelahkan, kita bersepakat untuk istirahat di bawah pohon cemara yang ada di tepian pantai. Sambil ngobrol tentang pribadi kita masing- masing, Lia meluruskan kakinya yang jenjang di hamparan pasir putih. Lia bercerita tentang kisah asmaranya dengan mantan pacarnya yang berakhir, karena cowoknya yang super sibuk sudah jarang lagi memperhatikannya.

Aku berusaha menghiburnya dengan mengatakan, kalau seandainya kalian tulus saling mengasihi hal itu tidak akan terjadi dan yang lebih terpenting adalah kedewasaan pasangan itu sendiri dalam menentukan sikap. Sepertinya Lia sangat senang dengan pendapatku yang demikian, hal itu terlihat dari sikapnya yang terpancar lewat senyumnya yang mengembang. “Makasih ya Diet.. Kamu sudah mau menjadi teman curhatku,” sahut Lia kemudian. Aku hanya tersenyum sambil mengatakan, “Saat ini aku sudah bisa membuat kamu tersenyum, mungkin saat lain kamu yang akan membuatku tersenyum.” timpalku pelan. Tak terasa kedekatan ini membuat tubuh kita semakin dekat, aku mendahuluinya dengan merengkuh tubuhnya untuk merapat ke pelukanku. Lia hanya diam sambil tersipu malu.

“Betapa bahagianya seorang cowok jika mendapatkan dirimu Lia,” lanjutku lagi. “Kamu begitu baik, sabar, cantik dan memiliki tubuh yang sexy lagi,” tambahku kemudian Yang di jawab dengan senyumannya yang mempesona. Dengan sedikit keberanian aku mendekatkan bibirku ke bibir Lia yang terbuka basah yang kedua matanya juga sudah terpejam. Sangat beruntung sekali suasana pantai siang itu sepi dan yang lebih menguntungkan lagi, karena memang lokasi kita duduk jauh berada di ujung. Dengan lembut aku mengulum bibir Lia yang ranum, dan terdengar desahan halus darinya. “Ohh.. Diet,” desahnya. Sembari membisikan kata-kata mesra aku melanjutkan ciumanku. “Aku sayang kamu Lia,”

bisikku pelan. Tanganku juga tak tingal diam, dengan perlahan aku mengelus punggung Lia yang hanya di lapisi bikini tanpa bra di dalamnya. Sesaat tindakan ini membuat Lia semakin terangsang yang diiringi dengan sikap memelukku erat. “Oh.. Diet teruskan,” desahnya lagi. Tanpa menghentikan tindakanku, tanganku yang satunya meremas payudara yang berukuran 36b itu dari luar bikini yang disambut dengan desahan berikutnya. “Ohh..” desah Lia kembali. Perlahan aku mulai membuka bikini Lia dari bagian atasnya dan berhenti sesaat sampai di pinggangnya, maka tersembulah payudara Lia yang ranum menggairahkan dengan di hiasi ujung nya yang merah dan mulai keras. Sepertinya Lia mulai terangsang sekali. Tanpa menunggu lama lidahku langsung mengecup permukaan payudar Lia dengan lembut dan pelan. Lidahku menelusuri setiap bagian payudaranya dengan lincah. Putingya aku hisap dengan lembut, sesaat setelah Lia bergetar pelan. Beralaskan kain pantai warna biru, aku merebahkan tubuh Lia yang sexy pelan.

Aku melanjutkan kegiatanku dengan memegang telapak kaki Lia kemudian, sesaat setelah Lia menelentang dan mencumbui setiap jengkal kakinya. Di mulai dengan menjilati tepalak kakinya yang mulus dan jari-jari kakinya yang lentik. Lidahku juga menghisap ujung jari- jari kakinya, yang membuat Lia semakin menggelinjang lembut. “Oh.. Diet.. Kamu pintar menaikkan gairahku,” desahnya pelan. Berikutnya lidahku berpindah untuk memberikan kepuasan lagi ke bagian tubuh Lia yang lain.

Kali ini adalah bagian lehernya yang aku mulai dengan mencumbu bagian belakang telinganya. Kembali Lia mendesah pelan.. “Ohh.. Teruskan Diet,” desahnya. Setelah cukup lama tangan Lia berdiam diri, akhirnya tergerak juga untuk mengambil bagian di kesempatan ini. Tonjolan di celana renangku sudah begitu keras, setelah tangan Lia masuk membelai penisku dengan lembut. “Oh.. Lia.. Sss..” desahku kemudian. Kemudian aku lanjutkan untuk membuka sisa dari bikini Lia yang di pinggang dengan menariknya kebawah sampai ke pangkal kaki. Dengan lembut aku menjulurkan lidahku ke bagian perut Lia yang ternyata dia sedikit kegelian. “Hek.. Geli Diet,” ujarnya. Seketika aku menghentikan menjilati bagian perutnya, yang aku lanjutkan dengan menjlati pahanya bagian dalam yang berakhir di pangkalnya yang berbulu hitam dan sangat lebat, tapi tertata rapi dan beraroma khas. Tak lama berselang aku menjulurkan lidahku ke bibir luar vagina Lia dengan lembut. Hal ini menimbulkan sensasi tersendiri buat Lia. “Ohh.. Diet.. Sss..” desahnya bergetar. Kemudian aku lanjutkan dengan menjulurkan ujung lidahku di clitorisnya yang sudah menonjol dikit. Tubuh Lia semakin bergetar setelah menerima perlakuan lidahku. “Ohh.. Enak.. Sayang..” desahnya pelan. Lendir di lubang vagina Lia semakin deras keluar,

menandakan kalau Lia begitu terangsang hebat. “Ohh.. Diet.. Masukin sekarang.. Sayang..” pintanya mesra. Sambil merangkak aku kembali menciumi bibir Lia yang terbuka, karena menahan rangsangan yang hebat. Dengan lembut aku memegang penisku dan mengarahkan nya ke lubang vagina Lia pelan. Tanpa kesulitan aku melesakan penisku ke dalam lubang vagina Lia, karena lendir Lia cukup memudahkan bagi penisku untuk menyeruak ke bagian dalam vaginanya. “Ohh.. Tekan lebih dalam.. Diet..” pintanya kemudian. Yang diiringi dengan bibirnya mendesis lirih. “Ssshh..” desis Lia. Perlahan dan lembut aku memaju mundurkan pinggulku untuk menusukkan penisku lebih dalam lagi. Sret.. Sret.., irama penisku beradu dengan vagina Lia. Setelah cukup lama bersentuhan, terasa tubuh Lia bergetar dan mendesirlah cairan di dalam vagina Lia dengan hangat, menyirami kepala penisku. Lia mencapai orgasmenya di barengi dengan jeritan nya yang menggairahkan. “Diet.. Aku sampai.. Ohh..” teriaknya lembut.

Kemudian aku mengecup bibir Lia dengan lembut, dan kembali memaju mundurkan penisku. Dalam beberapa saat aku merasakan tanda-tanda akan mencapai puncak, seketika aku mempercepat kocokan ku ke dalam vagina Lia. Sret.. Sret.. Sret, bunyi penisku beradu dengan vagina Lia. Bergetar tubuhku saat aku menyemprotkan spermaku ke dalam vagina Lia dengan deras, sambil memeluk erat tubuh Lia yang sexy. “Ohh.. Sayang.. Enak.. Sekali..” jeritku sesaat setelah spermaku membasahi seluruh bagian dalam vagina Lia. Setelah itu aku kembali mengecup bibir Lia dengan lembut dan membisikkan kata-kata.. “Makasih yah sayang.. Kamu sudah membahagiakan aku,” bisikku lembut. Begitulah seterusnya kisah cinta antara aku dan Lia yang berujung hubungan lebih serius sepulang nya Lia Ke Jakarta. Sampai di sini dulu kisahku, nantikan kisahku yang lainnya. E N D

cerita dewasa

Ini berawal dari kenangan bersama seoarang gadis yang bernama Lia, yang berusia 23 tahun dan berstatus sebagai seorang mahasisiwi dari sebuah perguruan tinggi di Jakarta. Saat itu Lia yang sedang mengadakan liburan di sebuah tempat pariswisata yang terkenal dengan wisata pegunungan dan pantainya di sebelah timur pulau Bali, tanpa sengaja bertemu dengan diriku yang menjadi seorang pemain musik di cafe.

Pertemuan itu sendiri terjadi di internet cafe, yang kebetulan saat itu aku sedang mengetik beberapa lagu-lagu karanganku sendiri yang sengaja aku simpan di folder mailku. Lia saat itu sedang mencari informasi tentang tujuan wisata yang ada di daerah itu, namun sampai beberapa saat sepertinya Lia tidak menemukan apa yang dia cari.

Dengan sangat sopan dan ramah Lia memulai percakapan dengan menanyakan tempat-tempat yang bagus buat di kunjungi ke padaku. “Maaf apakah anda tahu tempat-tempat wisata unggulan daerah ini?” tanya Lia tiba-tiba. Aku yang saat itu duduk berjarak 2 meja darinya terkejut oleh pertanyaan spontan itu. “Anda bertanya kepada saya?” tanyaku kemudian. “Iya, maaf kalau mengejutkan anda!” Ujarnya kemudian. Dengan sedikit gugup, kemudian aku menjawab pertanyaan Lia, karena saat itu juga aku masih serius dengan file-file aku.

“Di daerah ini yang menjadi primadona wisatanya adalah pegunungannya, kedua wisata pantai yang menawarkan pemandangan bawah air yang terkenal dengan karang birunya, setelah itu wisata budaya yang menampilkan objek rumah adat daerah ini,” terangku kemudian. Mungkin karena penjelasan ku cukup menarik buat Lia, dengan raut muka yang ramah, kemudian dia duduk di sebelah mejaku yang tanpa dia sengaja juga dia telah memandangi monitor di depanku yang saat itu terpampang file dari lirik lagu-lagu karanganku yang saat itu sedang aku print. “Kamu mengarang lagu sendiri yah?” tanya Lia lagi. “Iya, kebetulan aja aku pemain musik di cafe dan suka menulis lirik lagu,” terangku lagi. “Boleh aku baca lirik lagu-lagu kamu?” sahut Lia kemudian. “Silakan, dengan senang hati,” lanjutku dengan menarik kursi di sebelahku dan menyodorkan kepada Lia, yang saat itu sedang berdiri di sampingku.

Setelah beberapa saat Lia membaca semua lirik lagu-lagu aku dengan serius, tak lama Lia berkata, “Kamu menulis kisah pribadi kamu menjadi lirik lagu yah?” tanya Lia lagi. Yang kemudian aku timpali dengan tersenyum kepada Lia. “Semua lirik lagu- laguku memang dari pengalaman pribadi, karena aku ingin apa yang menjadi kisah hidupku bisa aku rekam dalam bentuk sebuah seni dan akan menjadi kenangan yang sangat berharga bagiku nantinya,” jelasku lebih jauh. “Oh iya, kita sudah lama ngobrol nih tapi belum mengenal nama masing-masing diantara kita” sahut Lia spontan. Lia mengawalinya dengan menyodorkan tangannya.. “Lia..” ujarnya pendek. Yang kemudian giliran aku utuk melakukan hal yang sama. “Adietya,” sahutku juga. Dari perkenalan yang singkat itu, kami sudah saling akrab seperti layaknya teman lama. Saat itu juga dia memutuskan pergi besok paginya untuk mengisi acara liburannya dengan snorkeling di sebuah pulau kecil yang sepi dan berpasir putih. Waktu menunjukan pukul 08.00 WITA,

sesuai janjiku dengan Lia. Aku sudah berdiri di depan kamarnya dan kemudian aku mengetuk pintunya. Tak lama ada sahutan dari dalam. “Pagi Adiet.. Tunggu bentar yah, aku sudah siap kok,” Dalam hitungan menit Lia sudah keluar dari kamarnya. “Ayo kita berangkat!” katanya kemudian. Dengan berjalan menyusuri pantai kita menuju ke perahu motor yang sudah aku pesan semalam. Sebelum naik ke atas perahu motor, aku mengambil peralatan snorkeling untuk kita berdua berupa dua pasang masker berikut finnya. Dalam perjalanan menuju pulau kecil yang hanya membutuhkan waktu 45 menit, aku menjelaskan pemandangan sekitar kita saat itu.

Di samping kiri ada pemandangan Gunung Agung dari kejauhan, namun cukup jelas karena cuaca begitu bagus pagi itu. Sesampainya di tujuan aku dan Lia turun dari perahu motor dan kita lanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri hamparan pasir putih. Aku sudah membuka kaos saat di perahu motor tadi, dan hanya mengenakan celana renang ketika menuju lokasi snorkeling. Tak lama setelah sampai di bawah rindangnya pohon cemara, Lia membuka kaos nya dan terpampanglah suatau pemandangan yang membuat jantungku berdetak sesaat. Saat itu Lia mengenakan bikini warna biru tua yang kontras dengan warna kulitnya yang putih mulus. Mataku tertuju di tonjolan dadanya yang aku perkirakan berukuran 36b.

Kemudian pandanganku beralih kebawah menuju pahanya yang mulus di topang oleh sepasang kaki jenjangnya, menjadikan pesona tubuh Lia semakin sempurna. Aku hanya bisa menelan ludah saat itu dan berhayal seandainya aku bisa memeluk tubuh yang sexy itu betapa beruntungnya diriku. “Hai.. Kenapa melamun?” tegurnya mengejutkanku. “Aku sudah siap nih” sahut Lia melanjutkan. “Baiklah kalau begitu” ujarku menimpali tegurannya. Ini adalah pengalaman pertama bagi Lia untuk snorkeling, dan sebelumnya Lia minta di ajarin sampai bisa. Hal yang paling sulit adalah saat bernafas melalui mulut, karena seluruh wajah tertutup oleh masker, kecuali bagian mulut.

Dengan penuh kesabaran aku mengajari cara-cara snorkeling yang umum dilakukan. Pertama aku membantunya memasang masker yang mana saat itu aku berdiri begitu dekat dengan nya, aroma khas tubuh Lia tercium sesaat, ketika aku membetulkan anak rambut yang menutupi raut wajahnya. Kemudian Lia memasang fin sendiri, tanpa aku bantu. Tak lama berselang tubuh kita berdua sudah masuk ke dalam air. Perlahan aku berenang beriringan dengan Lia menuju ke tengah, yang aku perhatikan gaya berenang Lia sangat bagus. Setelah pengenalan di air cukup, akhirnya aku berenang agak menjauh, untuk memberikan kepercayan buat Lia melakukan snorkelingnya. Dari dalam air, beberapa kali aku sempat memandangi bentuk tubuh Lia yang aduhai dari arah belakang saat dia berenang, mulai dari belahan pantatnya yang ranum sampai ke tonjolan di dadanya yang menantang.

Kembali aku berenang beriringan dengan Lia untuk meyakinkan kalau dia baik-baik aja. Saat sedang asyiknya kita berenang, tiba-tiba kaki Lia kram. Dengan tindakan spontan aku memeluknya, agar tidak tenggelam dan membawanya ke sebuah batu karang besar yang menonjol di tengah laut. Kita berdiri di atas batu karang yang, masih menyisakan bagian leher kita yang tidak tenggelam. “Thanks ya Diet.. Atas bantuannya,” Ujar Lia sesaat setelah kejadian itu. “Sama-sama,” timpalku kemudian. Setelah acara snorkeling yang melelahkan, kita bersepakat untuk istirahat di bawah pohon cemara yang ada di tepian pantai. Sambil ngobrol tentang pribadi kita masing- masing, Lia meluruskan kakinya yang jenjang di hamparan pasir putih. Lia bercerita tentang kisah asmaranya dengan mantan pacarnya yang berakhir, karena cowoknya yang super sibuk sudah jarang lagi memperhatikannya.

Aku berusaha menghiburnya dengan mengatakan, kalau seandainya kalian tulus saling mengasihi hal itu tidak akan terjadi dan yang lebih terpenting adalah kedewasaan pasangan itu sendiri dalam menentukan sikap. Sepertinya Lia sangat senang dengan pendapatku yang demikian, hal itu terlihat dari sikapnya yang terpancar lewat senyumnya yang mengembang. “Makasih ya Diet.. Kamu sudah mau menjadi teman curhatku,” sahut Lia kemudian. Aku hanya tersenyum sambil mengatakan, “Saat ini aku sudah bisa membuat kamu tersenyum, mungkin saat lain kamu yang akan membuatku tersenyum.” timpalku pelan. Tak terasa kedekatan ini membuat tubuh kita semakin dekat, aku mendahuluinya dengan merengkuh tubuhnya untuk merapat ke pelukanku. Lia hanya diam sambil tersipu malu.

“Betapa bahagianya seorang cowok jika mendapatkan dirimu Lia,” lanjutku lagi. “Kamu begitu baik, sabar, cantik dan memiliki tubuh yang sexy lagi,” tambahku kemudian Yang di jawab dengan senyumannya yang mempesona. Dengan sedikit keberanian aku mendekatkan bibirku ke bibir Lia yang terbuka basah yang kedua matanya juga sudah terpejam. Sangat beruntung sekali suasana pantai siang itu sepi dan yang lebih menguntungkan lagi, karena memang lokasi kita duduk jauh berada di ujung. Dengan lembut aku mengulum bibir Lia yang ranum, dan terdengar desahan halus darinya. “Ohh.. Diet,” desahnya. Sembari membisikan kata-kata mesra aku melanjutkan ciumanku. “Aku sayang kamu Lia,”

bisikku pelan. Tanganku juga tak tingal diam, dengan perlahan aku mengelus punggung Lia yang hanya di lapisi bikini tanpa bra di dalamnya. Sesaat tindakan ini membuat Lia semakin terangsang yang diiringi dengan sikap memelukku erat. “Oh.. Diet teruskan,” desahnya lagi. Tanpa menghentikan tindakanku, tanganku yang satunya meremas payudara yang berukuran 36b itu dari luar bikini yang disambut dengan desahan berikutnya. “Ohh..” desah Lia kembali. Perlahan aku mulai membuka bikini Lia dari bagian atasnya dan berhenti sesaat sampai di pinggangnya, maka tersembulah payudara Lia yang ranum menggairahkan dengan di hiasi ujung nya yang merah dan mulai keras. Sepertinya Lia mulai terangsang sekali. Tanpa menunggu lama lidahku langsung mengecup permukaan payudar Lia dengan lembut dan pelan. Lidahku menelusuri setiap bagian payudaranya dengan lincah. Putingya aku hisap dengan lembut, sesaat setelah Lia bergetar pelan. Beralaskan kain pantai warna biru, aku merebahkan tubuh Lia yang sexy pelan.

Aku melanjutkan kegiatanku dengan memegang telapak kaki Lia kemudian, sesaat setelah Lia menelentang dan mencumbui setiap jengkal kakinya. Di mulai dengan menjilati tepalak kakinya yang mulus dan jari-jari kakinya yang lentik. Lidahku juga menghisap ujung jari- jari kakinya, yang membuat Lia semakin menggelinjang lembut. “Oh.. Diet.. Kamu pintar menaikkan gairahku,” desahnya pelan. Berikutnya lidahku berpindah untuk memberikan kepuasan lagi ke bagian tubuh Lia yang lain.

Kali ini adalah bagian lehernya yang aku mulai dengan mencumbu bagian belakang telinganya. Kembali Lia mendesah pelan.. “Ohh.. Teruskan Diet,” desahnya. Setelah cukup lama tangan Lia berdiam diri, akhirnya tergerak juga untuk mengambil bagian di kesempatan ini. Tonjolan di celana renangku sudah begitu keras, setelah tangan Lia masuk membelai penisku dengan lembut. “Oh.. Lia.. Sss..” desahku kemudian. Kemudian aku lanjutkan untuk membuka sisa dari bikini Lia yang di pinggang dengan menariknya kebawah sampai ke pangkal kaki. Dengan lembut aku menjulurkan lidahku ke bagian perut Lia yang ternyata dia sedikit kegelian. “Hek.. Geli Diet,” ujarnya. Seketika aku menghentikan menjilati bagian perutnya, yang aku lanjutkan dengan menjlati pahanya bagian dalam yang berakhir di pangkalnya yang berbulu hitam dan sangat lebat, tapi tertata rapi dan beraroma khas. Tak lama berselang aku menjulurkan lidahku ke bibir luar vagina Lia dengan lembut. Hal ini menimbulkan sensasi tersendiri buat Lia. “Ohh.. Diet.. Sss..” desahnya bergetar. Kemudian aku lanjutkan dengan menjulurkan ujung lidahku di clitorisnya yang sudah menonjol dikit. Tubuh Lia semakin bergetar setelah menerima perlakuan lidahku. “Ohh.. Enak.. Sayang..” desahnya pelan. Lendir di lubang vagina Lia semakin deras keluar,

menandakan kalau Lia begitu terangsang hebat. “Ohh.. Diet.. Masukin sekarang.. Sayang..” pintanya mesra. Sambil merangkak aku kembali menciumi bibir Lia yang terbuka, karena menahan rangsangan yang hebat. Dengan lembut aku memegang penisku dan mengarahkan nya ke lubang vagina Lia pelan. Tanpa kesulitan aku melesakan penisku ke dalam lubang vagina Lia, karena lendir Lia cukup memudahkan bagi penisku untuk menyeruak ke bagian dalam vaginanya. “Ohh.. Tekan lebih dalam.. Diet..” pintanya kemudian. Yang diiringi dengan bibirnya mendesis lirih. “Ssshh..” desis Lia. Perlahan dan lembut aku memaju mundurkan pinggulku untuk menusukkan penisku lebih dalam lagi. Sret.. Sret.., irama penisku beradu dengan vagina Lia. Setelah cukup lama bersentuhan, terasa tubuh Lia bergetar dan mendesirlah cairan di dalam vagina Lia dengan hangat, menyirami kepala penisku. Lia mencapai orgasmenya di barengi dengan jeritan nya yang menggairahkan. “Diet.. Aku sampai.. Ohh..” teriaknya lembut.

Kemudian aku mengecup bibir Lia dengan lembut, dan kembali memaju mundurkan penisku. Dalam beberapa saat aku merasakan tanda-tanda akan mencapai puncak, seketika aku mempercepat kocokan ku ke dalam vagina Lia. Sret.. Sret.. Sret, bunyi penisku beradu dengan vagina Lia. Bergetar tubuhku saat aku menyemprotkan spermaku ke dalam vagina Lia dengan deras, sambil memeluk erat tubuh Lia yang sexy. “Ohh.. Sayang.. Enak.. Sekali..” jeritku sesaat setelah spermaku membasahi seluruh bagian dalam vagina Lia. Setelah itu aku kembali mengecup bibir Lia dengan lembut dan membisikkan kata-kata.. “Makasih yah sayang.. Kamu sudah membahagiakan aku,” bisikku lembut. Begitulah seterusnya kisah cinta antara aku dan Lia yang berujung hubungan lebih serius sepulang nya Lia Ke Jakarta. Sampai di sini dulu kisahku, nantikan kisahku yang lainnya. E N D

Ani Yang Masih Perawan

Judi Slot Pake Pulsa

Streaming Film xxi Gratis

Teman - Hallo sahabat Cerita Mesum terbaru 2019, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Teman, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Belia, Artikel Cerita, Artikel Mahasiswi, Artikel Perawan, Artikel Teman, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Ani Yang Masih Perawan
link : Ani Yang Masih Perawan

Baca juga


Teman

cerita sex

Waktu itu saya masuk sebuah sekolah akademik diploma 1 tahun di Bandung, dan ternyata semua mahasiswi-mahasiswinya di sini lumayan cakep-cakep juga. Setelah 2 minggu lewat saya mulai akrab dengan semua mahasiswa-mahasiwa sekampus, dan terus terang di jurusan saya (Manajemen Informatika), perempuannya hanya sedikit sekali, dan kampus ini juga baru berdiri jadi belum begitu terkenal.

Setelah tiga minggu belajar di kampus ini, ternyata ada mahasiswi baru yang cantik, putih dan bercahaya, pakaiannya juga biasa-biasa saja tetapi semua laki-laki di kelasku, melongok melihat dia. Yaa ampun, cantik benar nih. Jam mata kuliah pertama selesai dan anak-anak laki-laki di kelasku banyak yang kenalan tapi terus terang hanya saya dan temanku berdua bisa dibilang cool, kami hanya keluar dan makan di kantin. Saya benar-benar belum punya nyali untuk dekat dengan wanita-wanita di kampus waktu itu. Dan dengan si mahasiswi baru itu pun kenalnya sangat lama sekali. Sebut saja nama panggilannya Ani. Saya yang baru memasuki dunia baru di perkuliahan, dan melihat cewek-cewek di kampus pun begitu menggebu-gebu nafsu birahiku. Tapi saya hanya punya pikiran dan perasaan sama si Ani ini, mungkin banyak cowok lainnya berpikiran dan berperasaan begitu juga, tapi saya tidak PD, dan saya itu bisa dibilang pendiam dan rata-rata menurut teman-teman, saya ini punya wajah lumayan ganteng. Yaa.. itu sih menurut teman-temanku.

Waktu perkuliahan pun terus berjalan, dan setelah 3 bulan lebih saya mulai akrab dengan Ani ini dan mulai sering ngobrol (sebelumnya hanya kenal senyum saja, ataupun hanya menanyakan tugas mata kuliah). Dan ternyata Dia ini lagi cuti kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta hukum terkenal di Bandung, tapi saya lupa waktu itu dia semester berapa, yang saya ingat waktu itu saya berumur 19 tahun dan dia berumur 22 tahun. Dan ternyata dia sudah punya pacar. Waduh hatiku lemas, walaupun sudah jarang ketemu tetapi statusnya masih resmi pacaran.

Saat kami berdua ngobrol, dia suka curhat tetapi saya suka mencuri pandangan ke arah buah dadanya yang indah menawan itu. Waduh pokoknya bulat tegap dan sedikit runcing, begitu juga kulitnya tidak satupun bekas goresan luka, hanya putih mulus dan pantatnya bulat menantang. Kalau dilihat dari belakang, waduh.. membuat kemaluan saya berdiri tegap dan ingin kuremas-remas dan ditancap dari belakang. Bayangkan kalau berjalan dia berlenggang-lenggok. Dia memiliki rambut yang indah, hitam dan panjang, berhidung mancung, berbibir tipis, alis dan bulu mata yang lentik (tapi seperti cewek bule). Dan memang cewek ini anak seorang yang kaya raya. Dan kami pun menjadi dekat dan akrab, tapi tidak tahu dia itu sukanya bareng dan jalan sama saya saja. Padahal kan banyak teman cewek di kampus itu ataupun cowok yang lain. Yaa.. tapi saya pun sangat senang sekali bisa jalan bareng sama Ani, Dia pun sering mengajak saya main ke rumahnya. Namun itu tidak pernah terjadi, mungkin saya tidak biasa main ke rumah cewek. Dan akhirnya dia ingin main ke rumah saya, waduh saya juga bingung karena saya juga belum pernah kedatangan teman cewek apalagi seperti dia, tapi dia terus memaksa saya.

Suatu hari di kampus, mata kuliah satu sudah selesai dan harus masuk lagi untuk mata kuliah yang kedua, tapi waktunya sore hari, dan ketika sudah selesai mata kuliah satu, kami pun merasa BT kalau di kampus saja, dan Ani memaksa saya untuk main ke rumah saya, katanya ingin tahu tempat tinggal saya dan sekaligus ingin curhat. Ya untungnya rumah saya itu hanya ada saudara saya (karena saya tidak tinggal bersama orang tua) dan rumah itu milik nenek saya. Oleh karena itu kehidupan saya bebas dan saling cuek sama anggota keluarga lainnya di rumah itu. Tidak ada saling curiga atau hal apapun, yang penting tidak saling merugikan satu sama lain.

Kami pun berdua pergi ke rumah saya. Siang bolong, ketika sudah sampai di rumah, Ani saya persilakan masuk ke kamar saya dan ternyata saya tidak grogi atas kedatangan cewek cantik ini. Dan ketika baru mengobrol sebentar lalu dia bicara, Ted panas yaah hawa di Bandung sekarang ini.
Iya nih! sambil kubawakan minuman dingin yang sangat sejuk sekali.
Ted.. boleh nggak saya buka baju, kamu jangan malu Ted, saya masih pake pakaian dalam kok, habis panass siihh..
Waduh memang saya merasa malu waktu itu dan sedikit deg-degan jantungku.
Aduuh gimana kamu ini, emang kamu nggak malu sama aku? bantahku.

Tapi kan dia sudah ngomong kalau dia masih memakai pakaian dalam. Kemudian saya keluar kamar sebentar untuk mengambil makanan ringan di lemari es, dan ketika saya memasuki kamar lagi, ya ampun.. pakaian dalam sih pakaian dalam tapi kalau ternyata kalau itu BH yang super tipis dan kelihatan puting susunya. Waduh, saya sangat grogi waktu itu dan saya pun sering memalingkan wajah, tapi tidak dapat dipungkiri, kemaluan saya pun berereksi dan aliran darah saya pun mengalir tidak karuan, apalagi hawa sedang panas-panasnya.
Ayo sekarang kamu mau curhat lagi? kataku.
Nggak sih Ted, saya udah minta putus sama dia (pacarnya-red) dan dia setuju untuk resmi putus.
Ya udah.. abis gimana lagi, katanya.

Dalam hatiku, asyik dia sudah putus, dan saya pun berpura-pura bersedih, karena memang kasihan melihat wajahnya sedikit pucat dan sedikit menangis. Dia memelukku sambil sedikit bicara kepadaku, tapi itu lho anuku tidak bisa diam dan semakin panas saja suhu tubuhku. Ketika kuelus rambut dan punggungnya, eh dia menciumku dan kubalas ciumannya dan dia membalas lagi, semakin lama kami berciuman dan dia memasukkan lidahnya ke mulutku. Waduh, ini benar-benar mengasyikan dan terus terang ini adalah pertama kali bagiku. Dan dia pun mengeluarkan suara desahan yang sangat lembut dan sensual, dan dituntunnya tanganku ke buah dadanya, langsung saja kuremas-remas dan BH-nya pun kubuka. Wow, buah dada yang sangat indah, putih, bulat berisi dan mancung serta puting yang bagus, sedikit warna merah di seputar putingnya dan berwarna coklat di puncaknya, sekali-kali kupelentir putingnya dan dia pun mendesah kuat, Ssstthh ha.. hah.. aahh.. okhs Ted, bagus Ted, eenakk, suaranya yang kecil dan merdu. Dia membuka bajuku dan aku kini dibuatnya telanjang, tapi aku hanya pasrah saja, tidak ada rasa malu lagi.

Apa kamu sering melakukan ini sama pacar kamu? kataku.
Iya Ted, tapi nggak sering.. aaksshh.. kata dia sambil mendesah, tanganku diarahkannya ke liang kemaluannya, dan langsung kuelus-elus sambil lidahku menjilat putingnya yang indah itu. Sedikit-sedikit kuselingi dengan gigitan ringan tepat di puncaknya, dan dia menggeliat keenakan. Dan kemaluannya pun basah. Kubuka celananya dan celana dalamnya secara perlahan.

Oh iya, kami melakukannya di sofa kamarku tepat di depan TV dan stereo-set. Dan kami lagi sedang mendengarkan lagu-lagu rock barat tahun 70-an, ketika kubuka CD-nya, yes.. dia memiliki kemaluan yang bagus, bulu sedikit, dan memang dia masih perawan, dengan pacarnya juga hanya melakukan oral sex. Tetapi saya belum berani untuk menjilat kemaluannya, saya hanya mengesekkan tangan saya ke bibir kemaluannya. Eh ternyata dia turun dari sofa dan menghisap batang kemaluanku, Aaakshh.. hsstt oks! dia menjilati biji pelerku dan dia mengisap kemaluanku lagi sambil dipegang dan dikocoknya. Waduuhh.. enak sekalii akkhhss.. aliran-aliran darahku mengalir dengan serentak dan ingin kumasukkan kemaluanku ke liang kemaluannya, tapi apa dia mau? Beberapa menit kemudian.. Ted, kamu punya barang gede enggak, kecil enggak, panjang enggak and pendek enggak, tapi bener Ted, saya sangat suka kamu punya barang, katanya sambil berdiri dan lubang kemaluannya dihadapkannya ke wajahku aku semakin tidak kuat saja.

Langsung saja kujilat liang kemaluannya. Wah agak bau juga nih, tapi bau yang enak. Semakin lama semakin asyik dan sangat enak, dan dia pun merintih-rintih kecil, Uwuuhh oo.. sstt akhs.. akhs.. akhs.. oohh aahh.. sstth, sambil tubuhnya agak bergerak nggak karuan, mungkin jilatanku belum pintar tapi kulihat dia sedang keasyikan menikmati jilatanku. Lalu dia berdiri dan menarik tubuhku ke lantai. Di situ kami berciuman lagi, entah kenapa aku merasakan sesuatu yang hangat di sekitar liang kemaluannya, kuingin batang kemaluanku dimasukkannya ke lubang kemaluannya. Soalnya aku masih ragu. Tapi saya memberanikan untuk bicara.

An, kamu masih perawan nggak?
Iya.. aksshh.. sstt.. sstt aakhs, katanya. Ternyata dugaanku benar.
Tapi sama pacar kamu itu?
Iya tapi kalau aku sama dia hanya oral aja, kata Ani.
Tapi Ted, gimana kalau kita ini sekarang.. dia tidak melanjutkan pembicaraannya.

Okh.. ookh.. okh.. sstt.. dia mencoba untuk memasukan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya dengan bantuan tangannya. Dengan begitu, aku pun berusaha untuk memasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya, dan secara perlahan kugesekkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya dan sedikit demi sedikit kumasukkan kemaluanku, tapi ini hanya sampai kepala aja, dan.. Ooohh aakksshh.. ahh.. ah.. aahh.. oohh.. sset, dia merintih- rintih. Aku terus menggenjot dia.
Ted, ternyata pedih juga, aahh! katanya.
Tapi teruskan saja Ted…
Kulihat wajahnya memang mengkhawatirkan juga, tapi yang kurasakan adalah kenikmatan, meskipun itu masih tersendat-sendat dan sedikit kehangatan, Ookkhhss.. sstt, aduh nikmatnya, kataku. Dan memang ada sedikit darah di batang kemaluanku dan yes.. semua batang kemaluanku masuk, dan benar-benar nikmat tiada tara, dan hilanglah perawannya dan perjakaku.

Ssstt.. sstt.. desahannya yang merdu dan menggairahkan apalagi didukung oleh kecantikannya dan mulus kulitnya. Dan kami masih melakukan gaya konvensional dan terus kugenjot naik turun, naik turun dan tumben, aku masih kuat dan menahan kenikmatan ini, karena kalau aku sedang onani, tidak selama ini. Di lantai itu kami melakukannya serasa di surga. Assh.. asshh.. aakss.. oohh.. aksh.. sstt, dia menjerit-jerit tapi biarlah kedengaran oleh saudaraku, yang lagi nonton TV di ruang keluarga. Karena pasti suara jeritan Ani ini kedengaran. Terus Ted, aduhh Ted kok enak sih.. aakss ssttss.. katanya sambil merem melek matanya dan bibirnya yang aduhai melongo ke langit dan langsung kujilat lidahnya. Duuhh aahss sstt duh An, aku mau keluar nih! kataku. Uuhhss sstt jangan dulu dong Ted.. bentar lagi aja, katanya. Tapi memang saya waktu itu sudah nggak kuat, ehh ternyata.. Sss oohh akkhhss.. oohh, duh Ted boleh deh sekarang, kamu dikeluarinnya di sini aja, sambil ditunjukanya ke arah payudaranya. Dan.. Creett.. cret.. cret.. crret dan air maniku yang banyak itu menyemprot ke payudaranya dan sekitar lehernya. Selesailah main-main sama Ani, dan waktu pun menunjukan arah jam 5 lebih dan memang kami sudah telat untuk pergi lagi ke kampus memasuki pelajaran Mata Kuliah kedua.

Kami berdua terkulai dan ketiduran di lantai itu dalam keadaan masih telanjang, dan lagu di stereo tape-ku pun sudah lama habis. Bangun-bangun sudah hampir jam 19.00, kami pun bergegas berpakaian dan aku pergi ke kamar mandi untuk mandi, sesudah saya selesai mandi dia juga mandi, dan akhirnya kami pergi jalan-jalan sekalian mencari makan. Kami pergi ke daerah Merdeka dan makan. Sesudah itu kami nonton di Bioskop. Di Bandung Indah Plaza (BIP), lupa lagi waktu itu kami nonton apa. Sesudah selesai nonton Ani tidak mau pulang dia ingin menginap di rumah saya. Waduh celaka juga nih anak, ketagihan atau dia lagi ada masalah dengan keluarga di rumahnya. Setelah kami berbincang-bincang, ternyata dia tinggal tidak bersama orang tuanya, sama seperti saya. Dia tinggal bersama bibinya, dan memang tidak ada perhatian bibinya kepada Ani. Dan kami berdua pulang ke rumah saya dengan membawa makanan ringan, minuman (beer dan Fanta). Sesampainya di rumahku, kami berdua mengobrol lagi sambil menonton TV, dan kusuruh dia tidur duluan, kamipun tidur sambil berpelukan terbuai terbawa oleh mimpi indah kami berdua.

sejak saat itulah kami resmi berpacaran, dengan begitu makin sering juga kami melakukan perbuatan nikmat seperti yang telah kami lakukan sebelumnya.

cerita sex

Waktu itu saya masuk sebuah sekolah akademik diploma 1 tahun di Bandung, dan ternyata semua mahasiswi-mahasiswinya di sini lumayan cakep-cakep juga. Setelah 2 minggu lewat saya mulai akrab dengan semua mahasiswa-mahasiwa sekampus, dan terus terang di jurusan saya (Manajemen Informatika), perempuannya hanya sedikit sekali, dan kampus ini juga baru berdiri jadi belum begitu terkenal.

Setelah tiga minggu belajar di kampus ini, ternyata ada mahasiswi baru yang cantik, putih dan bercahaya, pakaiannya juga biasa-biasa saja tetapi semua laki-laki di kelasku, melongok melihat dia. Yaa ampun, cantik benar nih. Jam mata kuliah pertama selesai dan anak-anak laki-laki di kelasku banyak yang kenalan tapi terus terang hanya saya dan temanku berdua bisa dibilang cool, kami hanya keluar dan makan di kantin. Saya benar-benar belum punya nyali untuk dekat dengan wanita-wanita di kampus waktu itu. Dan dengan si mahasiswi baru itu pun kenalnya sangat lama sekali. Sebut saja nama panggilannya Ani. Saya yang baru memasuki dunia baru di perkuliahan, dan melihat cewek-cewek di kampus pun begitu menggebu-gebu nafsu birahiku. Tapi saya hanya punya pikiran dan perasaan sama si Ani ini, mungkin banyak cowok lainnya berpikiran dan berperasaan begitu juga, tapi saya tidak PD, dan saya itu bisa dibilang pendiam dan rata-rata menurut teman-teman, saya ini punya wajah lumayan ganteng. Yaa.. itu sih menurut teman-temanku.

Waktu perkuliahan pun terus berjalan, dan setelah 3 bulan lebih saya mulai akrab dengan Ani ini dan mulai sering ngobrol (sebelumnya hanya kenal senyum saja, ataupun hanya menanyakan tugas mata kuliah). Dan ternyata Dia ini lagi cuti kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta hukum terkenal di Bandung, tapi saya lupa waktu itu dia semester berapa, yang saya ingat waktu itu saya berumur 19 tahun dan dia berumur 22 tahun. Dan ternyata dia sudah punya pacar. Waduh hatiku lemas, walaupun sudah jarang ketemu tetapi statusnya masih resmi pacaran.

Saat kami berdua ngobrol, dia suka curhat tetapi saya suka mencuri pandangan ke arah buah dadanya yang indah menawan itu. Waduh pokoknya bulat tegap dan sedikit runcing, begitu juga kulitnya tidak satupun bekas goresan luka, hanya putih mulus dan pantatnya bulat menantang. Kalau dilihat dari belakang, waduh.. membuat kemaluan saya berdiri tegap dan ingin kuremas-remas dan ditancap dari belakang. Bayangkan kalau berjalan dia berlenggang-lenggok. Dia memiliki rambut yang indah, hitam dan panjang, berhidung mancung, berbibir tipis, alis dan bulu mata yang lentik (tapi seperti cewek bule). Dan memang cewek ini anak seorang yang kaya raya. Dan kami pun menjadi dekat dan akrab, tapi tidak tahu dia itu sukanya bareng dan jalan sama saya saja. Padahal kan banyak teman cewek di kampus itu ataupun cowok yang lain. Yaa.. tapi saya pun sangat senang sekali bisa jalan bareng sama Ani, Dia pun sering mengajak saya main ke rumahnya. Namun itu tidak pernah terjadi, mungkin saya tidak biasa main ke rumah cewek. Dan akhirnya dia ingin main ke rumah saya, waduh saya juga bingung karena saya juga belum pernah kedatangan teman cewek apalagi seperti dia, tapi dia terus memaksa saya.

Suatu hari di kampus, mata kuliah satu sudah selesai dan harus masuk lagi untuk mata kuliah yang kedua, tapi waktunya sore hari, dan ketika sudah selesai mata kuliah satu, kami pun merasa BT kalau di kampus saja, dan Ani memaksa saya untuk main ke rumah saya, katanya ingin tahu tempat tinggal saya dan sekaligus ingin curhat. Ya untungnya rumah saya itu hanya ada saudara saya (karena saya tidak tinggal bersama orang tua) dan rumah itu milik nenek saya. Oleh karena itu kehidupan saya bebas dan saling cuek sama anggota keluarga lainnya di rumah itu. Tidak ada saling curiga atau hal apapun, yang penting tidak saling merugikan satu sama lain.

Kami pun berdua pergi ke rumah saya. Siang bolong, ketika sudah sampai di rumah, Ani saya persilakan masuk ke kamar saya dan ternyata saya tidak grogi atas kedatangan cewek cantik ini. Dan ketika baru mengobrol sebentar lalu dia bicara, Ted panas yaah hawa di Bandung sekarang ini.
Iya nih! sambil kubawakan minuman dingin yang sangat sejuk sekali.
Ted.. boleh nggak saya buka baju, kamu jangan malu Ted, saya masih pake pakaian dalam kok, habis panass siihh..
Waduh memang saya merasa malu waktu itu dan sedikit deg-degan jantungku.
Aduuh gimana kamu ini, emang kamu nggak malu sama aku? bantahku.

Tapi kan dia sudah ngomong kalau dia masih memakai pakaian dalam. Kemudian saya keluar kamar sebentar untuk mengambil makanan ringan di lemari es, dan ketika saya memasuki kamar lagi, ya ampun.. pakaian dalam sih pakaian dalam tapi kalau ternyata kalau itu BH yang super tipis dan kelihatan puting susunya. Waduh, saya sangat grogi waktu itu dan saya pun sering memalingkan wajah, tapi tidak dapat dipungkiri, kemaluan saya pun berereksi dan aliran darah saya pun mengalir tidak karuan, apalagi hawa sedang panas-panasnya.
Ayo sekarang kamu mau curhat lagi? kataku.
Nggak sih Ted, saya udah minta putus sama dia (pacarnya-red) dan dia setuju untuk resmi putus.
Ya udah.. abis gimana lagi, katanya.

Dalam hatiku, asyik dia sudah putus, dan saya pun berpura-pura bersedih, karena memang kasihan melihat wajahnya sedikit pucat dan sedikit menangis. Dia memelukku sambil sedikit bicara kepadaku, tapi itu lho anuku tidak bisa diam dan semakin panas saja suhu tubuhku. Ketika kuelus rambut dan punggungnya, eh dia menciumku dan kubalas ciumannya dan dia membalas lagi, semakin lama kami berciuman dan dia memasukkan lidahnya ke mulutku. Waduh, ini benar-benar mengasyikan dan terus terang ini adalah pertama kali bagiku. Dan dia pun mengeluarkan suara desahan yang sangat lembut dan sensual, dan dituntunnya tanganku ke buah dadanya, langsung saja kuremas-remas dan BH-nya pun kubuka. Wow, buah dada yang sangat indah, putih, bulat berisi dan mancung serta puting yang bagus, sedikit warna merah di seputar putingnya dan berwarna coklat di puncaknya, sekali-kali kupelentir putingnya dan dia pun mendesah kuat, Ssstthh ha.. hah.. aahh.. okhs Ted, bagus Ted, eenakk, suaranya yang kecil dan merdu. Dia membuka bajuku dan aku kini dibuatnya telanjang, tapi aku hanya pasrah saja, tidak ada rasa malu lagi.

Apa kamu sering melakukan ini sama pacar kamu? kataku.
Iya Ted, tapi nggak sering.. aaksshh.. kata dia sambil mendesah, tanganku diarahkannya ke liang kemaluannya, dan langsung kuelus-elus sambil lidahku menjilat putingnya yang indah itu. Sedikit-sedikit kuselingi dengan gigitan ringan tepat di puncaknya, dan dia menggeliat keenakan. Dan kemaluannya pun basah. Kubuka celananya dan celana dalamnya secara perlahan.

Oh iya, kami melakukannya di sofa kamarku tepat di depan TV dan stereo-set. Dan kami lagi sedang mendengarkan lagu-lagu rock barat tahun 70-an, ketika kubuka CD-nya, yes.. dia memiliki kemaluan yang bagus, bulu sedikit, dan memang dia masih perawan, dengan pacarnya juga hanya melakukan oral sex. Tetapi saya belum berani untuk menjilat kemaluannya, saya hanya mengesekkan tangan saya ke bibir kemaluannya. Eh ternyata dia turun dari sofa dan menghisap batang kemaluanku, Aaakshh.. hsstt oks! dia menjilati biji pelerku dan dia mengisap kemaluanku lagi sambil dipegang dan dikocoknya. Waduuhh.. enak sekalii akkhhss.. aliran-aliran darahku mengalir dengan serentak dan ingin kumasukkan kemaluanku ke liang kemaluannya, tapi apa dia mau? Beberapa menit kemudian.. Ted, kamu punya barang gede enggak, kecil enggak, panjang enggak and pendek enggak, tapi bener Ted, saya sangat suka kamu punya barang, katanya sambil berdiri dan lubang kemaluannya dihadapkannya ke wajahku aku semakin tidak kuat saja.

Langsung saja kujilat liang kemaluannya. Wah agak bau juga nih, tapi bau yang enak. Semakin lama semakin asyik dan sangat enak, dan dia pun merintih-rintih kecil, Uwuuhh oo.. sstt akhs.. akhs.. akhs.. oohh aahh.. sstth, sambil tubuhnya agak bergerak nggak karuan, mungkin jilatanku belum pintar tapi kulihat dia sedang keasyikan menikmati jilatanku. Lalu dia berdiri dan menarik tubuhku ke lantai. Di situ kami berciuman lagi, entah kenapa aku merasakan sesuatu yang hangat di sekitar liang kemaluannya, kuingin batang kemaluanku dimasukkannya ke lubang kemaluannya. Soalnya aku masih ragu. Tapi saya memberanikan untuk bicara.

An, kamu masih perawan nggak?
Iya.. aksshh.. sstt.. sstt aakhs, katanya. Ternyata dugaanku benar.
Tapi sama pacar kamu itu?
Iya tapi kalau aku sama dia hanya oral aja, kata Ani.
Tapi Ted, gimana kalau kita ini sekarang.. dia tidak melanjutkan pembicaraannya.

Okh.. ookh.. okh.. sstt.. dia mencoba untuk memasukan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya dengan bantuan tangannya. Dengan begitu, aku pun berusaha untuk memasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya, dan secara perlahan kugesekkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya dan sedikit demi sedikit kumasukkan kemaluanku, tapi ini hanya sampai kepala aja, dan.. Ooohh aakksshh.. ahh.. ah.. aahh.. oohh.. sset, dia merintih- rintih. Aku terus menggenjot dia.
Ted, ternyata pedih juga, aahh! katanya.
Tapi teruskan saja Ted…
Kulihat wajahnya memang mengkhawatirkan juga, tapi yang kurasakan adalah kenikmatan, meskipun itu masih tersendat-sendat dan sedikit kehangatan, Ookkhhss.. sstt, aduh nikmatnya, kataku. Dan memang ada sedikit darah di batang kemaluanku dan yes.. semua batang kemaluanku masuk, dan benar-benar nikmat tiada tara, dan hilanglah perawannya dan perjakaku.

Ssstt.. sstt.. desahannya yang merdu dan menggairahkan apalagi didukung oleh kecantikannya dan mulus kulitnya. Dan kami masih melakukan gaya konvensional dan terus kugenjot naik turun, naik turun dan tumben, aku masih kuat dan menahan kenikmatan ini, karena kalau aku sedang onani, tidak selama ini. Di lantai itu kami melakukannya serasa di surga. Assh.. asshh.. aakss.. oohh.. aksh.. sstt, dia menjerit-jerit tapi biarlah kedengaran oleh saudaraku, yang lagi nonton TV di ruang keluarga. Karena pasti suara jeritan Ani ini kedengaran. Terus Ted, aduhh Ted kok enak sih.. aakss ssttss.. katanya sambil merem melek matanya dan bibirnya yang aduhai melongo ke langit dan langsung kujilat lidahnya. Duuhh aahss sstt duh An, aku mau keluar nih! kataku. Uuhhss sstt jangan dulu dong Ted.. bentar lagi aja, katanya. Tapi memang saya waktu itu sudah nggak kuat, ehh ternyata.. Sss oohh akkhhss.. oohh, duh Ted boleh deh sekarang, kamu dikeluarinnya di sini aja, sambil ditunjukanya ke arah payudaranya. Dan.. Creett.. cret.. cret.. crret dan air maniku yang banyak itu menyemprot ke payudaranya dan sekitar lehernya. Selesailah main-main sama Ani, dan waktu pun menunjukan arah jam 5 lebih dan memang kami sudah telat untuk pergi lagi ke kampus memasuki pelajaran Mata Kuliah kedua.

Kami berdua terkulai dan ketiduran di lantai itu dalam keadaan masih telanjang, dan lagu di stereo tape-ku pun sudah lama habis. Bangun-bangun sudah hampir jam 19.00, kami pun bergegas berpakaian dan aku pergi ke kamar mandi untuk mandi, sesudah saya selesai mandi dia juga mandi, dan akhirnya kami pergi jalan-jalan sekalian mencari makan. Kami pergi ke daerah Merdeka dan makan. Sesudah itu kami nonton di Bioskop. Di Bandung Indah Plaza (BIP), lupa lagi waktu itu kami nonton apa. Sesudah selesai nonton Ani tidak mau pulang dia ingin menginap di rumah saya. Waduh celaka juga nih anak, ketagihan atau dia lagi ada masalah dengan keluarga di rumahnya. Setelah kami berbincang-bincang, ternyata dia tinggal tidak bersama orang tuanya, sama seperti saya. Dia tinggal bersama bibinya, dan memang tidak ada perhatian bibinya kepada Ani. Dan kami berdua pulang ke rumah saya dengan membawa makanan ringan, minuman (beer dan Fanta). Sesampainya di rumahku, kami berdua mengobrol lagi sambil menonton TV, dan kusuruh dia tidur duluan, kamipun tidur sambil berpelukan terbuai terbawa oleh mimpi indah kami berdua.

sejak saat itulah kami resmi berpacaran, dengan begitu makin sering juga kami melakukan perbuatan nikmat seperti yang telah kami lakukan sebelumnya.

Sunday, April 19, 2015

Karena Krsepian

Judi Slot Pake Pulsa

Streaming Film xxi Gratis

Teman - Hallo sahabat Cerita Mesum terbaru 2019, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Teman, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Cerita, Artikel Daun Muda, Artikel Pemerkosaan, Artikel Perselingkuhan, Artikel Teman, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Karena Krsepian
link : Karena Krsepian

Baca juga


Teman


Kehidupan kota metropolitan sungguh sangat berlainan dengan kehidupan di kampung. Jalanan penuh dengan lalu lalang kendaraan, bergerak tak pernah berhenti. Bis kota, angkutan penumpang umum, mobil, motor dan yang lain-lain berseliweran tak karuan. Lalu lintas benar-benar semrawut. Sepertinya tak ada aturan. Mereka berjalan semau gue, ingin menang sendiri. Tak ada sopan santun di jalanan. Kemacetan sudah merupakan keharusan di kota ini. Para pengendara saling umpat menuntut haknya masing-masing. Pokoknya membuat stress siapa saja yang hidup di kota ini. Tak heran karenanya para penghuni kota selalu mencari kesempatan untuk refreshing. Melupakan kehidupan yang begitu penuh dengan persaingan, saling ganjal, saling sikut demi kepentingan pribadi. Mereka ada yang pergi ke luar kota, ke daerah pegunungan, ke pantai atau ada juga yang datang ke tempat-tempat hiburan sekedar mendengarkan musik sambil minum-minum bersama teman-temannya. Setelah hidup tiga bulan di kota ini, aku sudah mulai bisa menyesuaikan diri dengan gaya kehidupan di sini. Aku pernah juga menyempatkan diri mampir ke sebuah café untuk mencari hiburan hanya sekedar melepaskan kepenatan keseibukanku sehari-hari. Aku pun sudah tak berhubungan dengan suamiku lagi setelah kuminta surat cerai darinya, meski kutahu ia berada di kota tempatku kini tinggal. Terakhir kali kami bertemu di suatu tempat dan ia menyatakan maaf atas segala perlakuannya selama ini. Aku memaafkannya dan meminta untuk tidak lagi berhubungan demi kepentingan bersama. Suamiku sebenarnya masih mencintaiku namun keadaan memang tidak memungkinkan lagi. Ia akhirnya menyatakan selamat tinggal dan meninggalkan selembar cek bernilai sangat besar. Katanya untuk menunjang kebutuhanku sehari-hari. Sebelum aku datang ke kota ini, aku sudah mempersiapkan diri untuk mencari kesibukan. Beruntunglah aku berkenalan dengan seorang wanita pengusaha. Usianya tak jauh berbeda denganku. Orangnya pandai bergaul, ramah dan pintar. Namanya Nuraini. Aku memanggilnya Mbak Rini, karena ia memang meminta dipanggil seperti itu. Cantik, tinggi semampai, tubuhnya montok dan suka berpakaian seksi. Orang bilang tipe ‘Bangkok’. Penampilannya memang sempurna. Wanita berkelas. Katanya ia kenal dengan orang-orang penting dikota ini. Pejabat pemerintah, konglomerat sampai ke jenderal-jenderal dikenalnya dengan baik. Aku tak tahu bagaimana ia bisa menjalin hubungan dengan mereka. Tapi yang pasti, kalau melihat penampilannya yang serba ‘wah’, aku percaya dengan pengakuannya itu. Siapa yang tak suka berhubungan dengan Mbak Rini yang cantik dan seksi itu. Aku sering berhubungan dengannya dan banyak meminta nasihat, saran berkaitan dengan bisnis di kota ini yang penuh dengan persaingan ketat. Aku pun mau tak mau harus bisa mengimbangi gaya hidupnya yang serba aktif, termasuk mengunjungi tempat-tempat hiburan atau lebih dikenal dengan istilah ‘Dugem’. Sore tadi aku ditelepon Mbak Rini untuk bertemu di sebuah café yang kebetulan tak begitu jauh dari tempat tinggalku. Katanya aku akan dikenalkan dengan seorang pengusaha besar. Mbak Rini berjanji akan mengikutsertakan diriku untuk sama-sama mengerjakan proyek besar dari pengusaha ini. Di telepon dia wanti-wanti agar aku berdandan secantik mungkin, bahkan kalau bisa seseksi mungkin. Aku tertawa saja mendengar permintaannya itu dan kukatakan ada-ada saja, masa bertemu dengan pengusaha saja harus berpakaian seksi, kataku polos. Tetapi ketika berangkat aku berpakaian seksi juga pada akhirnya. Sebelum keluar pintu rumah, aku masih menyempatkan diri bercermin di depan kaca yang ada di ruang tamu. Kuperhatikan dandananku agar tak membuat malu Mbak Rini nantinya. Aku cukup puas dengan penampilanku. Blouse warna hitam itu sangat cocok sekali dengan warna kulitku yang putih bersih. Melekat ketat mencetak bentuk tubuhku sehingga memperlihatkan lekukan-lekukannya, terutama di bagian dada. Payudaraku nampak membusung penuh di balik blouse ketat ini. Bahkan kancing bagian atasnya sampai susah dimasukan ke dalam lubangnya saking ketatnya. Aku agak jengah melihat tonjolan dadaku sendiri. Ke bawahnya kupadu dengan rok sebatas lutut. Aku sengaja memakai rok ini supaya bentuk kakiku yang ramping dan betisku yang indah kelihatan cantik. Aku puas dengan dandananku. Setengah jam kemudian aku sudah berada di café itu. Aku celingukan mencari Mbak Rini di tengah keramaian orang-orang yang berlalu lalang di sana. Agak gugup juga aku berada di sana, mungkin belum terbiasa dengan kehidupan malam seperti ini meski telah beberapa kali mencobanya. Selang beberapa menit, aku menemukannya di pojok ruangan café itu tengah duduk berdua dengan seorang pria. Mbak Rini segera melambaikan tangannya padaku saat kumelangkah ke sana. “Sini buruan,” panggilnya. “Nah, kenalin ini teman saya. Cantik khan?” katanya kemudian seraya memperkenalkanku kepada pria di sampingnya. “Anna,” ucapku lirih malu-malu sambil menyodorkan tanganku menyambut uluran tangan pria itu. “Aku Rudy,” balasnya segera sambil tersenyum padaku. Nampaknya pria ini sudah berumur namun penampilannya masih segar, penuh vitalitas, dan juga harum, dengan wewangian yang terasa aroma maskulinitasnya. Orangnya masih gagah walau sudah berumur. Tubuhnya pun tinggi, tegap, dan kekar. Aku dapat merasakannya dari genggaman tangannya yang kuat, dan pemandangan samar bukit dadanya dari balik kemeja yang dipakainya. Telapak tangannya yang besar menggenggam habis tanganku yang mungil. Orangnya ramah, berkharisma, dan menarik. Kuperhatikan wajahnya yang cukup tampan itu. Kekagumanku pun semakin bertambah. Penampilannya benar-benar ‘dandy’. Pakaiannya kelihatan mahal. Cukup meyakinkan menjadi pengusaha besar. “Silakan duduk,” ucapnya sopan. Tempat duduk itu berbentuk setengah lingkaran merapat ke dinding dilengkapi meja di depannya. Tadinya aku mau duduk paling ujung akan tetapi Mbak Rini menyuruhku bergeser lebih ke dalam agar ada tempat duduk baginya. Sementara dari ujung sana, Mas Rudy, demikian aku memanggilnya karena kulihat ia sudah berumur, bergeser masuk untuk duduk sehingga praktis aku berada di antara mereka berdua. Aku lirik Mbak Rini sebagai tanda protes karena posisiku yang terjepit tak ada jalan keluar. Lucunya, ia malah mengedipkan mata entah apa maksudnya. Sedangkan dari sisi lain, Mas Rudy terus merapat padaku sehingga kurasakan bahu kami saling bersentuhan. Aku jadi kebingungan oleh keadaan ini. Lagi-lagi Mbak Rini mengedipkan matanya, kali ini sambil berbisik “santai aja,” katanya. Kami mulai mengobrol ngalor ngidul. Tanya ini dan itu diselingi canda gurau antara Mas Rudy dengan Mbak Rini yang agak berbau porno. Kelihatannya mereka sudah akrab betul. Bahkan sekali-sekali Mbak Rini mencubit lengan Mas Rudy sambil tertawa manja, bahkan genit. Sementara aku yang berada di antara mereka hanya bisa tersenyum serba salah mengikuti canda mereka yang semakin lama semakin seru. Karena berada di tengah mereka jadi sudah pasti aku terkena sentuhan mereka saat saling cubit. Bahkan tangan Mas Rudy sempat nyerempet buah dadaku yang menonjol terlalu ke depan saat ia mencubit tangan Mbak Rini. Dengan refleks, aku memundurkan tubuhku. Mereka nampaknya tidak memperhatikan itu. Sepertinya aku ini tidak ada. Sebenarnya aku mulai tak nyaman dengan keadaan ini, kalau saja Mas Rudy kemudian tidak mengajakku turut dalam obrolan mereka. Ia memang tipe pria yang romantis melihat dari tutur katanya. Tenang, kalem, penuh canda diselingi pujian yang terdengar tidak gombal. Bahkan membuat wanita merasa tersanjung. Obrolan kami semakin seru saja, apalagi setelah minuman pesanan kami tiba. Aku ikut-ikutan meneguk minuman seperti mereka, meski sebenarnya tak tahu jenis apa minuman itu, yang pasti terasa panas di tenggorakan. Aku tak ingin disebut kampungan. Aku tak mau dibilang ‘norak’. Kemudian kami mulai berbicara serius. Membicarakan bisnis kami. Mas Rudy semakin merapat, bahkan wajahnya menjulur persis di depanku saat bicara pada Mbak Rini. Tercium aroma after shave nya. Aroma rempah-rempah. Aroma khas laki-laki jantan! Ehm.., aku mulai ngaco. “Aku setuju saja dengan usulan Mbak Rini. Tapi engh.., gimana dengan Mbak Anna sendiri? Apa dia setuju dengan usulan saya?” demikian kata Mas Rudy seraya mengerling genit padaku. Kurasakan duduknya semakin mepet padaku. Aku tak mengerti maksud perkataan itu. Aku segera menoleh ke arah Mbak Rini seakan minta pertolongan apa yang harus kukatakan. Mbak Rini langsung berbisik padaku bahwa ia setuju dengan penawaran harga atas proyek bernilai ratusan milyar itu asal aku dan Mbak Rini mau bersenang-senang dengannya. “Maksud Mbak?” bisikku semakin bingung. Ia tak menjawab bahkan ia langsung mengiyakan pada Mas Rudy tanpa meminta pendapatku dahulu. Kulihat Mas Rudy langsung tersenyum senang mendengar jawaban itu. “Nah itu baru rekan bisnis yang jempolan,” katanya seraya menjawil daguku dengan gemas. “Ayo kita rayakan kerjasama ini,” belum sempat aku protes apa yang mereka sepakati, tiba-tiba Mbak Rini langsung meraih gelas dan mengacungkannya ke atas meja disambut oleh acungan gelas Mas Rudy. Mereka melirik padaku. Menunggu reaksiku. Aku sepertinya telah terjebak. Tak ada lagi yang bisa kupebuat kecuali mengikuti ajakan mereka. Kami sama-sama meneguk minuman dalam gelas sampai habis. Minuman itu langsung kutelan. Terasa panas di tenggorokan. Bahkan tubuhku mulai terasa hangat. Kepalaku terasa agak melayang. Apa aku ini sudah mabok? Mereka terlihat gembira sekali sambil bernyanyi-nyanyi mengikuti lagu yang dimainkan oleh sebuah grup musik di panggung café. Minuman dalam gelasku sudah terisi penuh kembali. Baik Mas Rudy maupun Mbak Rini memintaku untuk menghabiskannya. Kuturuti permintaan mereka. Aku pun ingin bersenang-senang seperti mereka mengikuti suasana hingar bingar musik. Kulihat penyanyi wanita di panggung meliuk-liukan tubuhnya dengan gerakan erotis mengikuti irama musik padang pasir yang dimainkan grup musik. Persis seperti penari ular. Suasana semakin heboh. Pengunjung lain, pria, wanita mulai ikut-ikutan berjoget. Ada yang berpelukan, bahkan berciuman. Mereka tak malu melakukan itu di depan umum. Suasana ini melanda di meja tempat kami. Mbak Rini tanpa diduga menyodorkan wajahnya persis didepan mukaku dan disambut oleh Mas Rudy dengan ciuman di bibirnya. Aku terpana melihat aksi mereka di depanku. Mereka asyik berciuman. Saling mengulum. Seolah aku tak hadir di depannya. Sungguh gila kehidupan di kota ini. Aku tak menyangka akan sejauh ini. Begitu bebas. Ciuman mereka nampaknya semakin memanas. Pandanganku semakin kabur. Mungkin minuman yang kuteguk tadi mulai mempengaruhiku. Tubuhku terasa kelu. Dan entah kenapa pemandangan di depanku membuat diriku bergairah. Kulihat mereka asyik sekali berciuman. Membuatku iri. Entah bermimpi atau tidak, kurasakan sesuatu bergerak di bawah meja. Meraba-raba lututku dan merayap perlahan, menelusup ke balik rokku, menggerayangi pahaku. Kutahu itu tangan Mas Rudy. Aku tercekat. Kurang ajar lelaki ini! Rutukku dalam hati. Pura-pura berciuman dengan wanita lain sementara tangannya menggerayang nakal di atas pahaku. Kutepiskan tangan itu dari balik rokku. Mas Rudy hanya mengerlingkan matanya padaku sementara bibirnya tak pernah lepas dari bibir Mbak Rini. Gila semua! Pekikku dalam hati mengutuk perbuatan mereka. Kelihatannya Mbak Rini tahu apa yang dilakukan Mas Rudy tehadapku. Ia tersenyum padaku sambil menganggukan kepala. Entah apa maksudnya. Kemudian kurasakan kembali gerayangan di atas pahaku, namun kali ini bukan hanya dari sisi kiriku tetapi juga dari sisi kanan tempat Mbak Rini. Oh.. dunia ini semakin kacau! Masa Mbak Rini pun berselera kepadaku sesama perempuan? Aku sepertinya terpesona oleh gerayangan tangan Mbak Rini yang begitu lembut dan mesra. Aku tak berani menepis tangannya yang semakin naik menuju pangkal pahaku. Mereka menghentikan ciumannya dan melirik bersama-sama kepadaku. Aku balas memandang tatapan mereka. Kulihat kilatan bola mata mereka memancarkan gairah. Tiba-tiba saja, mereka mencium pipiku dari kanan-kiri. Aku berteriak memprotes perbuatan mereka. Teriakanku nampaknya tenggelam di tengah kegaduhan musik di café itu. Tamu-tamu lain pun tak ada yang memperhatikan perbuatan kami. Mereka sibuk dengan keasyikannya masing-masing. Kurasakan gerayangan tangan mereka semakin nakal, terutama tangan Mbak Rini yang mulai menarik celana dalamku. Aku tercekat dan tubuhku terlonjak. Saat itulah dengan mudahnya, Mbak Rini memelorotkan celana dalamku hingga turun sampai ke lututku. Aku berteriak “Mbak.. apa-apaan?!” Mbak Rini tak berkomentar malah terus menciumi pipiku dan bergeser ke bibirku. Aku benar-benar kelabakan dikeroyok mereka. Mas Rudy tak tinggal diam. Bibirnya menciumi leherku dari samping kiri sementara tangannya yang lain meraba-raba dadaku. Aku ingin menangis rasanya diperlakukan seperti ini di muka umum. Tetapi harus kuakui, mereka memang benar-benar lihai memperlakukanku. Penuh kelembutan. Tak ada pemaksaan. Hanya aku saja yang tidak berani berontak. Tenagaku sepertinya hilang entah kemana. Tubuhku terasa lunglai. Pengaruh minuman itu semakin terasa menguasai pikiran jernihku. Cumbuan hangat mereka membuat tubuhku serasa terbakar. Aku mulai terbuai, terpesona oleh perasaanku sendiri. Apalagi Mas Rudy tak henti-hentinya membisikan rayuan dan pujian di telingaku. “Kamu cantik sekali sayang.., tubuhmu benar-benar seksi.. sangat merangsang..” rayunya seraya mencopot kancing blouseku untuk kemudian menelusupkan tangannya ke dalam. Menggerayangi buah dadaku yang masih tertutup kutang. Diremasnya dengan lembut. Kurasakan jemari tangannya mengelus-elus kulit bagian atas dadaku yang terbuka untuk kemudian menelusup ke balik kutangku. Tanpa sadar aku melenguh. Aku mulaui terbawa arus permainan mereka. Gairahku kembali muncul setelah cukup lama terpendam sejak perselingkuhanku dengan Kang Hendi beberapa bulan yang lalu. Bergelora penuh gairah. Tubuhku berdenyut-denyut oleh nafsu birahiku sendiri. Darahku berdesir kencang, terlebih saat tangan Mbak Rini mengelus-elus bibir kemaluanku. Kurasakan daerah itu mulai basah. Aku merasakan sesuatu yang lain dari sentuhan tangan Mbak Rini. Sepertinya ia tahu persis titik-titik kenikmatan di daerah itu. Benar-benar indah, sampai-sampai aku tak sadar mengerang lirih sambil memanggil namannya. “Ya sayang..” jawabnya dengan lirih pula. Terdengar nafasnya mulai tersengal-sengal. Ia lalu berbisik padaku untuk mencari tempat yang lebih leluasa dan kemudian disetujui oleh Mas Rudy. Aku sudah tak perduli mau dibawa kemana dan aku tak ingat bagaimana ia membawaku karena begitu mataku terbuka aku sudah berada di atas ranjang empuk di dalam kamar yang dipenuhi oleh berbagai peralatan mewah. Lampu yang bersinar temaram menolong pandangan mataku untuk melihat ke sekeliling. Kulihat disamping ranjang Mas Rudy tengah membantu Mbak Rini melepaskan pakaiannya. Dengan refleks, aku melihat kepada diriku sendiri dan menarik nafas lega ketika kutahu pakaianku masih lengkap menempel di tubuhku, hanya saja kancing blouseku sudah terlepas beberapa buah sementara rokku tersingkap memperlihatkan kemulusan pahaku. Sedangkan kedua kakiku menekuk sebatas lutut sehingga dari arah mereka dapat terlihat bagian dalam ujung pangkal pahaku yang masih tertutup celana dalam. Aku menonton adegan mereka. Pakaian Mbak Rini sudah terlepas semuanya. Dalam hati aku mengagumi keindahan tubuhnya yang sudah telanjang bulat itu. Buah dadanya tak sebear milikku tapi memiliki bentuk yang indah dan nampak lebih membusung karena tubuhnya lebih kecil dibandingkan diriku. Pinggulnya membentuk lekukan sempurna diimbangi oleh buah pantatnya yang bulat penuh. Perutnya rata. Selangkangannya dipenuhi oleh rambut hitam legam yang begitu rimbun. Sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Aku merasakan keanehan dalam getaran tubuhku saat memandang tubuh Mbak Rini. Jantungku berdegub semakin kencang melihat aksi Mbak Rini mencium Mas Rudy dengan penuh gairah. Kedua tangannya bergerak cekatan mempreteli baju dan celana Mas Rudy. Tontonan ini semakin mendebarkan. Gairahku terpancing melihat tubuh Mas Rudy yang masih oke walau sudah tua. Kemaluanku semakin berdenyut-denyut melihat tangan Mbak Rini menelusup ke balik celana Mas Rudy sambil memperlihatkan ekspresi kaget di wajahnya. Aku semakin penasaran oleh apa yang telah ditemukannya. Ia melirik padaku yang tergolek di ranjang sambil memperlihatkan ekspresi wajah penuh kekaguman. Tanpa sadar, aku bangkit untuk melihatnya. Aku jadi penasaran melihat Mbak Rini seperti sengaja menyembunyikannya dari pandanganku. Aku baru terpekik kaget begitu Mbak Rini sambil menyeringai senang mengeluarkan sesuatu dari balik celana Mas Rudy dalam genggaman kedua tangannya. Dari balik celana Mas Rudy keluar batang kemaluannya yang sudah kencang dengan ukuran yang luar biasa. Panjang dan besar! Padahal kedua tangan Mbak Rini sudah menggengamnya penuh tapi masih terlihat sisa beberapa senti di atasnya. Panjang sekali! Mbak Rini tersenyum senang seperti anak kecil mendapatkan mainan. Mengocoknya naik turun sambil melambai-lambaikan batang itu ke arahku. Seolah ingin memperlihatkan kepadaku betapa senangnya ia mendapatkan batang kontol sebesar itu. Aku hanya bisa menelan ludah sendiri menyaksikan semua itu. Sementara kulihat Mas Rudy mengerling padaku sambil tersenyum bangga dengan apa yang dimilikinya. Aku balas tatapan itu dengan menjilati bibir dengan lidahku. Kuingin ia tahu betapa besarnya keinginanku untuk menjilatinya. Kulihat bola matanya berbinar melihat aksi genitku yang membuatnya bergairah. Kelihatannya ia ingin segera meloncat ke atas ranjang tempatku berbaring dengan posisi yang menggairahkan. Tetapi Mbak Rini menahannya di sana. Wanita itu langsung berjongkok di hadapan Mas Rudy dan menjilati batang itu dengan penuh nafsu. Kepala Mas Rudy menoleh ke belakang sambil mengerang kenikmatan merasakan jilatan lihai lidah Mbak Rini di sekujur batangnya. Dari bawah naik ke atas, mengulum-ngulum kepalanya untuk kemudian turun kembali ke bawah menjilati buah pelernya. Kepalaku terasa pening melihat aksi Mbak Rini. Nafsuku mulai terasa di ubun-ubun. Aku diam di ranjang melihat permainan mereka sambil meremas-remas dadaku sendiri. Aksiku menarik perhatian Mas Rudy. Tangannya mencoba menggapai ke arahku namun tak sampai. Aku sengaja membusungkan dadaku memndekati ujung tangannya yang hanya tinggal beberapa senti lagi. Jemarinya mencoba meraih tetapi tetap tak sampai. Aku tersenyum menggoda. Aku ingin Mas Rudy terangsang oleh godaanku. Jemariku mencopot kancing blouse satu per satu sambil menatap penuh gairah kepadanya. “Ooohh.. luar biasa.. ngghh..” erangnya merasakan kenikmatan dan rangsangan yang diberikan oleh dua orang perempuan cantik nan seksi sekaligus. Mbak Rini semakin semangat dengan aksinya. Mulutnya sudah penuh dengan batang kontol Mas Rudy. Dihisap-hisap. Dikulum-kulum dengan penuh kenikmatan. Aku iri melihatnya. Aku lalu bangkit dari ranjang dan menghampiri mereka. Kupeluk tubuh Mas Rudy dari belakang. Menciumi bahu dan punggungnya yang kokoh, sementara kedua tanganku menggapai ke atas dadanya yang berotot. Aku bisa merasakan dadanya yang dipenuhi bulu-bulu halus. Spontan saja aku langsung mengelus-elusnya. Kemudian tanganku bergerak merambahi lengan Mas Rudi. Lengan itu terasa begitu kencang, dengan otot-ototnya yang bersembulan. Kuelus dan kumainkan bisepnya yang tebal dan padat itu. Wajah Mas Rudy menoleh ke samping mencari-cari bibirku untuk dikulum. Aku sengaja menghindar. Menggodanya. Ia semakin terangsang. Kubiarkan saja seperti itu. Tanganku pun merayap ke arah perutnya. Meski sudah berumur tetapi perutnya tidak buncit, sama dengan bagian tubuhnya yang lain, tampak kokoh dengan otot-ototnya yang keras dan pejal. Ia nampaknya rajin berolah raga sehingga masih memiliki tubuh seperti model pria di majalah kebugaran. Kurasakan perutnya bergetar hebat mengikuti rayapan nakal jemariku. Kupermainkan bulu-bulu lebat di seputar selangkangannya. Aku sengaja tidak meraba batang kontolnya yang tengah dikulum Mbak Rini meski kutahu pasti ia sangat menginginkan sentuhan tanganku pada batangnya. Kudengar ia melenguh memanggil namaku. Ia rupanya tersiksa oleh godaanku. Aku tersenyum penuh kemenangan. Entah kenapa dalam lubuk hatiku, aku ingin memberinya lebih dari apa yang diberikan Mbak Rini pada Mas Rudy saat itu. Inilah mungkin persaingan di antara wanita yang tak pernah disadari oleh kaumku. Aku lalu berpindah ke depan mereka diiringi tatapan Mas Rudy yang begitu penasaran dengan apa yang akan kulakukan. Aku ikut berjongkok di belakang Mbak Rini. Kupeluk wanita itu dari belakang. Mbak Rini menoleh sebentar untuk kemudian meneruskan kulumannya. Kudengar ia merintih saat tanganku memeluk buah dadanya. Kuremas dengan lembut sambil memilin putingnya yang sudah mengacung keras. Aksiku tak pernah luput dari pandangan Mas Rudy. Kuciumi punggung Mbak Rini. Sekali-sekali kugigit perlahan. Ia mengaduh. Tapi nampaknya tidak merasa kesakitan malah sebaliknya. Ia terangsang karena kurasakan putingnya semakin mengeras. Tanganku merayap lebih jauh. Turun ke bawah menelusuri permukaan perutnya. Lalu mengelus-elus bulu kemaluannya. Jemariku segera menelusuri garis bibir kemaluannya. Mbak Rini melenguh merasakan permainan jemariku. Ia sudah basah. Jemariku merasakan daerah itu sudah sangat licin sehingga dengan mudah telunjuk jariku melesak ke dalam liangnya. Kutekan perlahan. Jemariku bergerak keluar masuk untuk kemudian menusuk lebih dalam. Pinggul Mbak Rini bergoyang seperti gerakan bersenggama mengimbangi tusukan jariku. Kugeser-geser dadaku ke atas punggungnya. Buah dadaku terasa semakin membusung oleh desakan nafsu birahi. Meski masih terhalang oleh pakaian, namun terasa hingga ke hatiku. Aku ikut-ikutan melenguh menimpali erangan Mbak Rini yang tengah disetubuhi oleh jariku. Kupermainkan kelentitnya. Aku tahu persis kelemahannya, tahu mana titik-titik yang bisa membuatnya memekik penuh kenikmatan. Sama persis seperti yang ada di tubuhku. Karena kami sama-sama wanita. Mas Rudy terperangah dengan aksi kami berdua di bawah. Pemandangan dihadapannya semakin membuat Mas Rudy terangsang hebat. Mungkin baru kali ini ia bercinta dengan dua wanita sekaligus dan tak pernah membayangkan akan demikian dahsyat rangsangan yang dirasakannya. “Oh.. kalian berdua sungguh luar biasa..” katanya dengan suara tersengal. “Ayolah kita pindah ke ranjang. Aku sudah tak kuat lagi.. ngghh..” pintanya kemudian. Kami lalu berpindah ke ranjang. Mas Rudy mengambil posisi telentang, sementara aku berbaring di sampingnya sambil berciuman dengannya. Mbak Rini rupanya belum mau melepaskan kuluman pada kontolnya. Ia masih asyik mengemot-emot batang itu. Kedua tangannya tak pernah berhenti mengocok. Luar biasa pertahanan Mas Rudy. Ia belum memperlihatkan tanda-tanda akan mencapai puncaknya. Padahal Mbak Rini sudah mengeluarkan semua kemampuannya menghisap kontol itu. Ia penasaran sekali. Aku dan Mas Rudy kembali berciuman. Kurasakan tangan kekarnya bergerak lincah mempreteli kancing blouseku hingga terlepas. Ia lalu meraih kaitan kutang di punggungku dan melepaskannya. Mas Rudy melenguh penuh kekaguman begitu kedua buah dadaku yang membusung penuh tumpah dari kutangku. Kedua tangannya segera menangkap buah dadaku. Meremas-remas seraya berkata betapa kenyal dan montoknya buah dadaku. Ia tak berhnti memuji-muji kecantikan tubuhku. Bibir langsung berpindah ke atas payudaraku. Menciumi keduanya dan menjilat-jilat putingku. Aku meringis keenakan menghadapi lumatan pada putingku. Tangannya meraih tanganku untuk dibimbing ke arah kontolnya. Mbak Rini lalu melepaskan kulumannya dan membiarkan aku menggenggam kontolnya. Ia bangkit dan mengambil posisi jongkok mengangkangi Mas Rudy. Liang memeknya persis di atas kontol yang tengah kupegang. Kuacungkan persis menempel di mulut liangnya. Aku melirik ke arah Mbak Rini dan memberi tanda supaya menurunkan tubuhnya. Mbak Rini melenguh panjang saat ujung kepalanya menerobos masuk bibir kemaluannya. “Oohh.. gedee.. bangeett.. uugghh.. enaakkhh..!” rintih Mbak Rini penuh kenikmatan. Kulihat batang yang lebih besar dari pergelangan tanganku itu melesak ke dalam liang Mbak Rini yang sempit. Batang itu baru masuk setengahnya. Mbak Rini sudah kelihatan gelagapan. Kelihatannya tak akan muat. Mbak Rini menggoyang-goyang pantatnya sambil bergerak turun naik. Sedikit demi sedikit gerakan itu membantu batang Mas Rudy masuk lebih dalam lagi. Mbak Rini baru menjerit lega setelah merasakan batang itu masuk seluruhnya. Ia tampak puas bisa membenamkan seluruhnya. Setelah itu ia beergerak naik turun. Telihat lambat sekali. Ketika naik rasanya tidak sampai-sampai ke ujungnya. Begitu pula saat turun. Terasa lama sekali baru mentok hingga ke dasarnya. Aku terpesona melihatnya sambil berpikir apakah liangku mampu menerimanya. Aku tak bisa berpikir lama karena tangan Mas Rudy bergerak semakin nakal. Rokku telah dipelorotkannya sekaligus dengan celana dalamku. Aku kini sudah telanjang bulat seperti mereka berdua. Kurasakan jemari besar dan lembut Mas Rudy menusuk-nusuk liang memekku. Mulutnya tak pernah berhenti mengemoti puting susuku. Kenikmatan di dua tempat ini benar-benar luar biasa. Rangsangan dahsyat menyebar ke sekujur tubuhku. Cairan pelumas dari liang memekku semakin membanjir sehingga memperlancar laju keluar masuk tusukan jari Mas Rudy. Menyentuh seluruh relung vaginaku. Kelentitku dipermainkan sedemikian rupa. Tubuhku terlonjak-lonjak saking keenakan. Pinggulku bergoyang, berputar dan bergerak maju mundur mengikuti irama tusukannya. “Ganti posisi Mbak..” kata Mas Rudy tiba-tiba. Ia bangkit sembari menurunkan tubuh Mbak Rini yang tengah asyik menungganginya. Kulihat Mbak Rini sepertinya tahu apa keinginan Mas Rudy. Ia langsung mengambil posisi merangkak di atas ranjang, bertumpu pada kedua lututnya yang ditekuk sementara pantatnya menungging ke atas. Mas Rudy mengambil posisi di belakangnya. Ia tekan punggung Mbak Rini sehingga wajahnya menyentuh ranjang. Pantatnya yang bulat penuh itu semakin menungging. Mas Rudy bergumam tak jelas sambil menatap penuh nafsu liang memek Mbak Rini yang sudah menganga lebar dari bagian belakangnya. Mas Rudy memegangi kontolnya dan diarahkan ke liang itu. Tubuhnya segera didorong ke depan. Mbak Rini melenguh seperti sapi yang sedang diperah. Mulutnya menganga sambil mengaduh karena merasakan liangnya dijejali benda keras, panjang dan besar milik Mas Rudy. Aku iri melihat kenikmatan yang diperolehnya. Aku diam tak bergerak menyaksikan persetubuhan mereka. Nafsuku semakin memuncak. Kedua tanganku dengan refleks meremas buah dadaku sendiri. Mas Rudy melihat perbuatanku. Ia menyuruhku untuk bergabung. Mbak Rini segera menarik tubuhku hingga telentang persis di bawahnya. Kedua kakiku dibukanya lebar-lebar kemudian wajah Mbak Rini mendekati pangkal pahaku. Aku berdebar menantikannya. Kemudian kurasakan jilatan lidahnya di bibir kemaluanku. Tubuhku bergetar hebat. Luar biasa! Baru kali ini aku merasakan lidah perempuan menjilati memekku. Tubuhku meggeliat-geliat antara geli dan nikmat. Mbak Rini memang luar biasa. Ia lihai sekali memberikan rangsangan padaku. Lidahnya menjilat-jilat kelentitku. Pantatku terangkat tinggi-tinggi begitu kurasakan desakan hebat dari dalam tubuhku. Begitu kencang dan kuat hingga aku tak dapat menahannya. Aku menjerit lirih sambil menggigit bibirku sendiri. Semburan demi semburan memancar dari liang memekku. Aku mencapai puncak kenikmatan hanya dalam beberapa kali jilatan saja. Kulihat ke bawah wajah Mbak Rini semakin terbenam di antara selangkanganku. Mulutnya mengecup-ngecup cairan yang meleleh dari liangku. Menghirupnya dalam-dalam. Ia dengan penuh gairah membersihkan ceceran cairanku di sekitar kemaluanku. “Oohh.. Mbak Rinii.. ngghh.. mmppffhh..” rintihku sambil menjambak rambutnya dan menekan kepalanya ke dalam selangkanganku. Sementara di belakang sana, Mas Rudy dengan gagahnya menghujamkan senjata terus menerus. Pinggulnya meliuk-liuk dan bergerak maju mundur dengan kecepatan penuh. Mbak Rini sampai kelabakan mengimbangi keperkasaan pria tua yang jantan itu. Selang beberapa detik kemudian Mbak Rini melenguh panjang. Tubuhnya berkelojotan. Nampaknya ia pun sudah mencapai puncak kenikmatannya sendiri. Tubuhnya langsung lunglai dan terjatuh di sampingku. Aku segera menghujaninya dengan ciuman. Bibirnya kukulum. Buah dadanya kuremas-remas. Lenguhannya bertambah keras bahkan setengah menjerit. Ia balas memeluk tubuhku. Mengerayangi buah dadaku. Memilin-milin putingku. Aku merasakan gairahku muncul kembali. Kami bergumul dengan panasnya. Aku melirik ke arah Mas Rudy yang terpana menyaksikan aksi kami. Batang kontolnya nampak masih keras, mengacung dengan gagahnya. Aku biarkan dia menonton kami. Perhatianku tersita semuanya oleh cumbuan Mbak Rini. Tubuhku menyambut hangat kecupan panasnya. Aku sudah tidak lagi memperhatikan Mas Rudy. Aku tak pernah menyangka bahwa Mbak Rini memiliki kecenderungan untuk bercinta dengan sesama perempuan pula selain dengan lelaki. Bi-sex, kata orang. Aku pun sebenarnya tak pernah berpikir akan bercinta dengan sesama perempuan dan tak pernah membayangkan akan kenikmatannya. Ternyata rasanya memang lain dari pada yang lain. Aku tak kalah hangatnya menyambut cumbuan Mbak Rini. Dadaku seakan mau meledak oleh rangsangan hebat yang bergolak dalam tubuhku. Bibir Mbak Rini terus-terusan menghisap puting susuku. Aku menggeliat-geliat saking enaknya. Kenikmatanku semakin betambah saat kurasakan bibir kemaluanku digesek-gesek oleh moncong kepala kontol Mas Rudy yang mulai ikut bergabung dengan kami. Ya ampun! Aku berteriak dalan hati saking keenakan. Mana pernah kualami kenikmatan luar biasa seperti yang sedang kurasakan saat ini. “Auuww!” aku merintih saat merasakan kontol Mas Rudy menyeruak di antara bibir kemaluanku yang masih rapat. Rasanya membuatku tersedak dijejali kontol sebesar itu. Kubuka kedua kakiku lebar-lebar untuk memberikan jalan padanya. Pinggulku berkutat agar kontol itu masuk seluruhnya. Aku bisa menarik nafas lega melihat Mas Rudy mulai lancar menggoyang pantatnya. Ruang vaginaku terasa penuh. Gesekan urat-urat batang Mas Rudy sampai terasa ke ulu hati. Ujung kepalanya menyodok-nyodok bagian terdalam vaginaku. Aku sampai kehabisan nafas mengimbangi goyangan Mas Rudy. Ia benar-benar perkasa. Aku takluk padanya. Tubuhku serasa dipanggang oleh kontol panjangnya. Otot-otot vaginaku kukedut-kedut. Mas Rudy mengerang merasakan kenikmatan kedutanku menghisap-hisap kontolnya. Baru tahu rasa sekarang, ujarku dalam hati. Akan kubikin KO dia, ancamku dalam hati dengan gemas. Kuingin ia segera menyemprotkan air maninya dalam vaginaku. Kuingin merasakan kekuatan semprotannya. Kuingin ia tumbang dalam pelukannku. Aku bergoyang sekuat tenaga. Kupelintir batang kontolnya dalam memekku. Kulihat Mas Rudy megap-megap. Aku semakin bersemangat. Pinggulku berputar seperti gasing. Meliuk-liuk liar. Kurasakan tubuhnya mulai berkelojotan. Aku sudah tak memperhatikan Mbak Rini yang sibuk mencumbui tubuhku. Aku lebih berkonsentrasi untuk membuat Mas Rudy mencapai orgasme secepatnya. Upayaku belum juga memperlihatkan hasil. Mas Rudy nampak masih perkasa menggenjotku. Belum terlihat tanda-tanda ia akan orgasme. Aku semakin frustrasi melihatnya, karena lama kelamaan aku sendiri yang kewalahan. Aku sudah merasakan desiran kuat dalam tubuhku. Aku panik oleh gejolakku sendiri. Kucoba bertahan sekuat mungkin, tetapi batang kontol Mas Rudy masih terus menusuk-nusuk dengan cepatnya. Gesekan kulit batangnya yang keras dan gerinjal urat-uratnya pada kelentitku, membuat pertahananku jebol paad akhirnya. Aku berteriak sekuat tenaga saat aliran deras menyembur dari dalam diriku. Aku menyerah, pasrah dan membiarkan otot-ototku melemas, melepaskan orgasmeku yang meledak-ledak. “Masukiinn.. semuaannyaa..!” Jeritku seraya menarik pantat Mas Rudy ke dalam selangkanganku sehingga kontolnya melesak masuk seluruhnya. Kurasakan semburan demi semburan memancar dari dalam liangku. Sementara Mbak Rini mengelus-elus wajahku seolah sedang menenangkan diriku yang tengah menghadapi amukan kobaran api birahi. Aku baru bisa mengambil nafas lega beberapa menit kemudian. Tulang-tulangku serasa pada copot. Aku terkulai lemas. Tenagaku terkuras habis dalam pertempuran tadi. Mas Rudy lalu mencabut batangnya dari liangku. Ia nampak masih perkasa, mengacung gagah. Kepalanya mengkilat karena cairan milikku. Mbak Rini menoleh ke arahnya, kemudian kepadaku sepertinya meminta bantuanku untuk ‘mengeroyok’ lelaki yang telah membuat kami berdua luluh lantak. Aku mengangguk dan segera bangkit menghampiri Mas Rudy. Kutarik tubuh atletisnya yang sudah licin karena keringatnya, supaya berbaring telentang di ranjang. Bibirku langsung menyerbu daerah selangkangannya. Aku sudah tak sabar ingin melumat batang kontolnya. Kuselomoti dengan rakus hingga terdengar suara kecipakan air liurku. Sementara Mbak Rini memulai cumbuannya di bagian dadanya. Menjilati puting susunya yang besar. Menyusur terus ke bawah dan bergabung denganku menggumuli batangnya. “Ouuhh.. sedaapp..” Pekik Mas Rudy melihat dua perempuan cantik saling berebut menciumi kontolnya. Mbak Rini kebagian ujung kepalanya, sementara aku menjilati batang dan buah pelernya. Kami berdua saling berlomba memberikan kenikmatan kepada Mas Rudy. Kami kemudian bergiliran. Aku bagian atas, Mbak Rini bagian bawah. Seterusnya bergantian sampai beberapa menit lamanya. Ketika kami merasakan Mas Rudy menggelinjang dan mengerang seperti menahan sesuatu, secara berbarengan mulut kami menciumi moncong kontolnya dari samping. Kedua tangan kami mengocok batangnya. “Ouuhh.. saa.. yaa.. ke.. ke.. kelu..” belum sempat ucapannya berakhir, nampak cairan kental dan hangat menyemprot keras dari moncongnya. Tubuhnya menghentak-hentak seiring dengan semburan air maninya yang tak henti-henti muncrat. Wajah kami belepotan disirami air maninya yang keluar begitu banyak. Mbak Rini menghisap terus dengan rakusnya. Lidahnya menjilat-jilat sampai bersih batang itu dari ceceran air maninya. Sedangkan aku mengocoknya seakan mau memeras kontol itu hingga habis cairannya. Setelah membersihkan cipratan air mani di wajah, lalu kami menjatuhkan diri di kiri dan kanan tubuh Mas Rudy sambil memeluknya. Kami benar-benar kecapaian. Mata terasa berat karena kantuk. Samar-samar kudengar Mas Rudy berkata, “Kalian memang luar biasa. Saya benar-benar puas bersama kalian..” Kami tak tahu apa lagi yang dibicarakannya karena sudah terbang melayang dalam mimpi indah. Senyum kepuasan tersungging dari bibirku dan Mbak Rini. Pengalaman yang sungguh tiada duanya….


Kehidupan kota metropolitan sungguh sangat berlainan dengan kehidupan di kampung. Jalanan penuh dengan lalu lalang kendaraan, bergerak tak pernah berhenti. Bis kota, angkutan penumpang umum, mobil, motor dan yang lain-lain berseliweran tak karuan. Lalu lintas benar-benar semrawut. Sepertinya tak ada aturan. Mereka berjalan semau gue, ingin menang sendiri. Tak ada sopan santun di jalanan. Kemacetan sudah merupakan keharusan di kota ini. Para pengendara saling umpat menuntut haknya masing-masing. Pokoknya membuat stress siapa saja yang hidup di kota ini. Tak heran karenanya para penghuni kota selalu mencari kesempatan untuk refreshing. Melupakan kehidupan yang begitu penuh dengan persaingan, saling ganjal, saling sikut demi kepentingan pribadi. Mereka ada yang pergi ke luar kota, ke daerah pegunungan, ke pantai atau ada juga yang datang ke tempat-tempat hiburan sekedar mendengarkan musik sambil minum-minum bersama teman-temannya. Setelah hidup tiga bulan di kota ini, aku sudah mulai bisa menyesuaikan diri dengan gaya kehidupan di sini. Aku pernah juga menyempatkan diri mampir ke sebuah café untuk mencari hiburan hanya sekedar melepaskan kepenatan keseibukanku sehari-hari. Aku pun sudah tak berhubungan dengan suamiku lagi setelah kuminta surat cerai darinya, meski kutahu ia berada di kota tempatku kini tinggal. Terakhir kali kami bertemu di suatu tempat dan ia menyatakan maaf atas segala perlakuannya selama ini. Aku memaafkannya dan meminta untuk tidak lagi berhubungan demi kepentingan bersama. Suamiku sebenarnya masih mencintaiku namun keadaan memang tidak memungkinkan lagi. Ia akhirnya menyatakan selamat tinggal dan meninggalkan selembar cek bernilai sangat besar. Katanya untuk menunjang kebutuhanku sehari-hari. Sebelum aku datang ke kota ini, aku sudah mempersiapkan diri untuk mencari kesibukan. Beruntunglah aku berkenalan dengan seorang wanita pengusaha. Usianya tak jauh berbeda denganku. Orangnya pandai bergaul, ramah dan pintar. Namanya Nuraini. Aku memanggilnya Mbak Rini, karena ia memang meminta dipanggil seperti itu. Cantik, tinggi semampai, tubuhnya montok dan suka berpakaian seksi. Orang bilang tipe ‘Bangkok’. Penampilannya memang sempurna. Wanita berkelas. Katanya ia kenal dengan orang-orang penting dikota ini. Pejabat pemerintah, konglomerat sampai ke jenderal-jenderal dikenalnya dengan baik. Aku tak tahu bagaimana ia bisa menjalin hubungan dengan mereka. Tapi yang pasti, kalau melihat penampilannya yang serba ‘wah’, aku percaya dengan pengakuannya itu. Siapa yang tak suka berhubungan dengan Mbak Rini yang cantik dan seksi itu. Aku sering berhubungan dengannya dan banyak meminta nasihat, saran berkaitan dengan bisnis di kota ini yang penuh dengan persaingan ketat. Aku pun mau tak mau harus bisa mengimbangi gaya hidupnya yang serba aktif, termasuk mengunjungi tempat-tempat hiburan atau lebih dikenal dengan istilah ‘Dugem’. Sore tadi aku ditelepon Mbak Rini untuk bertemu di sebuah café yang kebetulan tak begitu jauh dari tempat tinggalku. Katanya aku akan dikenalkan dengan seorang pengusaha besar. Mbak Rini berjanji akan mengikutsertakan diriku untuk sama-sama mengerjakan proyek besar dari pengusaha ini. Di telepon dia wanti-wanti agar aku berdandan secantik mungkin, bahkan kalau bisa seseksi mungkin. Aku tertawa saja mendengar permintaannya itu dan kukatakan ada-ada saja, masa bertemu dengan pengusaha saja harus berpakaian seksi, kataku polos. Tetapi ketika berangkat aku berpakaian seksi juga pada akhirnya. Sebelum keluar pintu rumah, aku masih menyempatkan diri bercermin di depan kaca yang ada di ruang tamu. Kuperhatikan dandananku agar tak membuat malu Mbak Rini nantinya. Aku cukup puas dengan penampilanku. Blouse warna hitam itu sangat cocok sekali dengan warna kulitku yang putih bersih. Melekat ketat mencetak bentuk tubuhku sehingga memperlihatkan lekukan-lekukannya, terutama di bagian dada. Payudaraku nampak membusung penuh di balik blouse ketat ini. Bahkan kancing bagian atasnya sampai susah dimasukan ke dalam lubangnya saking ketatnya. Aku agak jengah melihat tonjolan dadaku sendiri. Ke bawahnya kupadu dengan rok sebatas lutut. Aku sengaja memakai rok ini supaya bentuk kakiku yang ramping dan betisku yang indah kelihatan cantik. Aku puas dengan dandananku. Setengah jam kemudian aku sudah berada di café itu. Aku celingukan mencari Mbak Rini di tengah keramaian orang-orang yang berlalu lalang di sana. Agak gugup juga aku berada di sana, mungkin belum terbiasa dengan kehidupan malam seperti ini meski telah beberapa kali mencobanya. Selang beberapa menit, aku menemukannya di pojok ruangan café itu tengah duduk berdua dengan seorang pria. Mbak Rini segera melambaikan tangannya padaku saat kumelangkah ke sana. “Sini buruan,” panggilnya. “Nah, kenalin ini teman saya. Cantik khan?” katanya kemudian seraya memperkenalkanku kepada pria di sampingnya. “Anna,” ucapku lirih malu-malu sambil menyodorkan tanganku menyambut uluran tangan pria itu. “Aku Rudy,” balasnya segera sambil tersenyum padaku. Nampaknya pria ini sudah berumur namun penampilannya masih segar, penuh vitalitas, dan juga harum, dengan wewangian yang terasa aroma maskulinitasnya. Orangnya masih gagah walau sudah berumur. Tubuhnya pun tinggi, tegap, dan kekar. Aku dapat merasakannya dari genggaman tangannya yang kuat, dan pemandangan samar bukit dadanya dari balik kemeja yang dipakainya. Telapak tangannya yang besar menggenggam habis tanganku yang mungil. Orangnya ramah, berkharisma, dan menarik. Kuperhatikan wajahnya yang cukup tampan itu. Kekagumanku pun semakin bertambah. Penampilannya benar-benar ‘dandy’. Pakaiannya kelihatan mahal. Cukup meyakinkan menjadi pengusaha besar. “Silakan duduk,” ucapnya sopan. Tempat duduk itu berbentuk setengah lingkaran merapat ke dinding dilengkapi meja di depannya. Tadinya aku mau duduk paling ujung akan tetapi Mbak Rini menyuruhku bergeser lebih ke dalam agar ada tempat duduk baginya. Sementara dari ujung sana, Mas Rudy, demikian aku memanggilnya karena kulihat ia sudah berumur, bergeser masuk untuk duduk sehingga praktis aku berada di antara mereka berdua. Aku lirik Mbak Rini sebagai tanda protes karena posisiku yang terjepit tak ada jalan keluar. Lucunya, ia malah mengedipkan mata entah apa maksudnya. Sedangkan dari sisi lain, Mas Rudy terus merapat padaku sehingga kurasakan bahu kami saling bersentuhan. Aku jadi kebingungan oleh keadaan ini. Lagi-lagi Mbak Rini mengedipkan matanya, kali ini sambil berbisik “santai aja,” katanya. Kami mulai mengobrol ngalor ngidul. Tanya ini dan itu diselingi canda gurau antara Mas Rudy dengan Mbak Rini yang agak berbau porno. Kelihatannya mereka sudah akrab betul. Bahkan sekali-sekali Mbak Rini mencubit lengan Mas Rudy sambil tertawa manja, bahkan genit. Sementara aku yang berada di antara mereka hanya bisa tersenyum serba salah mengikuti canda mereka yang semakin lama semakin seru. Karena berada di tengah mereka jadi sudah pasti aku terkena sentuhan mereka saat saling cubit. Bahkan tangan Mas Rudy sempat nyerempet buah dadaku yang menonjol terlalu ke depan saat ia mencubit tangan Mbak Rini. Dengan refleks, aku memundurkan tubuhku. Mereka nampaknya tidak memperhatikan itu. Sepertinya aku ini tidak ada. Sebenarnya aku mulai tak nyaman dengan keadaan ini, kalau saja Mas Rudy kemudian tidak mengajakku turut dalam obrolan mereka. Ia memang tipe pria yang romantis melihat dari tutur katanya. Tenang, kalem, penuh canda diselingi pujian yang terdengar tidak gombal. Bahkan membuat wanita merasa tersanjung. Obrolan kami semakin seru saja, apalagi setelah minuman pesanan kami tiba. Aku ikut-ikutan meneguk minuman seperti mereka, meski sebenarnya tak tahu jenis apa minuman itu, yang pasti terasa panas di tenggorakan. Aku tak ingin disebut kampungan. Aku tak mau dibilang ‘norak’. Kemudian kami mulai berbicara serius. Membicarakan bisnis kami. Mas Rudy semakin merapat, bahkan wajahnya menjulur persis di depanku saat bicara pada Mbak Rini. Tercium aroma after shave nya. Aroma rempah-rempah. Aroma khas laki-laki jantan! Ehm.., aku mulai ngaco. “Aku setuju saja dengan usulan Mbak Rini. Tapi engh.., gimana dengan Mbak Anna sendiri? Apa dia setuju dengan usulan saya?” demikian kata Mas Rudy seraya mengerling genit padaku. Kurasakan duduknya semakin mepet padaku. Aku tak mengerti maksud perkataan itu. Aku segera menoleh ke arah Mbak Rini seakan minta pertolongan apa yang harus kukatakan. Mbak Rini langsung berbisik padaku bahwa ia setuju dengan penawaran harga atas proyek bernilai ratusan milyar itu asal aku dan Mbak Rini mau bersenang-senang dengannya. “Maksud Mbak?” bisikku semakin bingung. Ia tak menjawab bahkan ia langsung mengiyakan pada Mas Rudy tanpa meminta pendapatku dahulu. Kulihat Mas Rudy langsung tersenyum senang mendengar jawaban itu. “Nah itu baru rekan bisnis yang jempolan,” katanya seraya menjawil daguku dengan gemas. “Ayo kita rayakan kerjasama ini,” belum sempat aku protes apa yang mereka sepakati, tiba-tiba Mbak Rini langsung meraih gelas dan mengacungkannya ke atas meja disambut oleh acungan gelas Mas Rudy. Mereka melirik padaku. Menunggu reaksiku. Aku sepertinya telah terjebak. Tak ada lagi yang bisa kupebuat kecuali mengikuti ajakan mereka. Kami sama-sama meneguk minuman dalam gelas sampai habis. Minuman itu langsung kutelan. Terasa panas di tenggorokan. Bahkan tubuhku mulai terasa hangat. Kepalaku terasa agak melayang. Apa aku ini sudah mabok? Mereka terlihat gembira sekali sambil bernyanyi-nyanyi mengikuti lagu yang dimainkan oleh sebuah grup musik di panggung café. Minuman dalam gelasku sudah terisi penuh kembali. Baik Mas Rudy maupun Mbak Rini memintaku untuk menghabiskannya. Kuturuti permintaan mereka. Aku pun ingin bersenang-senang seperti mereka mengikuti suasana hingar bingar musik. Kulihat penyanyi wanita di panggung meliuk-liukan tubuhnya dengan gerakan erotis mengikuti irama musik padang pasir yang dimainkan grup musik. Persis seperti penari ular. Suasana semakin heboh. Pengunjung lain, pria, wanita mulai ikut-ikutan berjoget. Ada yang berpelukan, bahkan berciuman. Mereka tak malu melakukan itu di depan umum. Suasana ini melanda di meja tempat kami. Mbak Rini tanpa diduga menyodorkan wajahnya persis didepan mukaku dan disambut oleh Mas Rudy dengan ciuman di bibirnya. Aku terpana melihat aksi mereka di depanku. Mereka asyik berciuman. Saling mengulum. Seolah aku tak hadir di depannya. Sungguh gila kehidupan di kota ini. Aku tak menyangka akan sejauh ini. Begitu bebas. Ciuman mereka nampaknya semakin memanas. Pandanganku semakin kabur. Mungkin minuman yang kuteguk tadi mulai mempengaruhiku. Tubuhku terasa kelu. Dan entah kenapa pemandangan di depanku membuat diriku bergairah. Kulihat mereka asyik sekali berciuman. Membuatku iri. Entah bermimpi atau tidak, kurasakan sesuatu bergerak di bawah meja. Meraba-raba lututku dan merayap perlahan, menelusup ke balik rokku, menggerayangi pahaku. Kutahu itu tangan Mas Rudy. Aku tercekat. Kurang ajar lelaki ini! Rutukku dalam hati. Pura-pura berciuman dengan wanita lain sementara tangannya menggerayang nakal di atas pahaku. Kutepiskan tangan itu dari balik rokku. Mas Rudy hanya mengerlingkan matanya padaku sementara bibirnya tak pernah lepas dari bibir Mbak Rini. Gila semua! Pekikku dalam hati mengutuk perbuatan mereka. Kelihatannya Mbak Rini tahu apa yang dilakukan Mas Rudy tehadapku. Ia tersenyum padaku sambil menganggukan kepala. Entah apa maksudnya. Kemudian kurasakan kembali gerayangan di atas pahaku, namun kali ini bukan hanya dari sisi kiriku tetapi juga dari sisi kanan tempat Mbak Rini. Oh.. dunia ini semakin kacau! Masa Mbak Rini pun berselera kepadaku sesama perempuan? Aku sepertinya terpesona oleh gerayangan tangan Mbak Rini yang begitu lembut dan mesra. Aku tak berani menepis tangannya yang semakin naik menuju pangkal pahaku. Mereka menghentikan ciumannya dan melirik bersama-sama kepadaku. Aku balas memandang tatapan mereka. Kulihat kilatan bola mata mereka memancarkan gairah. Tiba-tiba saja, mereka mencium pipiku dari kanan-kiri. Aku berteriak memprotes perbuatan mereka. Teriakanku nampaknya tenggelam di tengah kegaduhan musik di café itu. Tamu-tamu lain pun tak ada yang memperhatikan perbuatan kami. Mereka sibuk dengan keasyikannya masing-masing. Kurasakan gerayangan tangan mereka semakin nakal, terutama tangan Mbak Rini yang mulai menarik celana dalamku. Aku tercekat dan tubuhku terlonjak. Saat itulah dengan mudahnya, Mbak Rini memelorotkan celana dalamku hingga turun sampai ke lututku. Aku berteriak “Mbak.. apa-apaan?!” Mbak Rini tak berkomentar malah terus menciumi pipiku dan bergeser ke bibirku. Aku benar-benar kelabakan dikeroyok mereka. Mas Rudy tak tinggal diam. Bibirnya menciumi leherku dari samping kiri sementara tangannya yang lain meraba-raba dadaku. Aku ingin menangis rasanya diperlakukan seperti ini di muka umum. Tetapi harus kuakui, mereka memang benar-benar lihai memperlakukanku. Penuh kelembutan. Tak ada pemaksaan. Hanya aku saja yang tidak berani berontak. Tenagaku sepertinya hilang entah kemana. Tubuhku terasa lunglai. Pengaruh minuman itu semakin terasa menguasai pikiran jernihku. Cumbuan hangat mereka membuat tubuhku serasa terbakar. Aku mulai terbuai, terpesona oleh perasaanku sendiri. Apalagi Mas Rudy tak henti-hentinya membisikan rayuan dan pujian di telingaku. “Kamu cantik sekali sayang.., tubuhmu benar-benar seksi.. sangat merangsang..” rayunya seraya mencopot kancing blouseku untuk kemudian menelusupkan tangannya ke dalam. Menggerayangi buah dadaku yang masih tertutup kutang. Diremasnya dengan lembut. Kurasakan jemari tangannya mengelus-elus kulit bagian atas dadaku yang terbuka untuk kemudian menelusup ke balik kutangku. Tanpa sadar aku melenguh. Aku mulaui terbawa arus permainan mereka. Gairahku kembali muncul setelah cukup lama terpendam sejak perselingkuhanku dengan Kang Hendi beberapa bulan yang lalu. Bergelora penuh gairah. Tubuhku berdenyut-denyut oleh nafsu birahiku sendiri. Darahku berdesir kencang, terlebih saat tangan Mbak Rini mengelus-elus bibir kemaluanku. Kurasakan daerah itu mulai basah. Aku merasakan sesuatu yang lain dari sentuhan tangan Mbak Rini. Sepertinya ia tahu persis titik-titik kenikmatan di daerah itu. Benar-benar indah, sampai-sampai aku tak sadar mengerang lirih sambil memanggil namannya. “Ya sayang..” jawabnya dengan lirih pula. Terdengar nafasnya mulai tersengal-sengal. Ia lalu berbisik padaku untuk mencari tempat yang lebih leluasa dan kemudian disetujui oleh Mas Rudy. Aku sudah tak perduli mau dibawa kemana dan aku tak ingat bagaimana ia membawaku karena begitu mataku terbuka aku sudah berada di atas ranjang empuk di dalam kamar yang dipenuhi oleh berbagai peralatan mewah. Lampu yang bersinar temaram menolong pandangan mataku untuk melihat ke sekeliling. Kulihat disamping ranjang Mas Rudy tengah membantu Mbak Rini melepaskan pakaiannya. Dengan refleks, aku melihat kepada diriku sendiri dan menarik nafas lega ketika kutahu pakaianku masih lengkap menempel di tubuhku, hanya saja kancing blouseku sudah terlepas beberapa buah sementara rokku tersingkap memperlihatkan kemulusan pahaku. Sedangkan kedua kakiku menekuk sebatas lutut sehingga dari arah mereka dapat terlihat bagian dalam ujung pangkal pahaku yang masih tertutup celana dalam. Aku menonton adegan mereka. Pakaian Mbak Rini sudah terlepas semuanya. Dalam hati aku mengagumi keindahan tubuhnya yang sudah telanjang bulat itu. Buah dadanya tak sebear milikku tapi memiliki bentuk yang indah dan nampak lebih membusung karena tubuhnya lebih kecil dibandingkan diriku. Pinggulnya membentuk lekukan sempurna diimbangi oleh buah pantatnya yang bulat penuh. Perutnya rata. Selangkangannya dipenuhi oleh rambut hitam legam yang begitu rimbun. Sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Aku merasakan keanehan dalam getaran tubuhku saat memandang tubuh Mbak Rini. Jantungku berdegub semakin kencang melihat aksi Mbak Rini mencium Mas Rudy dengan penuh gairah. Kedua tangannya bergerak cekatan mempreteli baju dan celana Mas Rudy. Tontonan ini semakin mendebarkan. Gairahku terpancing melihat tubuh Mas Rudy yang masih oke walau sudah tua. Kemaluanku semakin berdenyut-denyut melihat tangan Mbak Rini menelusup ke balik celana Mas Rudy sambil memperlihatkan ekspresi kaget di wajahnya. Aku semakin penasaran oleh apa yang telah ditemukannya. Ia melirik padaku yang tergolek di ranjang sambil memperlihatkan ekspresi wajah penuh kekaguman. Tanpa sadar, aku bangkit untuk melihatnya. Aku jadi penasaran melihat Mbak Rini seperti sengaja menyembunyikannya dari pandanganku. Aku baru terpekik kaget begitu Mbak Rini sambil menyeringai senang mengeluarkan sesuatu dari balik celana Mas Rudy dalam genggaman kedua tangannya. Dari balik celana Mas Rudy keluar batang kemaluannya yang sudah kencang dengan ukuran yang luar biasa. Panjang dan besar! Padahal kedua tangan Mbak Rini sudah menggengamnya penuh tapi masih terlihat sisa beberapa senti di atasnya. Panjang sekali! Mbak Rini tersenyum senang seperti anak kecil mendapatkan mainan. Mengocoknya naik turun sambil melambai-lambaikan batang itu ke arahku. Seolah ingin memperlihatkan kepadaku betapa senangnya ia mendapatkan batang kontol sebesar itu. Aku hanya bisa menelan ludah sendiri menyaksikan semua itu. Sementara kulihat Mas Rudy mengerling padaku sambil tersenyum bangga dengan apa yang dimilikinya. Aku balas tatapan itu dengan menjilati bibir dengan lidahku. Kuingin ia tahu betapa besarnya keinginanku untuk menjilatinya. Kulihat bola matanya berbinar melihat aksi genitku yang membuatnya bergairah. Kelihatannya ia ingin segera meloncat ke atas ranjang tempatku berbaring dengan posisi yang menggairahkan. Tetapi Mbak Rini menahannya di sana. Wanita itu langsung berjongkok di hadapan Mas Rudy dan menjilati batang itu dengan penuh nafsu. Kepala Mas Rudy menoleh ke belakang sambil mengerang kenikmatan merasakan jilatan lihai lidah Mbak Rini di sekujur batangnya. Dari bawah naik ke atas, mengulum-ngulum kepalanya untuk kemudian turun kembali ke bawah menjilati buah pelernya. Kepalaku terasa pening melihat aksi Mbak Rini. Nafsuku mulai terasa di ubun-ubun. Aku diam di ranjang melihat permainan mereka sambil meremas-remas dadaku sendiri. Aksiku menarik perhatian Mas Rudy. Tangannya mencoba menggapai ke arahku namun tak sampai. Aku sengaja membusungkan dadaku memndekati ujung tangannya yang hanya tinggal beberapa senti lagi. Jemarinya mencoba meraih tetapi tetap tak sampai. Aku tersenyum menggoda. Aku ingin Mas Rudy terangsang oleh godaanku. Jemariku mencopot kancing blouse satu per satu sambil menatap penuh gairah kepadanya. “Ooohh.. luar biasa.. ngghh..” erangnya merasakan kenikmatan dan rangsangan yang diberikan oleh dua orang perempuan cantik nan seksi sekaligus. Mbak Rini semakin semangat dengan aksinya. Mulutnya sudah penuh dengan batang kontol Mas Rudy. Dihisap-hisap. Dikulum-kulum dengan penuh kenikmatan. Aku iri melihatnya. Aku lalu bangkit dari ranjang dan menghampiri mereka. Kupeluk tubuh Mas Rudy dari belakang. Menciumi bahu dan punggungnya yang kokoh, sementara kedua tanganku menggapai ke atas dadanya yang berotot. Aku bisa merasakan dadanya yang dipenuhi bulu-bulu halus. Spontan saja aku langsung mengelus-elusnya. Kemudian tanganku bergerak merambahi lengan Mas Rudi. Lengan itu terasa begitu kencang, dengan otot-ototnya yang bersembulan. Kuelus dan kumainkan bisepnya yang tebal dan padat itu. Wajah Mas Rudy menoleh ke samping mencari-cari bibirku untuk dikulum. Aku sengaja menghindar. Menggodanya. Ia semakin terangsang. Kubiarkan saja seperti itu. Tanganku pun merayap ke arah perutnya. Meski sudah berumur tetapi perutnya tidak buncit, sama dengan bagian tubuhnya yang lain, tampak kokoh dengan otot-ototnya yang keras dan pejal. Ia nampaknya rajin berolah raga sehingga masih memiliki tubuh seperti model pria di majalah kebugaran. Kurasakan perutnya bergetar hebat mengikuti rayapan nakal jemariku. Kupermainkan bulu-bulu lebat di seputar selangkangannya. Aku sengaja tidak meraba batang kontolnya yang tengah dikulum Mbak Rini meski kutahu pasti ia sangat menginginkan sentuhan tanganku pada batangnya. Kudengar ia melenguh memanggil namaku. Ia rupanya tersiksa oleh godaanku. Aku tersenyum penuh kemenangan. Entah kenapa dalam lubuk hatiku, aku ingin memberinya lebih dari apa yang diberikan Mbak Rini pada Mas Rudy saat itu. Inilah mungkin persaingan di antara wanita yang tak pernah disadari oleh kaumku. Aku lalu berpindah ke depan mereka diiringi tatapan Mas Rudy yang begitu penasaran dengan apa yang akan kulakukan. Aku ikut berjongkok di belakang Mbak Rini. Kupeluk wanita itu dari belakang. Mbak Rini menoleh sebentar untuk kemudian meneruskan kulumannya. Kudengar ia merintih saat tanganku memeluk buah dadanya. Kuremas dengan lembut sambil memilin putingnya yang sudah mengacung keras. Aksiku tak pernah luput dari pandangan Mas Rudy. Kuciumi punggung Mbak Rini. Sekali-sekali kugigit perlahan. Ia mengaduh. Tapi nampaknya tidak merasa kesakitan malah sebaliknya. Ia terangsang karena kurasakan putingnya semakin mengeras. Tanganku merayap lebih jauh. Turun ke bawah menelusuri permukaan perutnya. Lalu mengelus-elus bulu kemaluannya. Jemariku segera menelusuri garis bibir kemaluannya. Mbak Rini melenguh merasakan permainan jemariku. Ia sudah basah. Jemariku merasakan daerah itu sudah sangat licin sehingga dengan mudah telunjuk jariku melesak ke dalam liangnya. Kutekan perlahan. Jemariku bergerak keluar masuk untuk kemudian menusuk lebih dalam. Pinggul Mbak Rini bergoyang seperti gerakan bersenggama mengimbangi tusukan jariku. Kugeser-geser dadaku ke atas punggungnya. Buah dadaku terasa semakin membusung oleh desakan nafsu birahi. Meski masih terhalang oleh pakaian, namun terasa hingga ke hatiku. Aku ikut-ikutan melenguh menimpali erangan Mbak Rini yang tengah disetubuhi oleh jariku. Kupermainkan kelentitnya. Aku tahu persis kelemahannya, tahu mana titik-titik yang bisa membuatnya memekik penuh kenikmatan. Sama persis seperti yang ada di tubuhku. Karena kami sama-sama wanita. Mas Rudy terperangah dengan aksi kami berdua di bawah. Pemandangan dihadapannya semakin membuat Mas Rudy terangsang hebat. Mungkin baru kali ini ia bercinta dengan dua wanita sekaligus dan tak pernah membayangkan akan demikian dahsyat rangsangan yang dirasakannya. “Oh.. kalian berdua sungguh luar biasa..” katanya dengan suara tersengal. “Ayolah kita pindah ke ranjang. Aku sudah tak kuat lagi.. ngghh..” pintanya kemudian. Kami lalu berpindah ke ranjang. Mas Rudy mengambil posisi telentang, sementara aku berbaring di sampingnya sambil berciuman dengannya. Mbak Rini rupanya belum mau melepaskan kuluman pada kontolnya. Ia masih asyik mengemot-emot batang itu. Kedua tangannya tak pernah berhenti mengocok. Luar biasa pertahanan Mas Rudy. Ia belum memperlihatkan tanda-tanda akan mencapai puncaknya. Padahal Mbak Rini sudah mengeluarkan semua kemampuannya menghisap kontol itu. Ia penasaran sekali. Aku dan Mas Rudy kembali berciuman. Kurasakan tangan kekarnya bergerak lincah mempreteli kancing blouseku hingga terlepas. Ia lalu meraih kaitan kutang di punggungku dan melepaskannya. Mas Rudy melenguh penuh kekaguman begitu kedua buah dadaku yang membusung penuh tumpah dari kutangku. Kedua tangannya segera menangkap buah dadaku. Meremas-remas seraya berkata betapa kenyal dan montoknya buah dadaku. Ia tak berhnti memuji-muji kecantikan tubuhku. Bibir langsung berpindah ke atas payudaraku. Menciumi keduanya dan menjilat-jilat putingku. Aku meringis keenakan menghadapi lumatan pada putingku. Tangannya meraih tanganku untuk dibimbing ke arah kontolnya. Mbak Rini lalu melepaskan kulumannya dan membiarkan aku menggenggam kontolnya. Ia bangkit dan mengambil posisi jongkok mengangkangi Mas Rudy. Liang memeknya persis di atas kontol yang tengah kupegang. Kuacungkan persis menempel di mulut liangnya. Aku melirik ke arah Mbak Rini dan memberi tanda supaya menurunkan tubuhnya. Mbak Rini melenguh panjang saat ujung kepalanya menerobos masuk bibir kemaluannya. “Oohh.. gedee.. bangeett.. uugghh.. enaakkhh..!” rintih Mbak Rini penuh kenikmatan. Kulihat batang yang lebih besar dari pergelangan tanganku itu melesak ke dalam liang Mbak Rini yang sempit. Batang itu baru masuk setengahnya. Mbak Rini sudah kelihatan gelagapan. Kelihatannya tak akan muat. Mbak Rini menggoyang-goyang pantatnya sambil bergerak turun naik. Sedikit demi sedikit gerakan itu membantu batang Mas Rudy masuk lebih dalam lagi. Mbak Rini baru menjerit lega setelah merasakan batang itu masuk seluruhnya. Ia tampak puas bisa membenamkan seluruhnya. Setelah itu ia beergerak naik turun. Telihat lambat sekali. Ketika naik rasanya tidak sampai-sampai ke ujungnya. Begitu pula saat turun. Terasa lama sekali baru mentok hingga ke dasarnya. Aku terpesona melihatnya sambil berpikir apakah liangku mampu menerimanya. Aku tak bisa berpikir lama karena tangan Mas Rudy bergerak semakin nakal. Rokku telah dipelorotkannya sekaligus dengan celana dalamku. Aku kini sudah telanjang bulat seperti mereka berdua. Kurasakan jemari besar dan lembut Mas Rudy menusuk-nusuk liang memekku. Mulutnya tak pernah berhenti mengemoti puting susuku. Kenikmatan di dua tempat ini benar-benar luar biasa. Rangsangan dahsyat menyebar ke sekujur tubuhku. Cairan pelumas dari liang memekku semakin membanjir sehingga memperlancar laju keluar masuk tusukan jari Mas Rudy. Menyentuh seluruh relung vaginaku. Kelentitku dipermainkan sedemikian rupa. Tubuhku terlonjak-lonjak saking keenakan. Pinggulku bergoyang, berputar dan bergerak maju mundur mengikuti irama tusukannya. “Ganti posisi Mbak..” kata Mas Rudy tiba-tiba. Ia bangkit sembari menurunkan tubuh Mbak Rini yang tengah asyik menungganginya. Kulihat Mbak Rini sepertinya tahu apa keinginan Mas Rudy. Ia langsung mengambil posisi merangkak di atas ranjang, bertumpu pada kedua lututnya yang ditekuk sementara pantatnya menungging ke atas. Mas Rudy mengambil posisi di belakangnya. Ia tekan punggung Mbak Rini sehingga wajahnya menyentuh ranjang. Pantatnya yang bulat penuh itu semakin menungging. Mas Rudy bergumam tak jelas sambil menatap penuh nafsu liang memek Mbak Rini yang sudah menganga lebar dari bagian belakangnya. Mas Rudy memegangi kontolnya dan diarahkan ke liang itu. Tubuhnya segera didorong ke depan. Mbak Rini melenguh seperti sapi yang sedang diperah. Mulutnya menganga sambil mengaduh karena merasakan liangnya dijejali benda keras, panjang dan besar milik Mas Rudy. Aku iri melihat kenikmatan yang diperolehnya. Aku diam tak bergerak menyaksikan persetubuhan mereka. Nafsuku semakin memuncak. Kedua tanganku dengan refleks meremas buah dadaku sendiri. Mas Rudy melihat perbuatanku. Ia menyuruhku untuk bergabung. Mbak Rini segera menarik tubuhku hingga telentang persis di bawahnya. Kedua kakiku dibukanya lebar-lebar kemudian wajah Mbak Rini mendekati pangkal pahaku. Aku berdebar menantikannya. Kemudian kurasakan jilatan lidahnya di bibir kemaluanku. Tubuhku bergetar hebat. Luar biasa! Baru kali ini aku merasakan lidah perempuan menjilati memekku. Tubuhku meggeliat-geliat antara geli dan nikmat. Mbak Rini memang luar biasa. Ia lihai sekali memberikan rangsangan padaku. Lidahnya menjilat-jilat kelentitku. Pantatku terangkat tinggi-tinggi begitu kurasakan desakan hebat dari dalam tubuhku. Begitu kencang dan kuat hingga aku tak dapat menahannya. Aku menjerit lirih sambil menggigit bibirku sendiri. Semburan demi semburan memancar dari liang memekku. Aku mencapai puncak kenikmatan hanya dalam beberapa kali jilatan saja. Kulihat ke bawah wajah Mbak Rini semakin terbenam di antara selangkanganku. Mulutnya mengecup-ngecup cairan yang meleleh dari liangku. Menghirupnya dalam-dalam. Ia dengan penuh gairah membersihkan ceceran cairanku di sekitar kemaluanku. “Oohh.. Mbak Rinii.. ngghh.. mmppffhh..” rintihku sambil menjambak rambutnya dan menekan kepalanya ke dalam selangkanganku. Sementara di belakang sana, Mas Rudy dengan gagahnya menghujamkan senjata terus menerus. Pinggulnya meliuk-liuk dan bergerak maju mundur dengan kecepatan penuh. Mbak Rini sampai kelabakan mengimbangi keperkasaan pria tua yang jantan itu. Selang beberapa detik kemudian Mbak Rini melenguh panjang. Tubuhnya berkelojotan. Nampaknya ia pun sudah mencapai puncak kenikmatannya sendiri. Tubuhnya langsung lunglai dan terjatuh di sampingku. Aku segera menghujaninya dengan ciuman. Bibirnya kukulum. Buah dadanya kuremas-remas. Lenguhannya bertambah keras bahkan setengah menjerit. Ia balas memeluk tubuhku. Mengerayangi buah dadaku. Memilin-milin putingku. Aku merasakan gairahku muncul kembali. Kami bergumul dengan panasnya. Aku melirik ke arah Mas Rudy yang terpana menyaksikan aksi kami. Batang kontolnya nampak masih keras, mengacung dengan gagahnya. Aku biarkan dia menonton kami. Perhatianku tersita semuanya oleh cumbuan Mbak Rini. Tubuhku menyambut hangat kecupan panasnya. Aku sudah tidak lagi memperhatikan Mas Rudy. Aku tak pernah menyangka bahwa Mbak Rini memiliki kecenderungan untuk bercinta dengan sesama perempuan pula selain dengan lelaki. Bi-sex, kata orang. Aku pun sebenarnya tak pernah berpikir akan bercinta dengan sesama perempuan dan tak pernah membayangkan akan kenikmatannya. Ternyata rasanya memang lain dari pada yang lain. Aku tak kalah hangatnya menyambut cumbuan Mbak Rini. Dadaku seakan mau meledak oleh rangsangan hebat yang bergolak dalam tubuhku. Bibir Mbak Rini terus-terusan menghisap puting susuku. Aku menggeliat-geliat saking enaknya. Kenikmatanku semakin betambah saat kurasakan bibir kemaluanku digesek-gesek oleh moncong kepala kontol Mas Rudy yang mulai ikut bergabung dengan kami. Ya ampun! Aku berteriak dalan hati saking keenakan. Mana pernah kualami kenikmatan luar biasa seperti yang sedang kurasakan saat ini. “Auuww!” aku merintih saat merasakan kontol Mas Rudy menyeruak di antara bibir kemaluanku yang masih rapat. Rasanya membuatku tersedak dijejali kontol sebesar itu. Kubuka kedua kakiku lebar-lebar untuk memberikan jalan padanya. Pinggulku berkutat agar kontol itu masuk seluruhnya. Aku bisa menarik nafas lega melihat Mas Rudy mulai lancar menggoyang pantatnya. Ruang vaginaku terasa penuh. Gesekan urat-urat batang Mas Rudy sampai terasa ke ulu hati. Ujung kepalanya menyodok-nyodok bagian terdalam vaginaku. Aku sampai kehabisan nafas mengimbangi goyangan Mas Rudy. Ia benar-benar perkasa. Aku takluk padanya. Tubuhku serasa dipanggang oleh kontol panjangnya. Otot-otot vaginaku kukedut-kedut. Mas Rudy mengerang merasakan kenikmatan kedutanku menghisap-hisap kontolnya. Baru tahu rasa sekarang, ujarku dalam hati. Akan kubikin KO dia, ancamku dalam hati dengan gemas. Kuingin ia segera menyemprotkan air maninya dalam vaginaku. Kuingin merasakan kekuatan semprotannya. Kuingin ia tumbang dalam pelukannku. Aku bergoyang sekuat tenaga. Kupelintir batang kontolnya dalam memekku. Kulihat Mas Rudy megap-megap. Aku semakin bersemangat. Pinggulku berputar seperti gasing. Meliuk-liuk liar. Kurasakan tubuhnya mulai berkelojotan. Aku sudah tak memperhatikan Mbak Rini yang sibuk mencumbui tubuhku. Aku lebih berkonsentrasi untuk membuat Mas Rudy mencapai orgasme secepatnya. Upayaku belum juga memperlihatkan hasil. Mas Rudy nampak masih perkasa menggenjotku. Belum terlihat tanda-tanda ia akan orgasme. Aku semakin frustrasi melihatnya, karena lama kelamaan aku sendiri yang kewalahan. Aku sudah merasakan desiran kuat dalam tubuhku. Aku panik oleh gejolakku sendiri. Kucoba bertahan sekuat mungkin, tetapi batang kontol Mas Rudy masih terus menusuk-nusuk dengan cepatnya. Gesekan kulit batangnya yang keras dan gerinjal urat-uratnya pada kelentitku, membuat pertahananku jebol paad akhirnya. Aku berteriak sekuat tenaga saat aliran deras menyembur dari dalam diriku. Aku menyerah, pasrah dan membiarkan otot-ototku melemas, melepaskan orgasmeku yang meledak-ledak. “Masukiinn.. semuaannyaa..!” Jeritku seraya menarik pantat Mas Rudy ke dalam selangkanganku sehingga kontolnya melesak masuk seluruhnya. Kurasakan semburan demi semburan memancar dari dalam liangku. Sementara Mbak Rini mengelus-elus wajahku seolah sedang menenangkan diriku yang tengah menghadapi amukan kobaran api birahi. Aku baru bisa mengambil nafas lega beberapa menit kemudian. Tulang-tulangku serasa pada copot. Aku terkulai lemas. Tenagaku terkuras habis dalam pertempuran tadi. Mas Rudy lalu mencabut batangnya dari liangku. Ia nampak masih perkasa, mengacung gagah. Kepalanya mengkilat karena cairan milikku. Mbak Rini menoleh ke arahnya, kemudian kepadaku sepertinya meminta bantuanku untuk ‘mengeroyok’ lelaki yang telah membuat kami berdua luluh lantak. Aku mengangguk dan segera bangkit menghampiri Mas Rudy. Kutarik tubuh atletisnya yang sudah licin karena keringatnya, supaya berbaring telentang di ranjang. Bibirku langsung menyerbu daerah selangkangannya. Aku sudah tak sabar ingin melumat batang kontolnya. Kuselomoti dengan rakus hingga terdengar suara kecipakan air liurku. Sementara Mbak Rini memulai cumbuannya di bagian dadanya. Menjilati puting susunya yang besar. Menyusur terus ke bawah dan bergabung denganku menggumuli batangnya. “Ouuhh.. sedaapp..” Pekik Mas Rudy melihat dua perempuan cantik saling berebut menciumi kontolnya. Mbak Rini kebagian ujung kepalanya, sementara aku menjilati batang dan buah pelernya. Kami berdua saling berlomba memberikan kenikmatan kepada Mas Rudy. Kami kemudian bergiliran. Aku bagian atas, Mbak Rini bagian bawah. Seterusnya bergantian sampai beberapa menit lamanya. Ketika kami merasakan Mas Rudy menggelinjang dan mengerang seperti menahan sesuatu, secara berbarengan mulut kami menciumi moncong kontolnya dari samping. Kedua tangan kami mengocok batangnya. “Ouuhh.. saa.. yaa.. ke.. ke.. kelu..” belum sempat ucapannya berakhir, nampak cairan kental dan hangat menyemprot keras dari moncongnya. Tubuhnya menghentak-hentak seiring dengan semburan air maninya yang tak henti-henti muncrat. Wajah kami belepotan disirami air maninya yang keluar begitu banyak. Mbak Rini menghisap terus dengan rakusnya. Lidahnya menjilat-jilat sampai bersih batang itu dari ceceran air maninya. Sedangkan aku mengocoknya seakan mau memeras kontol itu hingga habis cairannya. Setelah membersihkan cipratan air mani di wajah, lalu kami menjatuhkan diri di kiri dan kanan tubuh Mas Rudy sambil memeluknya. Kami benar-benar kecapaian. Mata terasa berat karena kantuk. Samar-samar kudengar Mas Rudy berkata, “Kalian memang luar biasa. Saya benar-benar puas bersama kalian..” Kami tak tahu apa lagi yang dibicarakannya karena sudah terbang melayang dalam mimpi indah. Senyum kepuasan tersungging dari bibirku dan Mbak Rini. Pengalaman yang sungguh tiada duanya….