Showing posts with label yang. Show all posts
Showing posts with label yang. Show all posts

Saturday, August 4, 2018

Kumpulan Cerita Sex Terbaru Berawal Dari Kenalan Dibus Dan Berakhir Nikmat

Judi Slot Pake Pulsa

Streaming Film xxi Gratis

yang - Hallo sahabat Cerita Mesum terbaru 2019, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul yang, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel aku, Artikel Bermula, Artikel bus, Artikel dari terminal, Artikel di atas, Artikel di kawasan, Artikel Jakarta Timur, Artikel kenalan, Artikel naik, Artikel pagi, Artikel patas AC, Artikel sengaja, Artikel setiap, Artikel tidak, Artikel yang, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Kumpulan Cerita Sex Terbaru Berawal Dari Kenalan Dibus Dan Berakhir Nikmat
link : Kumpulan Cerita Sex Terbaru Berawal Dari Kenalan Dibus Dan Berakhir Nikmat

Baca juga


yang


Kumpulan Cerita Sex Terbaru 2018 - Bermula kenalan yang tidak sengaja di atas bus patas AC, setiap pagi aku naik bus dari terminal di kawasan Jakarta Timur. Sampai suatu hari ada seorang wanita yang naik bersamaan denganku. Kalau diperhatikan wanita ini tampak biasa saja usianya, kuperkirakan sekitar 35-an, tetapi dengan setelan blazer dan rok mini yang ketat warna biru tua, sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih. Hari itu dia naik bersamaku dan di luar dugaanku dia duduk di sampingku, padahal ada bangku lain yang kosong, tapi okelah kuanggap itu adalah wajar. Tapi sungguh aku tidak berani menegur, kadang kala aku melirik ke arah pahanya yang putih dan sedikit di tumbuhi bulu-bulu halus dipermukaannya. Hal ini membuatku betah duduk bersamanya selain juga wanginya membuatku sangat bangga bisa duduk berdampingan dengannya.
Begitulah hingga hari ketiga hal yang sama terjadi lagi dan kali ini kucoba, mau iseng-iseng berhadiah, maka kutegur dia, “Selamat pagi Mbak..!” “Pagi juga..” si Mbak menjawab dengan senyum yang cantik di mataku, lalu kubuka pembicaraan “Kayaknya sudah 3 hari berturut-turut kita sama-sama terus.. ya? Mbak mau turun dimana sih..?” dia jawab “Di Sarinah Mas..” dan aku bertanya, “Apa Mbak kerja disana..?” lalu dijawab, “Oh tidak, aku kerjanya dekat Sarinah..” Lalu terjadilah percakapan biasa meliputi kemacetan lalu lintas sampai dia tanya balik, aku bekerja dimana, lalu kubilang di komputer, dan dia bilang bahwa kantornya banyak pakai komputer. Lalu dia berkata, “Boleh dong minta kartu nama”, maka kuberikan sebuah kartu nama, tapi waktu kuminta kartu namanya, dia tidak kasih dengan alasan tidak punya. Rupanya hari ini hari baikku dan segera kutahu namanya “YULI” (bukan sebenarnya), selanjutnya kami selalu bersama-sama setiap pagi dan telepon pun mulai berdering dengan segala basa basi.
Suatu ketika aku tidak melihat dia selama 5 hari berturut-turut. Aku sempat menunggu, sampai telat tiba di kantor. Kuhubungi telepon di kantornya juga tidak masuk, akhirnya dia telepon juga, katanya sakit. Tepatnya hari Senin aku kembali bertemu, kali ini tanpa mengenakan seragam hanya memakai celana jean’s dan kaos T-shirt sehingga dadanya yang montok itu tampak jelas membuat perhatian orang-orang di sekitar kami, kali ini dia mengajakku untuk bolos, “Mas aku butuh bantuan nih”, katanya.
Lalu aku tanya, “Apa yang bisa aku bantu..?”
“Mas, kalau bisa hari ini nggak usah ke kantor temenin aku ke Bogor yuk.. kalau Mas nggak keberatan lho..?”
Aku berpikir sejenak, lalu aku tanya lagi, “Memang kamu mau nggak kerja hari ini?”
“Aku sedang ada masalah nih, ya.. agak pribadi sih, kira-kira bisa nggak Mas.”
Aku nggak pikir lagi lalu kujawab, “Ya.. dech aku temenin..”, dalam hati sih, wah kasihan ini customer aku yang sudah pada janjian.
Dengan alasan keperluan keluarga aku ijin tidak masuk, aku jalan-jalan sama Yuli ke rumah temannya di kota Bogor. Setiba disana aku dikenalkan sama temannya namanya Nia, mereka bicara berdua di belakang, sementara aku di ruang depan seorang diri, setelah itu mereka kembali lagi dan kita mengobrol bersama-sama. Rupanya si Nia punya janji dengan temannya kalau mau pergi jadi kita tinggal berdua saja di rumah itu. Sambil mengobrol di karpet dan nonton TV, dengan manja Yuli tiduran di pahaku, sambil bercerita macam-macam dan aku menjadi pendengar yang baik, sampai dia bertanya,
“Capek nggak Mas ditidurin pahanya gini..?”
Lalu aku jawab, “Ah nggak apa-apa kok Mbak!” dalam hati sih pegel juga nih sudah itu batang kemaluan aku agak sedikit bangun gara-gara aku mengintip dadanya yang montok dan putih. Dia pakai BH yang cuma separuh (atas lebih terbuka) jadi gundukan daging di dadanya agak menonjol, di luar dugaan dia tanya lagi. Tapi kali ini tanyanya nggak tahu lagi, iseng barangkali,
“Burungnya nggak keganggu kan ditidurin sama aku?” lalu aku jawab sekenanya saja,
“Keganggu sih nggak, cuman agak bangun”, eh dia tersenyum, sambil memegang batang kemaluanku,
“Biarin deh bangunin saja, pengen tahu, kayak apa sih!”
“Ya sudah bangunin saja”, jawabku pasrah sambil berharap hal itu beneran,
“Ah yang benar Mas? kalau gitu buka dong biar aku bangunin”,
“Jangan di sini Mbak, nanti kalau Mbak Nia datang gimana kita”,
“Oh tenang saja si Nia pulangnya baru ntar sore, dia teman baik aku, aku sering nginap disini, dia juga suka nginap dirumah aku”, terus aku diam saja.
“Ayo dong di buka, katanya burungnya pengen dibangunin!”
Dalam keadaan duduk dan menyandar di dinding di tambah lagi Yuli yang tiduran tengkurap di kakiku, jadi agak repot juga aku buka jeansku, cuma aku ploroti sampai batas paha saja. Begitu dia lihat batang kemaluanku, langsung di genggamnya sambil berkata,
“Ini sih masih tidur, ya? biar aku bangunin!”
Lalu mulai dikocok dan tangan yang sebelah lagi mengelus bagian kepala, membuatku merasa geli tapi nikmat. Lalu ketika batang kemaluanku mulai mengeras, dia semakin mendekatkan wajahnya dan mulai menjilat dengan ujung lidahnya di sekitar bagian bawah kepala kemaluanku. Sekali-kali dia gigit-gigit kecil, hal ini membuat aku merem melek, akhirnya kukatakan,
“Mbak buka T-shirnya dong!”
“Lho kenapa Mas?” katanya. Aku menjawab,
“Pengen lihat saja!”
Lalu sambil tersenyum dia bangun dan mulai membuka ikat pinggang, kancing celana dan retsleting celana jeansnya, sehingga perut bagian bawahnya tampak putih dan sedikit tampak batas celana dalamnya, lalu dia tarik T-shirt ke atas dan dilepaskan, sehingga dengan jelas aku lihat pemandangan indah dari dadanya yang montok (BH no 36), dan selanjutnya dia mulai menurunkan celana jeansnya, sekarang tinggal pakai BH dan celana dalam saja. Oh.. CD-nya yang mini sekali, betapa indah tubuh wanita ini montok dan sekel setelah itu kembali dia tiduran ke posisi semula. Tapi kali ini dia tidak hanya memainkan batang kemaluan aku tetapi sudah mulai dimasukkan ke dalam mulutnya. Terasa lidahnya bermain di atas kepala kemaluan aku dan oh.. nikmatnya. Sambil membuka baju, aku mencoba mengangkat pantatku agar lebih masuk, rupanya dia tahu maksudku, dia masukan full sampai ke tenggorokannya, aku tidak pernah mengukur batang kemaluanku sendiri tapi di dalam mulutnya batang kemaluanku terasa sudah mentok dan masih tersisa di luar kira kira 2 ruas jari orang dewasa, sampai Yuli sempat tersendak sesa’at. aku pun segera berputar lalu merebahkan badan sehingga posisi sekarang seperti 69.
Kubiarkan dia mempermainkan kemaluanku, sementara aku ciumi paha bagian dalam Yuli yang mulus dan putih, sambil meremas bagian pantatnya yang masih tertutup celana dalam. Pelan pelan kutarik celana dalamnya, sampai terlihat dengan jelas bulu lebat di sekitar kemaluannya sehingga kontras dengan warna kulitnya yang putih, begitu lebatnya sampai ada bulu yang tumbuh di sekitar lubang duburnya. Oh, indah sekali panorama yang ada di depanku, dan aku pun mulai menjilat vaginanya yang wangi sebab kelihatannya dia rajin pakai shampo khusus untuk vagina. Pada sa’at itu terdengar suara merintih yang lirih. “Oh Mas aku nggak tahan nih.. ah”, dan dia tampak bersemangat. Lubang kemaluannya mulai berlendir, buah dadanya mengeras, akhirnya aku bangun dan kubalikkan tubuhnya dan kulepas BH-nya, sehingga tampak tubuhnya yang montok dalam keadaan bugil. Kuperhatikan dari atas sampai bawah tampak sempurna sekali, putih, mulus, bulu kemaluannya tampak lebat. Waktu kuperhatikan itu, tangannya terus memegang batang kemaluanku, akhirnya kurenggangkan kedua pahanya dan kuangkat sehingga tampak jelas lubang vagina dan anusnya.
Lalu kutarik pelan-pelan batang kemaluanku dari mulutnya dan merubah posisi. Kupeluk dia sambil menciumi bibir, leher, serta telinganya. Hal ini membuat dia terangsang sambil berkata lirih, “Mas masukin saja Mas..!” lalu aku bangun dan aku pandang dia, dan kuatur posisi kedua kakinya dilipat sehingga pahanya menempel di dadanya. Lalu aku berjongkok dan kupegang batanganku dan kuarahkan ke vaginanya lalu kutempelkan kepala kemaluanku. Kutekan sedikit demi sedikit, dan dia mulai merintih, tangannya mencekram tanganku dengan kuat, matanya memejam, kepalanya bergoyang kiri dan kanan dan vaginanya basah hebat. Ini membuat kepala kemaluanku basah, dan aku mulai berirama keluar masuk, tetapi hanya sebatas kepalanya saja. Kini ia mulai mencoba menggoyangkan pinggangnya dan mencoba menekan agar batang kemaluanku masuk total tapi aku pertahankan posisi semula dan mempermainkannya terus. Akhirnya karena tidak tahan dia pun memohon, “Mas.. oh.. masukin saja Mas, nggak kuat nih.. ohh.. Mas”, pintanya. Akhirnya aku mulai mendorong batang kemaluanku perlahan tapi pasti. Dengan posisi jongkok dan kedua kakinya berada di atas pundakku, aku mulai menciumi dengkulnya yang halus itu, Mbak Yuli pun mulai menggoyangkan pinggangnya ke atas dan ke bawah, kira-kira 10 menit kemudian dia mulai merenggang dan gerakannya tidak stabil sambil merintih.
“Mas.. ooh.. Sstt”, dadanya dibusungkan, tampak putingnya menonojol.
“Ayo Mas.. akhh.. terus.. Mas..” aku pun mulai memompa dengan irama lebih cepat, sesekali dengan putaran sehingga bulu kemaluanku mengenai bagian klitorisnya. Hal ini yang menyebabkan Mbak Yuli “Orgasme” atau klimaks, dan terasa cairan hangat menyiram batang kemaluanku, tubuhnya merenggang hebat.
“Mas Ohh.. psstt.. akh..” nafasnya memburu, sesa’at kemudian dia terdiam dan aku pun menghentikan goyanganku. Kutarik pelan-pelan batang kemaluanku dan setelah dicabut tampak ada bekas cairan yang meleleh membasahi permukaan vaginanya. Nafasnya tampak ngos-ngosan seperti orang habis lari. Aku pun duduk terdiam dengan kemaluan masih tegang berdiri, Mbak Yuli pun tersenyum. Sambil tiduran kembali di atas kedua pahaku dan rambutnya terurai sambil dia pandangi batang kemaluanku yang masih berdiri. Tangannya memegang sambil berkata,
“Mas ini nikmat sekali, diapaiin sih kok bisa segede begini.” Lali kujawab,
“Ah ini sih ukuran normal orang asia”, dan dia bilang,
“Tapi ini termasuk besar juga lho Mas.” aku hanya terdiam sambil mengambil sebatang rokok, lalu menyulutnya, dan kulihat Mbak Yuli tetap mempermainkan batang kemaluanku dan berkata,
“Kasih kesempatan 5 sampai 10 menit lagi ya Mas, biar aku bisa nafsu lagi”, aku terdiam hanya menganggukan kepala. Ronde kedua dimulai, di rebahkan badanku lalu dia ambil posisi di atas badanku, dia kangkangin kedua pahanya, dipegangnya batang kemaluanku yang masih keras dan tegang lalu dimasukan ke dalam lubang vaginanya, dan dia pun mulai melakukan gerakan naik dan turun, seperti penunggang kuda. Kedua buah dadanya berayun-ayun lalu secara reflek kupegang kedua putingnya dan kupilin pilin, membuat Mbak Yuli terangsang hebat. Kira-kira hampir setengah jam kemudian aku merasakan spermaku akan segera keluar. Segera aku balikkan tubuhnya dan kupompa kembali vaginanya dengan nafsu, Mbak Yuli merasakan aku akan melepaskan spermaku, dia segera berkata,
“Mas keluarin di luar saja, aku ingin lihat”, aku diam saja sesa’at kemudian Mbak Yuli mulai merintih,

“Aduh Mas ohh.. nikmat.. Mas.. akhh.. mass”, akhirnya Mbak Yuli kembali orgasme membuat vaginanya basah. Hal ini membuat aku semakin nikmat. Akhirnya aku tak mau menahan lebih lama spermaku, terasa sudah di ujung tak dapat kutahan lagi. Segera kutarik batang kemaluanku, tangan kananku mengocok batang kemaluanku sendiri dan tangan kiri menekan pangkal batang kemaluanku sendiri. Pada sa’at itu Mbak Yuli memasukan salah satu jarinya kelubang anusku membuat spermaku muncrat banyak sekali berhamburan di atas dada, perut, dan diatas rambut kemaluannya. Akupun segera berbaring di sampingnya, istirahat sebentar, lalu kekamar mandi untuk mandi bersama.
Dikamar mandi kami saling menyabuni, sambil kuremas kedua buah dadanya yang basah oleh sabun. Mbak Yuli pun memainkan batang kemaluanku yang masih setengah tidur tapi masih saja mengeras. Lama-lama aku tegang lagi karena permainan tangan Mbak Yuli dengan sabunnya, waktu aku tanya,
“Mbak tadi kok minta dikeluarin di luar kenapa?” dia hanya bilang senang melihat kemaluan laki laki lagi keluar spermanya.
“Mas ini bangun lagi ya?” Aku hanya mengangguk sambil tanya,
“Boleh dimasukin lagi nggak?” Dia mengangguk sambil berkata,
“Dari belakang ya Mas!” sambil membalikan badan yang masih penuh sabun dan posisi setengah membungkuk. Kedua tangannya berpegang di sisi bak kamar mandi dan kedua kakinya direnggangkan sehingga tampak jelas sekali lubang vaginanya, juga lubang anusnya. aku jongkok dibelakangnya sambil mempermainkan lidahku di sekitar vagina dan kedua pantatnya, lamat-lamat kudengar desahan suara diantara gemericik air yang mengalir ke bak mandi. Segera kuambil sabun sebanyak mungkin kugosok di batang kemaluanku, lalu kugenggam batang kemaluanku dan kepala kemaluanku kutempel di permukaan lubang vaginanya.
Terdengar desahan dan aku mulai menggerakkan batang kemaluanku maju mundur, nikmat sekali dan Mbak Yuli pun tampak menikmati dengan menggerakkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri. Kurang lebih 10 menit Mbak Yuli kembali ke puncak kenikmatan. Lendir hangat kembali membasahi batang kemaluanku. Aku bertanya,
“Keluar lagi Mbak?” ia hanya menganggukkan kepalanya, lalu pelan-pelan kembali kugerakkan batang kemaluanku maju mundur sambil menunggu Mbak Yuli terangsang lagi, kulihat lubang duburnya yang agak mencuat keluar, lalu kucoba masukan jari telunjukku ke dalam duburnya setelah aku beri sedikit sabun, terdengar sedikit rintihan,
“Sstt.. ah Mas pelan-pelan”, rintihan yang membuat aku semakin nafsu, tiba tiba aku ingin sekali mencoba untuk menikmati lubang duburnya yang kelihatannya masih “Perawan” itu, kutarik pelan batang kemaluanku yang masih basah dan licin itu akibat lendir dari lubang kemaluan Mbak Yuli.
Kutempelkan kepala kemaluanku yang mengeras di permukaan duburnya, kupegang batang kemaluaku sehingga kepalanya mengeras. Aku mencoba menekan batang kemaluanku, karena licin oleh sabun maka kepala kemaluanku segera melesak ke dalam, dia pun mengeluh,
“Akhh aduh mass.. sstt ohh!” aku berhenti sea’at, dan dia bertanya,
“Kok dimasukin di situ Mas?” lalu kujawab dengan pertanyaan,
“Sakit nggak Mbak?” Mbak Yuli diam saja, dan aku melanjutkan sambil berdiri agak membungkukkan badan, tangan kiriku melingkar di perutnya menahan badannya yang mau maju, dan tangan kananku berusaha memegang vaginanya mencari klitorisnya. Hal ini membuat dia terangsang hebat, dan kutekan terus sampai masuk penuh. Terasa olehku otot anusnya menjepit batang kemaluanku, permainan ini berlangsung 1/2 jam lamanya, dan kembali aku tak mampu menahan spermaku di dalam duburnya sambil kupeluk tubuhnya dari belakang, kutekan batang kemaluanku sedalam mungkin, tubuhku bergetar dan mengeluarkan cairan sperma dalam duburnya, kubiarkan sesaat batang kemaluanku di dalam anusnya sambil tetap memeluk tubuhnya dari belakang, dan tubuh kami masih berlumuran dengan sabun., Kami melepaskan nafas karena kecapaian lalu kami selesaikan dengan saling menyirami tubuh kami, lalu berpakaian dan duduk kembali menunggu Mbak Nia pulang, Mbak Yuli pun tertidur di sofa karena kecapaian.
Ketika mulai senja kulihat Mbak Nia pulang dan aku membukakan pintu, dia bertanya,
“Mana si Yuli?” aku tunjukan dan dia berkata,
“Oh lagi tidur, capek kali ya?” aku hanya diam saja dan Mbak Nia masuk kamarnya, tiba-tiba aku ingin pipis dan aku ke kamar mandi melewati kamar Mbak Nia. Secara nggak sengaja aku melihat dari antara daun pintu yang tidak rapat, Mbak Nia sedang ganti baju, kulihat dia hanya mengenakan celana dalam saja. Tubuhnya bagus, putih bersih dan sangat berbentuk. Sesa’at aku terpana dan ketika ia mengenakan baju aku buru-buru ke kamar kecil untuk pipis, dan waktu keluar dari kamar mandi, Mbak Nia tengah menunggu di depan pintu, sambil tersenyum dia bilang,
“Tadi ngintip ya?” aku hanya tersenyum dan berkata,
“Boleh lihat semuanya nggak?” dia menjawab,
“Boleh saja tapi nggak sekarang, nggak enak sama..” sambil menunjukkan tangannya ke arah ruang tamu. Aku paham maksudnya, lalu dia masuk kamar mandi sambil tangannya menyempatkan meremas kemaluanku, aku segera kembali ke ruang tamu dan membangunkan Mbak Yuli.
Akhirnya aku dan Mbak Yuli sering melakukan hubungan seks dengan berbagai style di motel, villa kadang-kadang di rumahku sendiri, dan ketika aku ingin ke rumahnya beliau selalu melarang dengan berbagai alasan. Ternyata Mbak Yuli ini sudah bersuami dan memiliki seorang anak, ini membuatku sangat kecewa. Di sa’at aku mulai benar benar mencintainya, dan Mbak Yuli pun sebenarnya menginginkan hal yang sama, tapi beliau sudah terikat oleh tali perkawinan. Hanya saja dia tidak pernah merasakan nikmatnya hubungan seks dengan sang suami, dan sa’at jumpa dengan diriku dia cukup lama mengambil keputusan untuk menjadikan diriku sebagai kekasihnya (PIL), katanya bersamaku dia menemukan apa yang dia inginkan (kata dia lho). Hubungan kami berlangsung setahun lebih sampai dia pindah bersama suaminya ke Surabaya. Tapi aku yakin suatu hari aku pasti ketemu lagi. Oh Mbak Yuli sayangku, ternyata kamu milik orang lain. Hingga sa’at ini aku masih berharap ketemu lagi, setiap pagi aku masih setia menunggu kamu, walau tidak ketemu tapi kenanganmu masih tersisa dalam hati


Kumpulan Cerita Sex Terbaru 2018 - Bermula kenalan yang tidak sengaja di atas bus patas AC, setiap pagi aku naik bus dari terminal di kawasan Jakarta Timur. Sampai suatu hari ada seorang wanita yang naik bersamaan denganku. Kalau diperhatikan wanita ini tampak biasa saja usianya, kuperkirakan sekitar 35-an, tetapi dengan setelan blazer dan rok mini yang ketat warna biru tua, sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih. Hari itu dia naik bersamaku dan di luar dugaanku dia duduk di sampingku, padahal ada bangku lain yang kosong, tapi okelah kuanggap itu adalah wajar. Tapi sungguh aku tidak berani menegur, kadang kala aku melirik ke arah pahanya yang putih dan sedikit di tumbuhi bulu-bulu halus dipermukaannya. Hal ini membuatku betah duduk bersamanya selain juga wanginya membuatku sangat bangga bisa duduk berdampingan dengannya.
Begitulah hingga hari ketiga hal yang sama terjadi lagi dan kali ini kucoba, mau iseng-iseng berhadiah, maka kutegur dia, “Selamat pagi Mbak..!” “Pagi juga..” si Mbak menjawab dengan senyum yang cantik di mataku, lalu kubuka pembicaraan “Kayaknya sudah 3 hari berturut-turut kita sama-sama terus.. ya? Mbak mau turun dimana sih..?” dia jawab “Di Sarinah Mas..” dan aku bertanya, “Apa Mbak kerja disana..?” lalu dijawab, “Oh tidak, aku kerjanya dekat Sarinah..” Lalu terjadilah percakapan biasa meliputi kemacetan lalu lintas sampai dia tanya balik, aku bekerja dimana, lalu kubilang di komputer, dan dia bilang bahwa kantornya banyak pakai komputer. Lalu dia berkata, “Boleh dong minta kartu nama”, maka kuberikan sebuah kartu nama, tapi waktu kuminta kartu namanya, dia tidak kasih dengan alasan tidak punya. Rupanya hari ini hari baikku dan segera kutahu namanya “YULI” (bukan sebenarnya), selanjutnya kami selalu bersama-sama setiap pagi dan telepon pun mulai berdering dengan segala basa basi.
Suatu ketika aku tidak melihat dia selama 5 hari berturut-turut. Aku sempat menunggu, sampai telat tiba di kantor. Kuhubungi telepon di kantornya juga tidak masuk, akhirnya dia telepon juga, katanya sakit. Tepatnya hari Senin aku kembali bertemu, kali ini tanpa mengenakan seragam hanya memakai celana jean’s dan kaos T-shirt sehingga dadanya yang montok itu tampak jelas membuat perhatian orang-orang di sekitar kami, kali ini dia mengajakku untuk bolos, “Mas aku butuh bantuan nih”, katanya.
Lalu aku tanya, “Apa yang bisa aku bantu..?”
“Mas, kalau bisa hari ini nggak usah ke kantor temenin aku ke Bogor yuk.. kalau Mas nggak keberatan lho..?”
Aku berpikir sejenak, lalu aku tanya lagi, “Memang kamu mau nggak kerja hari ini?”
“Aku sedang ada masalah nih, ya.. agak pribadi sih, kira-kira bisa nggak Mas.”
Aku nggak pikir lagi lalu kujawab, “Ya.. dech aku temenin..”, dalam hati sih, wah kasihan ini customer aku yang sudah pada janjian.
Dengan alasan keperluan keluarga aku ijin tidak masuk, aku jalan-jalan sama Yuli ke rumah temannya di kota Bogor. Setiba disana aku dikenalkan sama temannya namanya Nia, mereka bicara berdua di belakang, sementara aku di ruang depan seorang diri, setelah itu mereka kembali lagi dan kita mengobrol bersama-sama. Rupanya si Nia punya janji dengan temannya kalau mau pergi jadi kita tinggal berdua saja di rumah itu. Sambil mengobrol di karpet dan nonton TV, dengan manja Yuli tiduran di pahaku, sambil bercerita macam-macam dan aku menjadi pendengar yang baik, sampai dia bertanya,
“Capek nggak Mas ditidurin pahanya gini..?”
Lalu aku jawab, “Ah nggak apa-apa kok Mbak!” dalam hati sih pegel juga nih sudah itu batang kemaluan aku agak sedikit bangun gara-gara aku mengintip dadanya yang montok dan putih. Dia pakai BH yang cuma separuh (atas lebih terbuka) jadi gundukan daging di dadanya agak menonjol, di luar dugaan dia tanya lagi. Tapi kali ini tanyanya nggak tahu lagi, iseng barangkali,
“Burungnya nggak keganggu kan ditidurin sama aku?” lalu aku jawab sekenanya saja,
“Keganggu sih nggak, cuman agak bangun”, eh dia tersenyum, sambil memegang batang kemaluanku,
“Biarin deh bangunin saja, pengen tahu, kayak apa sih!”
“Ya sudah bangunin saja”, jawabku pasrah sambil berharap hal itu beneran,
“Ah yang benar Mas? kalau gitu buka dong biar aku bangunin”,
“Jangan di sini Mbak, nanti kalau Mbak Nia datang gimana kita”,
“Oh tenang saja si Nia pulangnya baru ntar sore, dia teman baik aku, aku sering nginap disini, dia juga suka nginap dirumah aku”, terus aku diam saja.
“Ayo dong di buka, katanya burungnya pengen dibangunin!”
Dalam keadaan duduk dan menyandar di dinding di tambah lagi Yuli yang tiduran tengkurap di kakiku, jadi agak repot juga aku buka jeansku, cuma aku ploroti sampai batas paha saja. Begitu dia lihat batang kemaluanku, langsung di genggamnya sambil berkata,
“Ini sih masih tidur, ya? biar aku bangunin!”
Lalu mulai dikocok dan tangan yang sebelah lagi mengelus bagian kepala, membuatku merasa geli tapi nikmat. Lalu ketika batang kemaluanku mulai mengeras, dia semakin mendekatkan wajahnya dan mulai menjilat dengan ujung lidahnya di sekitar bagian bawah kepala kemaluanku. Sekali-kali dia gigit-gigit kecil, hal ini membuat aku merem melek, akhirnya kukatakan,
“Mbak buka T-shirnya dong!”
“Lho kenapa Mas?” katanya. Aku menjawab,
“Pengen lihat saja!”
Lalu sambil tersenyum dia bangun dan mulai membuka ikat pinggang, kancing celana dan retsleting celana jeansnya, sehingga perut bagian bawahnya tampak putih dan sedikit tampak batas celana dalamnya, lalu dia tarik T-shirt ke atas dan dilepaskan, sehingga dengan jelas aku lihat pemandangan indah dari dadanya yang montok (BH no 36), dan selanjutnya dia mulai menurunkan celana jeansnya, sekarang tinggal pakai BH dan celana dalam saja. Oh.. CD-nya yang mini sekali, betapa indah tubuh wanita ini montok dan sekel setelah itu kembali dia tiduran ke posisi semula. Tapi kali ini dia tidak hanya memainkan batang kemaluan aku tetapi sudah mulai dimasukkan ke dalam mulutnya. Terasa lidahnya bermain di atas kepala kemaluan aku dan oh.. nikmatnya. Sambil membuka baju, aku mencoba mengangkat pantatku agar lebih masuk, rupanya dia tahu maksudku, dia masukan full sampai ke tenggorokannya, aku tidak pernah mengukur batang kemaluanku sendiri tapi di dalam mulutnya batang kemaluanku terasa sudah mentok dan masih tersisa di luar kira kira 2 ruas jari orang dewasa, sampai Yuli sempat tersendak sesa’at. aku pun segera berputar lalu merebahkan badan sehingga posisi sekarang seperti 69.
Kubiarkan dia mempermainkan kemaluanku, sementara aku ciumi paha bagian dalam Yuli yang mulus dan putih, sambil meremas bagian pantatnya yang masih tertutup celana dalam. Pelan pelan kutarik celana dalamnya, sampai terlihat dengan jelas bulu lebat di sekitar kemaluannya sehingga kontras dengan warna kulitnya yang putih, begitu lebatnya sampai ada bulu yang tumbuh di sekitar lubang duburnya. Oh, indah sekali panorama yang ada di depanku, dan aku pun mulai menjilat vaginanya yang wangi sebab kelihatannya dia rajin pakai shampo khusus untuk vagina. Pada sa’at itu terdengar suara merintih yang lirih. “Oh Mas aku nggak tahan nih.. ah”, dan dia tampak bersemangat. Lubang kemaluannya mulai berlendir, buah dadanya mengeras, akhirnya aku bangun dan kubalikkan tubuhnya dan kulepas BH-nya, sehingga tampak tubuhnya yang montok dalam keadaan bugil. Kuperhatikan dari atas sampai bawah tampak sempurna sekali, putih, mulus, bulu kemaluannya tampak lebat. Waktu kuperhatikan itu, tangannya terus memegang batang kemaluanku, akhirnya kurenggangkan kedua pahanya dan kuangkat sehingga tampak jelas lubang vagina dan anusnya.
Lalu kutarik pelan-pelan batang kemaluanku dari mulutnya dan merubah posisi. Kupeluk dia sambil menciumi bibir, leher, serta telinganya. Hal ini membuat dia terangsang sambil berkata lirih, “Mas masukin saja Mas..!” lalu aku bangun dan aku pandang dia, dan kuatur posisi kedua kakinya dilipat sehingga pahanya menempel di dadanya. Lalu aku berjongkok dan kupegang batanganku dan kuarahkan ke vaginanya lalu kutempelkan kepala kemaluanku. Kutekan sedikit demi sedikit, dan dia mulai merintih, tangannya mencekram tanganku dengan kuat, matanya memejam, kepalanya bergoyang kiri dan kanan dan vaginanya basah hebat. Ini membuat kepala kemaluanku basah, dan aku mulai berirama keluar masuk, tetapi hanya sebatas kepalanya saja. Kini ia mulai mencoba menggoyangkan pinggangnya dan mencoba menekan agar batang kemaluanku masuk total tapi aku pertahankan posisi semula dan mempermainkannya terus. Akhirnya karena tidak tahan dia pun memohon, “Mas.. oh.. masukin saja Mas, nggak kuat nih.. ohh.. Mas”, pintanya. Akhirnya aku mulai mendorong batang kemaluanku perlahan tapi pasti. Dengan posisi jongkok dan kedua kakinya berada di atas pundakku, aku mulai menciumi dengkulnya yang halus itu, Mbak Yuli pun mulai menggoyangkan pinggangnya ke atas dan ke bawah, kira-kira 10 menit kemudian dia mulai merenggang dan gerakannya tidak stabil sambil merintih.
“Mas.. ooh.. Sstt”, dadanya dibusungkan, tampak putingnya menonojol.
“Ayo Mas.. akhh.. terus.. Mas..” aku pun mulai memompa dengan irama lebih cepat, sesekali dengan putaran sehingga bulu kemaluanku mengenai bagian klitorisnya. Hal ini yang menyebabkan Mbak Yuli “Orgasme” atau klimaks, dan terasa cairan hangat menyiram batang kemaluanku, tubuhnya merenggang hebat.
“Mas Ohh.. psstt.. akh..” nafasnya memburu, sesa’at kemudian dia terdiam dan aku pun menghentikan goyanganku. Kutarik pelan-pelan batang kemaluanku dan setelah dicabut tampak ada bekas cairan yang meleleh membasahi permukaan vaginanya. Nafasnya tampak ngos-ngosan seperti orang habis lari. Aku pun duduk terdiam dengan kemaluan masih tegang berdiri, Mbak Yuli pun tersenyum. Sambil tiduran kembali di atas kedua pahaku dan rambutnya terurai sambil dia pandangi batang kemaluanku yang masih berdiri. Tangannya memegang sambil berkata,
“Mas ini nikmat sekali, diapaiin sih kok bisa segede begini.” Lali kujawab,
“Ah ini sih ukuran normal orang asia”, dan dia bilang,
“Tapi ini termasuk besar juga lho Mas.” aku hanya terdiam sambil mengambil sebatang rokok, lalu menyulutnya, dan kulihat Mbak Yuli tetap mempermainkan batang kemaluanku dan berkata,
“Kasih kesempatan 5 sampai 10 menit lagi ya Mas, biar aku bisa nafsu lagi”, aku terdiam hanya menganggukan kepala. Ronde kedua dimulai, di rebahkan badanku lalu dia ambil posisi di atas badanku, dia kangkangin kedua pahanya, dipegangnya batang kemaluanku yang masih keras dan tegang lalu dimasukan ke dalam lubang vaginanya, dan dia pun mulai melakukan gerakan naik dan turun, seperti penunggang kuda. Kedua buah dadanya berayun-ayun lalu secara reflek kupegang kedua putingnya dan kupilin pilin, membuat Mbak Yuli terangsang hebat. Kira-kira hampir setengah jam kemudian aku merasakan spermaku akan segera keluar. Segera aku balikkan tubuhnya dan kupompa kembali vaginanya dengan nafsu, Mbak Yuli merasakan aku akan melepaskan spermaku, dia segera berkata,
“Mas keluarin di luar saja, aku ingin lihat”, aku diam saja sesa’at kemudian Mbak Yuli mulai merintih,

“Aduh Mas ohh.. nikmat.. Mas.. akhh.. mass”, akhirnya Mbak Yuli kembali orgasme membuat vaginanya basah. Hal ini membuat aku semakin nikmat. Akhirnya aku tak mau menahan lebih lama spermaku, terasa sudah di ujung tak dapat kutahan lagi. Segera kutarik batang kemaluanku, tangan kananku mengocok batang kemaluanku sendiri dan tangan kiri menekan pangkal batang kemaluanku sendiri. Pada sa’at itu Mbak Yuli memasukan salah satu jarinya kelubang anusku membuat spermaku muncrat banyak sekali berhamburan di atas dada, perut, dan diatas rambut kemaluannya. Akupun segera berbaring di sampingnya, istirahat sebentar, lalu kekamar mandi untuk mandi bersama.
Dikamar mandi kami saling menyabuni, sambil kuremas kedua buah dadanya yang basah oleh sabun. Mbak Yuli pun memainkan batang kemaluanku yang masih setengah tidur tapi masih saja mengeras. Lama-lama aku tegang lagi karena permainan tangan Mbak Yuli dengan sabunnya, waktu aku tanya,
“Mbak tadi kok minta dikeluarin di luar kenapa?” dia hanya bilang senang melihat kemaluan laki laki lagi keluar spermanya.
“Mas ini bangun lagi ya?” Aku hanya mengangguk sambil tanya,
“Boleh dimasukin lagi nggak?” Dia mengangguk sambil berkata,
“Dari belakang ya Mas!” sambil membalikan badan yang masih penuh sabun dan posisi setengah membungkuk. Kedua tangannya berpegang di sisi bak kamar mandi dan kedua kakinya direnggangkan sehingga tampak jelas sekali lubang vaginanya, juga lubang anusnya. aku jongkok dibelakangnya sambil mempermainkan lidahku di sekitar vagina dan kedua pantatnya, lamat-lamat kudengar desahan suara diantara gemericik air yang mengalir ke bak mandi. Segera kuambil sabun sebanyak mungkin kugosok di batang kemaluanku, lalu kugenggam batang kemaluanku dan kepala kemaluanku kutempel di permukaan lubang vaginanya.
Terdengar desahan dan aku mulai menggerakkan batang kemaluanku maju mundur, nikmat sekali dan Mbak Yuli pun tampak menikmati dengan menggerakkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri. Kurang lebih 10 menit Mbak Yuli kembali ke puncak kenikmatan. Lendir hangat kembali membasahi batang kemaluanku. Aku bertanya,
“Keluar lagi Mbak?” ia hanya menganggukkan kepalanya, lalu pelan-pelan kembali kugerakkan batang kemaluanku maju mundur sambil menunggu Mbak Yuli terangsang lagi, kulihat lubang duburnya yang agak mencuat keluar, lalu kucoba masukan jari telunjukku ke dalam duburnya setelah aku beri sedikit sabun, terdengar sedikit rintihan,
“Sstt.. ah Mas pelan-pelan”, rintihan yang membuat aku semakin nafsu, tiba tiba aku ingin sekali mencoba untuk menikmati lubang duburnya yang kelihatannya masih “Perawan” itu, kutarik pelan batang kemaluanku yang masih basah dan licin itu akibat lendir dari lubang kemaluan Mbak Yuli.
Kutempelkan kepala kemaluanku yang mengeras di permukaan duburnya, kupegang batang kemaluaku sehingga kepalanya mengeras. Aku mencoba menekan batang kemaluanku, karena licin oleh sabun maka kepala kemaluanku segera melesak ke dalam, dia pun mengeluh,
“Akhh aduh mass.. sstt ohh!” aku berhenti sea’at, dan dia bertanya,
“Kok dimasukin di situ Mas?” lalu kujawab dengan pertanyaan,
“Sakit nggak Mbak?” Mbak Yuli diam saja, dan aku melanjutkan sambil berdiri agak membungkukkan badan, tangan kiriku melingkar di perutnya menahan badannya yang mau maju, dan tangan kananku berusaha memegang vaginanya mencari klitorisnya. Hal ini membuat dia terangsang hebat, dan kutekan terus sampai masuk penuh. Terasa olehku otot anusnya menjepit batang kemaluanku, permainan ini berlangsung 1/2 jam lamanya, dan kembali aku tak mampu menahan spermaku di dalam duburnya sambil kupeluk tubuhnya dari belakang, kutekan batang kemaluanku sedalam mungkin, tubuhku bergetar dan mengeluarkan cairan sperma dalam duburnya, kubiarkan sesaat batang kemaluanku di dalam anusnya sambil tetap memeluk tubuhnya dari belakang, dan tubuh kami masih berlumuran dengan sabun., Kami melepaskan nafas karena kecapaian lalu kami selesaikan dengan saling menyirami tubuh kami, lalu berpakaian dan duduk kembali menunggu Mbak Nia pulang, Mbak Yuli pun tertidur di sofa karena kecapaian.
Ketika mulai senja kulihat Mbak Nia pulang dan aku membukakan pintu, dia bertanya,
“Mana si Yuli?” aku tunjukan dan dia berkata,
“Oh lagi tidur, capek kali ya?” aku hanya diam saja dan Mbak Nia masuk kamarnya, tiba-tiba aku ingin pipis dan aku ke kamar mandi melewati kamar Mbak Nia. Secara nggak sengaja aku melihat dari antara daun pintu yang tidak rapat, Mbak Nia sedang ganti baju, kulihat dia hanya mengenakan celana dalam saja. Tubuhnya bagus, putih bersih dan sangat berbentuk. Sesa’at aku terpana dan ketika ia mengenakan baju aku buru-buru ke kamar kecil untuk pipis, dan waktu keluar dari kamar mandi, Mbak Nia tengah menunggu di depan pintu, sambil tersenyum dia bilang,
“Tadi ngintip ya?” aku hanya tersenyum dan berkata,
“Boleh lihat semuanya nggak?” dia menjawab,
“Boleh saja tapi nggak sekarang, nggak enak sama..” sambil menunjukkan tangannya ke arah ruang tamu. Aku paham maksudnya, lalu dia masuk kamar mandi sambil tangannya menyempatkan meremas kemaluanku, aku segera kembali ke ruang tamu dan membangunkan Mbak Yuli.
Akhirnya aku dan Mbak Yuli sering melakukan hubungan seks dengan berbagai style di motel, villa kadang-kadang di rumahku sendiri, dan ketika aku ingin ke rumahnya beliau selalu melarang dengan berbagai alasan. Ternyata Mbak Yuli ini sudah bersuami dan memiliki seorang anak, ini membuatku sangat kecewa. Di sa’at aku mulai benar benar mencintainya, dan Mbak Yuli pun sebenarnya menginginkan hal yang sama, tapi beliau sudah terikat oleh tali perkawinan. Hanya saja dia tidak pernah merasakan nikmatnya hubungan seks dengan sang suami, dan sa’at jumpa dengan diriku dia cukup lama mengambil keputusan untuk menjadikan diriku sebagai kekasihnya (PIL), katanya bersamaku dia menemukan apa yang dia inginkan (kata dia lho). Hubungan kami berlangsung setahun lebih sampai dia pindah bersama suaminya ke Surabaya. Tapi aku yakin suatu hari aku pasti ketemu lagi. Oh Mbak Yuli sayangku, ternyata kamu milik orang lain. Hingga sa’at ini aku masih berharap ketemu lagi, setiap pagi aku masih setia menunggu kamu, walau tidak ketemu tapi kenanganmu masih tersisa dalam hati

Kumpulan Cerita Sex Terbaru Nikmatya Ngentot Dengan Model Porno Singapore

Judi Slot Pake Pulsa

Streaming Film xxi Gratis

yang - Hallo sahabat Cerita Mesum terbaru 2019, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul yang, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel . Yah, Artikel adalah, Artikel di Singapore, Artikel kedengarannya, Artikel majalah, Artikel model, Artikel porno, Artikel Saya, Artikel sebuah, Artikel seorang, Artikel seperti, Artikel yang, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Kumpulan Cerita Sex Terbaru Nikmatya Ngentot Dengan Model Porno Singapore
link : Kumpulan Cerita Sex Terbaru Nikmatya Ngentot Dengan Model Porno Singapore

Baca juga


yang

Kumpulan Cerita Sex Terbaru 2018 - Saya adalah seorang model sebuah majalah porno di Singapore. Yah, seperti yang kedengarannya, bekerja di majalah porno sebagai model tidak membutuhkan baju yang bagus dan make-up yang tebal. Yang penting adalah menjaga tubuh agar tetap seksi juga perawatan wajah. Aku tidak perlu ke Singapore untuk difoto, karena di Jakarta juga terdapat studio foto untuk mengambil gambar model-model dari Indonesia yang kemudian dikirimkan dan diterbitkan di Singapore.
Mungkin anda heran, bagaimana saya dapat terjun dalam dunia seperti itu. Baiklah, akan saya ceritakan masa lalu saya. Pada saat usia saya menginjak 16 tahun, kedua orangtua saya meninggal dalam kecelakaan. Saya sangat terpukul dengan kejadian itu. Pada saat itu saya sangat bingung dengan keadaan ini, karena saya tidak tahu harus kemana. Saya tidak punya keluarga lain selain keluarga saya sendiri, sementara saya adalah anak tunggal.
Namun tidak lama kemudian, teman bisnis ayah saya, anggap namanya Pak Mori, berusia sekitar 50 tahun, datang menawarkan saya untuk tinggal di apartemennya dan beliau berjanji akan membiayai sekolah saya sampai saya lulus SMA. Dalam keadaan bingung, akhirnya saya menerima tawaran beliau. Saya lalu tinggal di apartemen beliau, hanya berdua dengannya.
Beberapa bulan kemudian saya tinggal dengannya, tiba-tiba pada suatu malam, Pak Mori masuk ke dalam kamar saya. Saat itu saya baru saja masuk kamar dan belum sempat menguncinya. Saya kaget karena beliau tidak mengetuk kamar saya dulu, dan pada saat itu saya hanya mengenakan daster kuning polos yang tipis. Di dalamnya saya tidak mengenakan BH dan hanya mengenakan CD saja. Sejenak Pak Mori terkesiap melihat saya, namun beliau kemudian mendekati saya. Spontan saya memeluk bantal untuk menutupi dada saya.
Pak Mori lalu berkata kepada saya, “Sally, tolong Bapak, Nak, istri Bapak sudah lama meninggal, Bapak sudah lama tidak dilayani. Bapak tidak minta macam-macam. Bapak hanya minta agar Sally bersedia melayani Bapak.”
Wajahnya terlihat sayu dengan keringat di dahinya. Saya tidak tega melihatnya. Saya pikir beliau telah baik mau membiayai sekolah saya. Lagipula keperawanan saya telah hilang sejak saya masih kecil ketika jatuh dari sepeda.
Pak Mori terus memandang dan menunggu jawaban saya, sedangkan saya tidak dapat berkata apa-apa. Kemudian Pak Mori meraih bantal yang saya peluk untuk menutupi dada saya dan meletakkannya di tempat tidur. Kemudian beliau diam dan memandang saya.
Melihat saya diam, beliau lalu berkata, “Kalau Nak Sally diam, Bapak rasa jawaban Sally ‘iya’.”
Beliau masih memandangi saya. Tiba-tiba beliau meraih dan memeluk tubuh saya dan mengusap-usap punggung saya.
“Terima kasih, Nak.” beliau berkata sambil menatap hangat pada saya.
Setelah itu beliau mulai menciumi kening saya dan kedua pipi. Lalu menjulurkan lidah sambil mencium telinga dan bibir saya. Kubalas ciumannya, lidahnya bermain liar di dalam mulut saya, begitupun saya. Tangannya yang dari tadi memeluk punggung saya mulai turun mengelus-elus pantat dan meremasnya. Kemudian kepalanya turun ke leher saya, menciumi dada saya yang masih tertutup daster kuning. Saya mulai terangsang. Apalagi ketika mulutnya berhenti di puting saya yang hanya ditutupi daster kuning polos yang tipis itu. Beliau mengulum dan menggigit puting saya itu.
“Uuh.. aahh.. Pak.. Uh..!” saya sudah tidak kuat lagi.
Geli rasanya dada ini dipermainkan seperti itu oleh Pak Mori. Spontan saya membuka 4 kancing daster yang terletak di depan itu, dan terlihatlah kedua bukit kembar saya yang montok itu, berukuran 36B dengan puting berwarna pink gelap dan mencuat menantang ke wajah Pak Mori. Beliau langsung melumatnya, menggigit kecil, kemudian memasukkan semua ke dalam mulutnya. Ternyata mulut Pak Mori lebar juga, buktinya bukit dada saya yang 36B masuk semua ke dalam mulutnya.
“Aduuh.. Pak, geli ah.. enaa..gh..!” saya meraung-raung keenakan.
Pak Mori menurunkan daster terus ke bawah dan sambil menciumi perut saya yang rata karena sering sit-up itu. Tangan kirinya bergerak menurunkan daster, dan tangan kanannya mengelus-elus pantat dan paha saya yang mulus. Setelah daster turun semua, tangan kirinya mengangkat kaki kanan saya dan melipatnya ke atas tempat tidur. Lalu beliau berjongkok dan tangan kirinya membuka sebagian kain CD yang menutupi bukit kemaluan saya. Seketika itu langsung terlihatlah bukit kemaluan saya yang bulu-bulunya sedikit itu, sehingga beliau tidak perlu susah-susah menjilati kelentit saya.
“Oohh.. Pak.. enaakk..!” kata saya sambil memegangi kepalanya.
Saya tidak perduli lagi siapa dia. Pak Mori terus menjilati kelentit saya dan memasuki satu jari tangan kanannya ke dalam vagina, dan menggerakkannya keluar masuk. Saya betul-betul keenakkan. Saya menggerakkan pantat turun naik mengikuti gerakan jarinya itu. Tiba-tiba sesuatu meledak dalam diri saya.
“Aaa..gh.. aku mau kelua.. ar..!” air kenikmatan saya membasahi jari dan mulutnya. Beliau menghisapnya habis.
Kemudian yang tidak disangka, beliau merobek sebagian kain celana dalam saya yang menutupi bukit kemaluan saya dan kemudian membuka CD-nya. Terlihatlah senjatanya yang besar ditumbuhi bulu-bulu yang sangat tebal. Saya sudah tidak tahan lagi melihatnya.
“Ooh.. masukkan, Pak, cepat Pak..!” kata saya sambil mengelus-elus bukit kemaluan saya yang telah basah itu.
Ternyata Pak Mori pun sudah tidak kuat. Beliau langsung menghujamkan penisnya masuk ke dalam vagina saya.
“Aaah.. sakiit..! Enaaggh..!” kata saya yang mulai merasa nyeri tapi sangat enak di bagian bawah itu.
Pak Mori menaik-turunkan penisnya dengan cepat. Ternyata melakukan sambil berdiri enak juga. Kedua tangannya meremas-remas kedua payudara saya. Tangan saya pun tidak mau kalah dan meremas-remas kedua pantatnya. Tidak lama saya mendapat orgasme yang kedua, dan tidak lama kemudian beliau pun juga. Akhirnya kami tertidur berpelukan di tempat tidur. Keesokkan harinya, kami melakukannya lagi di kamar mandi. Kami masing-masing orgasme dua kali. Setelah itu saya pergi ke sekolah dan beliau pun pergi ke kantor.
Sejak itu hidup saya berubah. Kami seperti selayaknya suami istri di dalam apartemen kami. Ternyata untuk orang seusianya, beliau masih sangat kuat melakukannya berjam-jam. Bahkan saya dilarangnya mengenakan baju bila di dalam apartemennya itu. Tapi saya selalu menggodanya dengan hanya mengenakan sehelai kain di tubuh. Misalnya, hari ini saya hanya memakai BH saja, sedangkan bagian tubuh yang lain polos mengoda. Lalu kemudian saya duduk di depannya dengan membuka lebar-lebar selangkangan, sehingga kemaluan saya menantang dirinya. Beliau selalu tidak tahan dan mengajak bermain lagi.
Besok harinya saya hanya mengenakan CD saja yang berwarna hitam dan bahannya bolong-bolong, sehingga bulu kemaluan yang sedikit itu keluar dan klitoris yang berwarna pink itu juga terlihat bila saya mengangkang, sedangkan payudara saya bergelantungan dengan indahnya di dada. Bila seperti itu, beliau lalu memeluk dan menggendong saya ke tempat tidur sambil mulutnya mengulum payudara dan menarik-narik putingnya. Ini kami lakukan hampir tiap hari seperti selayaknya pengantin baru sampai saya lulus SMA. Namun Pak Mori ini seperti tidak pernah mati kekuatannya untuk melakukan hubungan seks dengan seorang gadis belia seperti saya, dan saya selalu dibuat puas olehnya.
Suatu hari ketika saya baru selesai mandi, seperti biasa saya keluar dari kamar tanpa menggunakan busana, dan sambil mengeringkan rambut yang masih basah, saya pergi ke dapur untuk mengambil minum. Tanpa saya sadari, ternyata ada dua orang teman Pak Mori yang bertamu. Mereka berdua terlihat kaget melihat saya yang telanjang bulat itu. Begitu pun saya. Tapi rasa kaget saya tidak saya perlihatkan dan langsung saya pergi ke dapur cepat-cepat.
Malam harinya ketika hendak tidur, Pak Mori berkata pada saya, “Sally, mau gak jadi model..?” tangannya mengelus-elus puting saya.
“Model..? Model seperti di majalah-majalah itu..?” tanya saya.
“Yah, tapi ini berbeda. Begini, teman-teman Bapak yang tadi itu berasal dari Singapore. Yang satu namanya Pak Ramen, yang satu lagi Pak Davis. Pak Ramen sebenarnya orang Indonesia, tapi tinggal di Singapore. Beliau adalah editor majalahnya, sedangkan Pak Davis adalah direkturnya.”
“Jadi maksudnya majalah Singapore..?”
“Yah begitu. Mereka berdua setelah melihatmu menjadi tertarik dan menawarimu menjadi model. Tapi kamu tidak perlu ke Singapore. Kamu cukup tinggal di Indonesia, karena studio fotonya ada di Indonesia.”
“Tapi Sally malu, tadi Sally telanjang di depan mereka.”
“Em.., begini Sally tidak perlu malu, karena.. eh.. majalah mereka adalah majalah porno.. eh tapi itu terserah Sally, mereka hanya menawari karena tertarik dengan Sally. Kalau Sally tidak mau, itu juga tidak apa-apa.”
Saya mengerti. Mereka telah melihat tubuh saya dan mereka tertarik. Saya bingung sekali.
“Honornya lumayan gede lho, Sal. Bapak tidak akan minta kok. Kalau Sally nanti mau, honornya tetap buat Sally, karena kan Sally yang bekerja. Makanya Bapak terserah Sally saja. Kalau mau dicoba saja.” lanjutnya.
Saya mulai tertarik.
“Sally harus datang kemana, Pak..?” beliau tersenyum dan memberitahu alamatnya.
Keesokkan harinya saya datang ke studio foto itu. Tempatnya seperti rumah biasa, cukup besar dengan pagar tinggi yang menutupi rumah tersebut. Seperti bukan kantor atau studio foto. Lalu saya masuk dan bertanya pada resepsionist hendak bertemu dengan Pak Davis. Seseorang mengantar saya ke kantor Pak Davis. Pak Davis terseyum menyambut saya. Ternyata beliau seorang pemuda berusia 30 tahunan. Tidak begitu ganteng tapi di tubuhnya yang putih ditumbuhi bulu-bulu yang lebat. Terlihat dari tangan dan dadanya yang bidang. Namun senyumnya terlihat menarik.
“Selamat siang, Sally, silakan duduk..!”
Saya duduk di depan mejanya. Ia pun duduk.
“Singkat saja, jadi kamu tertarik..?”
“Iya, Pak.”

“Jangan memanggilku Pak. Panggil aku Abang saja. Aku sebenarnya berasal dari Indonesia juga. Semua orang memanggilku Bang Davis.” saya tersenyum.
“Oke, kita kembali ke pokok semula. Begini Sally, untuk menjadi model ada beberapa syarat. Yang pertama, kami harus mengedit tubuhmu dulu.”
“Mengedit tubuhku..?”
“Yah, kami harus tahu bagaimana tubuhmu, apa kekurangannya dan kelebihannya. Kekurangannya akan ditutupi, kelebihannya akan ditonjolkan. Jadi nanti bila difoto akan baik jadinya. Mengerti..?”
Saya mengangguk.
“Sekarang buka seluruh pakaianmu, aku akan memanggil editor kami, Bang Ramen.” Ia keluar dari ruangannya.
Saya merasa kikuk. Tapi akhirnya saya buka baju satu persatu sampai tinggal BH dan CD. Tiba-tiba mesuklah Bang Ramen dan Bang Davis.
“Lho, kok, CD dan BH-nya tidak dibuka..? Tidak perlu malu. Pekerjaanmu nanti tidak memerlukan baju. Kurasa, Pak Mori sudah menjelaskannya bukan..?”
Saya mengangguk seperti orang bodoh. Lalu membuka CD dan BH saya. Saya memang tidak perlu malu, toh mereka pun sudah melihat saya telanjang bulat di apartemen Pak Mori.
Setelah telanjang bulat, saya berdiri menantang. Mereka melihat saya tanpa berkedip. Saya tahu ‘adek-adek’ mereka sudah berdiri melihat saya. Tiba-tiba saya merasa percaya diri. Ini merupakan permainan yang menyenangkan. Lagipula saya senang menggoda Pak Mori. Mengapa saya tidak bisa menggoda mereka juga? Saya lalu melepas jepitan rambut dan terurailah rambut saya yang sangat lebat dan indah. Saya berdiri menggoda di depan mereka sambil memainkan sedikit rambut saya di dalam mulut. Bang Ramen mulai mendekat. Ia mengelus tangan saya, lalu pipi. Lalu ia memutari tubuh saya dan mengelus punggung dan pantat saya. Lalu tangannya mulai memegang payudara saya yang 36B itu beserta puting yang mencuat ke depan itu. Lalu ia berjongkok dan mengelus paha dan membuka selangkangan saya. Lalu ia berdiri lagi, tiba-tiba ia mencium leher saya.
Tangannya meremas-remas kedua payudara saya. Saya mulai terangsang. Lalu tangan kirinya beralih ke selangkangan saya yang sudah mulai basah itu dan berhenti pada klitoris. Ia mengelus-elus klitoris saya. Tangan kanannya mengelus anus saya.
“Uuhh.. eehh.. ahh..!” tidak sengaja saya meraung-raung, tanpa saya sadari ternyata Bang Davis telah ikutan menghisap puting saya dan tangan kanannya memegang puting yang satu lagi.
Tangan kiri Bang Ramen dimasukkan ke dalam vagina saya dan bergerak keluar masuk. Kami melakukannya sambil berdiri seperti ketika pertama kali saya melakukannya dengan Pak Mori. Saya benar-benar terangsang.
Bang Ramen mencium bibir saya dan memainkan lidahnya di mulut saya. Erangan saya tertahan di dalam mulutnya. Lalu Bang Ramen berjongkok dan mencium klitoris dan memainkan lidahnya di sana, namun jarinya masih bermain di vagina. Posisi Bang Ramen digantikan oleh Bang Davis yang mencium dan melumat-lumat bibir saya. Tiba-tiba saya merasa ada yang keluar. Walaupun erangan saya tertahan oleh bibir Bang Davis, tapi mereka tahu bahwa saya orgasme pertama kali dari getaran tubuh saya.
Lalu Bang Ramen membuka celananya, juga Bang Davis. Penis Bang Ramen sangat besar dan hitam. Bang Davis pun juga besar tapi putih. Masih dalam posisi berdiri, Bang Ramen memasukkan penisnya ke dalam anus saya. Rasanya sakit sekali. Saya mengerang kesakitan, namun tiba-tiba Bang Davis memasukkan penisnya ke vagina. Rintih saya berubah menjadi keenakan. Mereka berdua memainkan penis mereka keluar masuk anus dan vagina saya. Rasanya enak sekali disetubuhi dua pria sekaligus. Permainan kami cukup lama.
Saya sudah orgasme tiga kali ketika mereka berdua orgasme untuk pertama kalinya. Akhirnya mereka mencabut penis mereka dan merebahkan tubuh mereka di bangku sofa. Sedangkan saya bersenderan pada tembok dan memejamkan mata. Saya merasa lemas sekali melayani dua pria sekaligus. Tiba-tiba Bang Davis memegang bahu saya.
“Kamu diterima, Sally..!”
Saya tadinya hampir marah karena untuk diterima saya harus melayani mereka berdua terlebih dahulu. Tapi ketika mengingat kenikmatan yang baru saja saya terima, saya dapat menahan amarah.
Lalu hanya dengan mengenakan BH saja, saya dibawa Bang Ramen ke sebuah ruangan yang berisi semacam bar di situ. Di dalamnya terlihat banyak wanita yang tidak menggunakan baju sama sekali. Ruangan itu ternyata jadi satu dengan studio fotonya, sehingga model-model yang merasa haus dapat langsung memesan minum di situ. Saya disuruh duduk di bangku bar yang tinggi dan disuruh mengisi lembaran formulir dan lembaran kerjasama. Lalu Bang Ramen meninggalkan saya sendiri di situ.
Ketika saya sedang mengisinya, seseorang mencolek saya dari belakang. Ketika saya menoleh, terlihat seorang pemuda memandang saya sambil tersenyum. Tanpa basa basi lagi, pemuda tadi mendekatkan wajahnya ke vagina saya dan menjilat klitoris saya. Saya kaget dan ingin menghindar. Tapi bangku bar yang tinggi yang membuat saya kesulitan menapakkan kaki saya ke lantai, sehingga membuat selangkangan saya yang tanpa CD itu terbuka lebar membuat saya kesusahan untuk turun. Pemuda itu tetap menjilati selangkangan saya. Vagina saya yang masih merasa geli akibat serangan Bang Ramen tadi akhirnya basah lagi dan saya mulai merasa keenakan.
Tidak lama saya orgasme lagi di tempat duduk bar itu, sehingga tempat duduk yang terbuat dari kulit itu menjadi basah oleh cairan kenikmatan saya itu.
“Salam kenal, Mbak. Saya Roy, model pria di sini. Mbak namanya siapa?” tanyanya kemudian.
“Sally” kata saya lemas.
“Nanti kita akan selalu ketemu, dan kita pasti akan melakukannya lagi.”
Saya tidak sanggup berkata apa-apa lagi dan mulai mengisi formulir itu lagi.
Tidak lama Bang Ramen datang dan mengambil formulir yang telah saya isi itu. Ia menunjukkan honor saya dan pekerjaan saya. Untuk pertama kali pada hari pertama itu saya difoto bugil di depan banyak orang. Ternyata inilah pekerjaan baru saya. Menyenangkan sih, asal tidak hamil saja. Karena ketika difoto berpasangan, tidak jarang kami menyatukan alat kelamin kami, sehingga fotonya lebih bagus dan tidak terlihat kaku.
Kadang-kadang saya juga main dengan Bang Ramen atau Bang Davis atau kedua-duanya. Namun di rumah saya tetap menjadi ‘istri’ Pak Mori. Itulah pengalaman saya. Foto-foto saya banyak dipampang di majalah porno di Singapore, dan tentu saja tidak dijual bebas. Hanya golongan tertentu yang menerimanya.

Kumpulan Cerita Sex Terbaru 2018 - Saya adalah seorang model sebuah majalah porno di Singapore. Yah, seperti yang kedengarannya, bekerja di majalah porno sebagai model tidak membutuhkan baju yang bagus dan make-up yang tebal. Yang penting adalah menjaga tubuh agar tetap seksi juga perawatan wajah. Aku tidak perlu ke Singapore untuk difoto, karena di Jakarta juga terdapat studio foto untuk mengambil gambar model-model dari Indonesia yang kemudian dikirimkan dan diterbitkan di Singapore.
Mungkin anda heran, bagaimana saya dapat terjun dalam dunia seperti itu. Baiklah, akan saya ceritakan masa lalu saya. Pada saat usia saya menginjak 16 tahun, kedua orangtua saya meninggal dalam kecelakaan. Saya sangat terpukul dengan kejadian itu. Pada saat itu saya sangat bingung dengan keadaan ini, karena saya tidak tahu harus kemana. Saya tidak punya keluarga lain selain keluarga saya sendiri, sementara saya adalah anak tunggal.
Namun tidak lama kemudian, teman bisnis ayah saya, anggap namanya Pak Mori, berusia sekitar 50 tahun, datang menawarkan saya untuk tinggal di apartemennya dan beliau berjanji akan membiayai sekolah saya sampai saya lulus SMA. Dalam keadaan bingung, akhirnya saya menerima tawaran beliau. Saya lalu tinggal di apartemen beliau, hanya berdua dengannya.
Beberapa bulan kemudian saya tinggal dengannya, tiba-tiba pada suatu malam, Pak Mori masuk ke dalam kamar saya. Saat itu saya baru saja masuk kamar dan belum sempat menguncinya. Saya kaget karena beliau tidak mengetuk kamar saya dulu, dan pada saat itu saya hanya mengenakan daster kuning polos yang tipis. Di dalamnya saya tidak mengenakan BH dan hanya mengenakan CD saja. Sejenak Pak Mori terkesiap melihat saya, namun beliau kemudian mendekati saya. Spontan saya memeluk bantal untuk menutupi dada saya.
Pak Mori lalu berkata kepada saya, “Sally, tolong Bapak, Nak, istri Bapak sudah lama meninggal, Bapak sudah lama tidak dilayani. Bapak tidak minta macam-macam. Bapak hanya minta agar Sally bersedia melayani Bapak.”
Wajahnya terlihat sayu dengan keringat di dahinya. Saya tidak tega melihatnya. Saya pikir beliau telah baik mau membiayai sekolah saya. Lagipula keperawanan saya telah hilang sejak saya masih kecil ketika jatuh dari sepeda.
Pak Mori terus memandang dan menunggu jawaban saya, sedangkan saya tidak dapat berkata apa-apa. Kemudian Pak Mori meraih bantal yang saya peluk untuk menutupi dada saya dan meletakkannya di tempat tidur. Kemudian beliau diam dan memandang saya.
Melihat saya diam, beliau lalu berkata, “Kalau Nak Sally diam, Bapak rasa jawaban Sally ‘iya’.”
Beliau masih memandangi saya. Tiba-tiba beliau meraih dan memeluk tubuh saya dan mengusap-usap punggung saya.
“Terima kasih, Nak.” beliau berkata sambil menatap hangat pada saya.
Setelah itu beliau mulai menciumi kening saya dan kedua pipi. Lalu menjulurkan lidah sambil mencium telinga dan bibir saya. Kubalas ciumannya, lidahnya bermain liar di dalam mulut saya, begitupun saya. Tangannya yang dari tadi memeluk punggung saya mulai turun mengelus-elus pantat dan meremasnya. Kemudian kepalanya turun ke leher saya, menciumi dada saya yang masih tertutup daster kuning. Saya mulai terangsang. Apalagi ketika mulutnya berhenti di puting saya yang hanya ditutupi daster kuning polos yang tipis itu. Beliau mengulum dan menggigit puting saya itu.
“Uuh.. aahh.. Pak.. Uh..!” saya sudah tidak kuat lagi.
Geli rasanya dada ini dipermainkan seperti itu oleh Pak Mori. Spontan saya membuka 4 kancing daster yang terletak di depan itu, dan terlihatlah kedua bukit kembar saya yang montok itu, berukuran 36B dengan puting berwarna pink gelap dan mencuat menantang ke wajah Pak Mori. Beliau langsung melumatnya, menggigit kecil, kemudian memasukkan semua ke dalam mulutnya. Ternyata mulut Pak Mori lebar juga, buktinya bukit dada saya yang 36B masuk semua ke dalam mulutnya.
“Aduuh.. Pak, geli ah.. enaa..gh..!” saya meraung-raung keenakan.
Pak Mori menurunkan daster terus ke bawah dan sambil menciumi perut saya yang rata karena sering sit-up itu. Tangan kirinya bergerak menurunkan daster, dan tangan kanannya mengelus-elus pantat dan paha saya yang mulus. Setelah daster turun semua, tangan kirinya mengangkat kaki kanan saya dan melipatnya ke atas tempat tidur. Lalu beliau berjongkok dan tangan kirinya membuka sebagian kain CD yang menutupi bukit kemaluan saya. Seketika itu langsung terlihatlah bukit kemaluan saya yang bulu-bulunya sedikit itu, sehingga beliau tidak perlu susah-susah menjilati kelentit saya.
“Oohh.. Pak.. enaakk..!” kata saya sambil memegangi kepalanya.
Saya tidak perduli lagi siapa dia. Pak Mori terus menjilati kelentit saya dan memasuki satu jari tangan kanannya ke dalam vagina, dan menggerakkannya keluar masuk. Saya betul-betul keenakkan. Saya menggerakkan pantat turun naik mengikuti gerakan jarinya itu. Tiba-tiba sesuatu meledak dalam diri saya.
“Aaa..gh.. aku mau kelua.. ar..!” air kenikmatan saya membasahi jari dan mulutnya. Beliau menghisapnya habis.
Kemudian yang tidak disangka, beliau merobek sebagian kain celana dalam saya yang menutupi bukit kemaluan saya dan kemudian membuka CD-nya. Terlihatlah senjatanya yang besar ditumbuhi bulu-bulu yang sangat tebal. Saya sudah tidak tahan lagi melihatnya.
“Ooh.. masukkan, Pak, cepat Pak..!” kata saya sambil mengelus-elus bukit kemaluan saya yang telah basah itu.
Ternyata Pak Mori pun sudah tidak kuat. Beliau langsung menghujamkan penisnya masuk ke dalam vagina saya.
“Aaah.. sakiit..! Enaaggh..!” kata saya yang mulai merasa nyeri tapi sangat enak di bagian bawah itu.
Pak Mori menaik-turunkan penisnya dengan cepat. Ternyata melakukan sambil berdiri enak juga. Kedua tangannya meremas-remas kedua payudara saya. Tangan saya pun tidak mau kalah dan meremas-remas kedua pantatnya. Tidak lama saya mendapat orgasme yang kedua, dan tidak lama kemudian beliau pun juga. Akhirnya kami tertidur berpelukan di tempat tidur. Keesokkan harinya, kami melakukannya lagi di kamar mandi. Kami masing-masing orgasme dua kali. Setelah itu saya pergi ke sekolah dan beliau pun pergi ke kantor.
Sejak itu hidup saya berubah. Kami seperti selayaknya suami istri di dalam apartemen kami. Ternyata untuk orang seusianya, beliau masih sangat kuat melakukannya berjam-jam. Bahkan saya dilarangnya mengenakan baju bila di dalam apartemennya itu. Tapi saya selalu menggodanya dengan hanya mengenakan sehelai kain di tubuh. Misalnya, hari ini saya hanya memakai BH saja, sedangkan bagian tubuh yang lain polos mengoda. Lalu kemudian saya duduk di depannya dengan membuka lebar-lebar selangkangan, sehingga kemaluan saya menantang dirinya. Beliau selalu tidak tahan dan mengajak bermain lagi.
Besok harinya saya hanya mengenakan CD saja yang berwarna hitam dan bahannya bolong-bolong, sehingga bulu kemaluan yang sedikit itu keluar dan klitoris yang berwarna pink itu juga terlihat bila saya mengangkang, sedangkan payudara saya bergelantungan dengan indahnya di dada. Bila seperti itu, beliau lalu memeluk dan menggendong saya ke tempat tidur sambil mulutnya mengulum payudara dan menarik-narik putingnya. Ini kami lakukan hampir tiap hari seperti selayaknya pengantin baru sampai saya lulus SMA. Namun Pak Mori ini seperti tidak pernah mati kekuatannya untuk melakukan hubungan seks dengan seorang gadis belia seperti saya, dan saya selalu dibuat puas olehnya.
Suatu hari ketika saya baru selesai mandi, seperti biasa saya keluar dari kamar tanpa menggunakan busana, dan sambil mengeringkan rambut yang masih basah, saya pergi ke dapur untuk mengambil minum. Tanpa saya sadari, ternyata ada dua orang teman Pak Mori yang bertamu. Mereka berdua terlihat kaget melihat saya yang telanjang bulat itu. Begitu pun saya. Tapi rasa kaget saya tidak saya perlihatkan dan langsung saya pergi ke dapur cepat-cepat.
Malam harinya ketika hendak tidur, Pak Mori berkata pada saya, “Sally, mau gak jadi model..?” tangannya mengelus-elus puting saya.
“Model..? Model seperti di majalah-majalah itu..?” tanya saya.
“Yah, tapi ini berbeda. Begini, teman-teman Bapak yang tadi itu berasal dari Singapore. Yang satu namanya Pak Ramen, yang satu lagi Pak Davis. Pak Ramen sebenarnya orang Indonesia, tapi tinggal di Singapore. Beliau adalah editor majalahnya, sedangkan Pak Davis adalah direkturnya.”
“Jadi maksudnya majalah Singapore..?”
“Yah begitu. Mereka berdua setelah melihatmu menjadi tertarik dan menawarimu menjadi model. Tapi kamu tidak perlu ke Singapore. Kamu cukup tinggal di Indonesia, karena studio fotonya ada di Indonesia.”
“Tapi Sally malu, tadi Sally telanjang di depan mereka.”
“Em.., begini Sally tidak perlu malu, karena.. eh.. majalah mereka adalah majalah porno.. eh tapi itu terserah Sally, mereka hanya menawari karena tertarik dengan Sally. Kalau Sally tidak mau, itu juga tidak apa-apa.”
Saya mengerti. Mereka telah melihat tubuh saya dan mereka tertarik. Saya bingung sekali.
“Honornya lumayan gede lho, Sal. Bapak tidak akan minta kok. Kalau Sally nanti mau, honornya tetap buat Sally, karena kan Sally yang bekerja. Makanya Bapak terserah Sally saja. Kalau mau dicoba saja.” lanjutnya.
Saya mulai tertarik.
“Sally harus datang kemana, Pak..?” beliau tersenyum dan memberitahu alamatnya.
Keesokkan harinya saya datang ke studio foto itu. Tempatnya seperti rumah biasa, cukup besar dengan pagar tinggi yang menutupi rumah tersebut. Seperti bukan kantor atau studio foto. Lalu saya masuk dan bertanya pada resepsionist hendak bertemu dengan Pak Davis. Seseorang mengantar saya ke kantor Pak Davis. Pak Davis terseyum menyambut saya. Ternyata beliau seorang pemuda berusia 30 tahunan. Tidak begitu ganteng tapi di tubuhnya yang putih ditumbuhi bulu-bulu yang lebat. Terlihat dari tangan dan dadanya yang bidang. Namun senyumnya terlihat menarik.
“Selamat siang, Sally, silakan duduk..!”
Saya duduk di depan mejanya. Ia pun duduk.
“Singkat saja, jadi kamu tertarik..?”
“Iya, Pak.”

“Jangan memanggilku Pak. Panggil aku Abang saja. Aku sebenarnya berasal dari Indonesia juga. Semua orang memanggilku Bang Davis.” saya tersenyum.
“Oke, kita kembali ke pokok semula. Begini Sally, untuk menjadi model ada beberapa syarat. Yang pertama, kami harus mengedit tubuhmu dulu.”
“Mengedit tubuhku..?”
“Yah, kami harus tahu bagaimana tubuhmu, apa kekurangannya dan kelebihannya. Kekurangannya akan ditutupi, kelebihannya akan ditonjolkan. Jadi nanti bila difoto akan baik jadinya. Mengerti..?”
Saya mengangguk.
“Sekarang buka seluruh pakaianmu, aku akan memanggil editor kami, Bang Ramen.” Ia keluar dari ruangannya.
Saya merasa kikuk. Tapi akhirnya saya buka baju satu persatu sampai tinggal BH dan CD. Tiba-tiba mesuklah Bang Ramen dan Bang Davis.
“Lho, kok, CD dan BH-nya tidak dibuka..? Tidak perlu malu. Pekerjaanmu nanti tidak memerlukan baju. Kurasa, Pak Mori sudah menjelaskannya bukan..?”
Saya mengangguk seperti orang bodoh. Lalu membuka CD dan BH saya. Saya memang tidak perlu malu, toh mereka pun sudah melihat saya telanjang bulat di apartemen Pak Mori.
Setelah telanjang bulat, saya berdiri menantang. Mereka melihat saya tanpa berkedip. Saya tahu ‘adek-adek’ mereka sudah berdiri melihat saya. Tiba-tiba saya merasa percaya diri. Ini merupakan permainan yang menyenangkan. Lagipula saya senang menggoda Pak Mori. Mengapa saya tidak bisa menggoda mereka juga? Saya lalu melepas jepitan rambut dan terurailah rambut saya yang sangat lebat dan indah. Saya berdiri menggoda di depan mereka sambil memainkan sedikit rambut saya di dalam mulut. Bang Ramen mulai mendekat. Ia mengelus tangan saya, lalu pipi. Lalu ia memutari tubuh saya dan mengelus punggung dan pantat saya. Lalu tangannya mulai memegang payudara saya yang 36B itu beserta puting yang mencuat ke depan itu. Lalu ia berjongkok dan mengelus paha dan membuka selangkangan saya. Lalu ia berdiri lagi, tiba-tiba ia mencium leher saya.
Tangannya meremas-remas kedua payudara saya. Saya mulai terangsang. Lalu tangan kirinya beralih ke selangkangan saya yang sudah mulai basah itu dan berhenti pada klitoris. Ia mengelus-elus klitoris saya. Tangan kanannya mengelus anus saya.
“Uuhh.. eehh.. ahh..!” tidak sengaja saya meraung-raung, tanpa saya sadari ternyata Bang Davis telah ikutan menghisap puting saya dan tangan kanannya memegang puting yang satu lagi.
Tangan kiri Bang Ramen dimasukkan ke dalam vagina saya dan bergerak keluar masuk. Kami melakukannya sambil berdiri seperti ketika pertama kali saya melakukannya dengan Pak Mori. Saya benar-benar terangsang.
Bang Ramen mencium bibir saya dan memainkan lidahnya di mulut saya. Erangan saya tertahan di dalam mulutnya. Lalu Bang Ramen berjongkok dan mencium klitoris dan memainkan lidahnya di sana, namun jarinya masih bermain di vagina. Posisi Bang Ramen digantikan oleh Bang Davis yang mencium dan melumat-lumat bibir saya. Tiba-tiba saya merasa ada yang keluar. Walaupun erangan saya tertahan oleh bibir Bang Davis, tapi mereka tahu bahwa saya orgasme pertama kali dari getaran tubuh saya.
Lalu Bang Ramen membuka celananya, juga Bang Davis. Penis Bang Ramen sangat besar dan hitam. Bang Davis pun juga besar tapi putih. Masih dalam posisi berdiri, Bang Ramen memasukkan penisnya ke dalam anus saya. Rasanya sakit sekali. Saya mengerang kesakitan, namun tiba-tiba Bang Davis memasukkan penisnya ke vagina. Rintih saya berubah menjadi keenakan. Mereka berdua memainkan penis mereka keluar masuk anus dan vagina saya. Rasanya enak sekali disetubuhi dua pria sekaligus. Permainan kami cukup lama.
Saya sudah orgasme tiga kali ketika mereka berdua orgasme untuk pertama kalinya. Akhirnya mereka mencabut penis mereka dan merebahkan tubuh mereka di bangku sofa. Sedangkan saya bersenderan pada tembok dan memejamkan mata. Saya merasa lemas sekali melayani dua pria sekaligus. Tiba-tiba Bang Davis memegang bahu saya.
“Kamu diterima, Sally..!”
Saya tadinya hampir marah karena untuk diterima saya harus melayani mereka berdua terlebih dahulu. Tapi ketika mengingat kenikmatan yang baru saja saya terima, saya dapat menahan amarah.
Lalu hanya dengan mengenakan BH saja, saya dibawa Bang Ramen ke sebuah ruangan yang berisi semacam bar di situ. Di dalamnya terlihat banyak wanita yang tidak menggunakan baju sama sekali. Ruangan itu ternyata jadi satu dengan studio fotonya, sehingga model-model yang merasa haus dapat langsung memesan minum di situ. Saya disuruh duduk di bangku bar yang tinggi dan disuruh mengisi lembaran formulir dan lembaran kerjasama. Lalu Bang Ramen meninggalkan saya sendiri di situ.
Ketika saya sedang mengisinya, seseorang mencolek saya dari belakang. Ketika saya menoleh, terlihat seorang pemuda memandang saya sambil tersenyum. Tanpa basa basi lagi, pemuda tadi mendekatkan wajahnya ke vagina saya dan menjilat klitoris saya. Saya kaget dan ingin menghindar. Tapi bangku bar yang tinggi yang membuat saya kesulitan menapakkan kaki saya ke lantai, sehingga membuat selangkangan saya yang tanpa CD itu terbuka lebar membuat saya kesusahan untuk turun. Pemuda itu tetap menjilati selangkangan saya. Vagina saya yang masih merasa geli akibat serangan Bang Ramen tadi akhirnya basah lagi dan saya mulai merasa keenakan.
Tidak lama saya orgasme lagi di tempat duduk bar itu, sehingga tempat duduk yang terbuat dari kulit itu menjadi basah oleh cairan kenikmatan saya itu.
“Salam kenal, Mbak. Saya Roy, model pria di sini. Mbak namanya siapa?” tanyanya kemudian.
“Sally” kata saya lemas.
“Nanti kita akan selalu ketemu, dan kita pasti akan melakukannya lagi.”
Saya tidak sanggup berkata apa-apa lagi dan mulai mengisi formulir itu lagi.
Tidak lama Bang Ramen datang dan mengambil formulir yang telah saya isi itu. Ia menunjukkan honor saya dan pekerjaan saya. Untuk pertama kali pada hari pertama itu saya difoto bugil di depan banyak orang. Ternyata inilah pekerjaan baru saya. Menyenangkan sih, asal tidak hamil saja. Karena ketika difoto berpasangan, tidak jarang kami menyatukan alat kelamin kami, sehingga fotonya lebih bagus dan tidak terlihat kaku.
Kadang-kadang saya juga main dengan Bang Ramen atau Bang Davis atau kedua-duanya. Namun di rumah saya tetap menjadi ‘istri’ Pak Mori. Itulah pengalaman saya. Foto-foto saya banyak dipampang di majalah porno di Singapore, dan tentu saja tidak dijual bebas. Hanya golongan tertentu yang menerimanya.

Kumpulan Cerita Sex Terbaru Bermula Dari Nonton Bioskop Aku Ngentot Dengan Om-Om

Judi Slot Pake Pulsa

Streaming Film xxi Gratis

yang - Hallo sahabat Cerita Mesum terbaru 2019, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul yang, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel ada, Artikel aku, Artikel banget, Artikel bete, Artikel di angkat, Artikel di kerjakan, Artikel di kos, Artikel gak, Artikel hari, Artikel itu, Artikel ketika, Artikel saat, Artikel Suatu, Artikel sungguh, Artikel telpon, Artikel teman temanku, Artikel yang, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Kumpulan Cerita Sex Terbaru Bermula Dari Nonton Bioskop Aku Ngentot Dengan Om-Om
link : Kumpulan Cerita Sex Terbaru Bermula Dari Nonton Bioskop Aku Ngentot Dengan Om-Om

Baca juga


yang

Kumpulan Cerita Sex Terbaru 2018 - Suatu ketika saat di kos gak ada yang di kerjakan sungguh bete banget hari itu teman temanku aku telpon gak di angkat, ya sudahlah karena tempat kosku dengan Mall memakan waktu 10 menit jadi berencana pergi kesana saja barang kali dapat kenalan dan bisa di traktir hehe..karena memang dari tadi siang aku belum makan maka perutku jadi keroncongan.
Karena aku tidak membawa uang cash terpaksa deh menuju ke ATM center yang ada di mal. ATM bank ku panjang lagi antriannya, namanya butuh ya terpaksa antri deh. Tau2 aku ngerasa kaya ada yang niup tengkukku. Krena rambutku pendek, ya jelas tengkukku kliatan, barusan rambut pendek alus yang ada di tengkuku kaya berkibar kena tiupan, aku noleh, wah dibelakang aku ada lelaki guanteng bangetz deh, jadi lupa noleh nengok balik kedepan.
Si ganteng senyum ja melihat aku, aku tersipu disenyumi kaya gitu. “Tuh antriannya dah maju”. Aku tersadar kalo aku lagi ngantri di ATM dan didepanku dah maju. Buru2 aku maju sehingga si ganteng dibelakangku maju juga,
Dia kayanya sengaja deh mepet banget ke aku dan niup2 tengkukku lagi. Aku seneng aja diusilin gitu. Aku noleh, “enak ya semburan acnya sampe terasa ke tengkuk Anis”.
“O Anis toh namanya, nama yang cantik, tapi lebi cantik lagi orangnya.
Aku …. (dia nyebutin namanya, rasanya gak usah ditulis kan)”. “Trus Anis manggilnya apa, om kali ya”. “Boleh, aq memang dah umur (dia menyebut angka, late thirties lah
pokoknya). “Om ganteng deh”.
“Anis juga cantik en seksi”.
“Masak si om”.
“Iyalah, sexy banget”.
Aku saat itu pake kaos ketat warna pink dan jins yang juga ketat. Kaosku ngegantung sepinggang sehingga kalo aku gerak pinggangku kliatan, puserku juga. Aku senyum aja disanjung gitu.
“Anis mo nonton ya”.
“Iya, om juga?”
“Yuk, ditemenin bidadari cantik en sexy siapa yang nolak kan. Mo nonton apa?”
“Tu film yang baru diputer om”.
“ayuk deh”.
“Ni uang karcisnya, om yang ngantri ya. mumpung belon panjang antriannya”.
“Gak usahlah, pake uang aku aja”.
“Makasi deh om”.
Dia ngantri, seneng juga ketemu om yang mo nraktir nonton. Kayaknya mulai filmnya masi rada lama, jadi tinggal merayu minta ditraktir makan aja.
Setelah dia dapet karcisnya, dia malah yang ngajakin makan, “masi sejam lagi nih, Anis dah makan belon”.
“belon om”.
“Makan dulu yuk, ntar dangdutan lagi”.
“Kok dangdutan om”.
“Iya kalo kroncongan kan jadul banget”.
“Wah Anis malah dah diskoan”. Kami tertawa sambil menuju ke foodcourt.
“Mo makan apa Nis”.
“apa aja, Anis pemakan segala kok om”.
“Segala? termasuk sosis ya”. aku ngerti kemana arah bicaranya tapi aku
berlaga pilon ja. “Mangnya disini ada jual sosis ya om, gak pernah liat tu Anis”. Dia tertawa aja,
“jadi apa aja ya, ntar aku beliin, kudu dimakan lo”.
“Pastinya om, Anis nyari mejanya ya om”. Aku mencari meja yang masi kosong. Karena bukan weekend, foodcourtnya bisa dibilang sepi. Jadi aku nyari meja yang misah dari meja laennya ja.
Dia sudah slesei beli makanan en minumannya, megang nampan clingukan nyari dimana aku duduk. Aku berdiri dan melambai kearahnya. Dia melihat aku dan berjalan membawa
nampan menuju kearah meja dimana aku duduk. Mejanya ada payungnya sehingga rada tertutup.
“Wah gak ujan payungan neh, romantis bangetz”.
“Napa om gak suka ya, pindah deh ke meja tanpa payung”.
“O enggak, asik kok payungan ma bidadari”. Sambil makan kita ngobrol santai aja.
“Anis skola dimana?” Aku nyebutin skola aku.
“Masi muda banget tapi dah seksi gini ya”.
“Om suka kan”.
“Suka banget”.
“Om kerja dimana”. Gantian dia yang crita siapa dia, apa kerjanya.
“Trus dahkeluarga ya om”.
“udah, tapi gak tinggal disini, keluarga ada dikampung”.
“O jadi om pjka dong”.
“Paan tu pjka, prusahaan kreta api?”
“Pulang jumat kembali ahad”.
“Bisa aja kamu, sebulan palingsekali atau 2 kali pulangnya, lumayan jauh si”.
“Setor dong ya om”.
“setror paan”.
“Kalo om gak nyetor ntar jadi odol lagi”.
“Kok jadi odol”.
“Iya kalo gak dikluar2in kan bisa jadi odol didalem nantinya”, aku sengaja ngomong mulai vulgar.
“O gitu ya, dah lama ni gak dikluarin, katimbang jadi odol minta tolong Anis ja ya buat ngeluarin”.
Aku ganti ketawa, “enak aja”.
“Ya enak lah, ada yang mo ngeluarin masak gak enak, mau ya Nis”. aku jadi kerimpungan didesek gitu, aku diem aja, senyum.
Saat itu kami dah beres makan, “Om tinggal 10 menit neh”. “Iya deh, dah kenyangkan Anis”. aku ngangguk, aku digandengnya jalan menuju ke 21. Seeneng banget aku digandeng gitu, “Anis serasa pacar om deh”.
“Mau jadi pacarku, aku gak tersinggung lo”, katanya sambil memeluk pundakku. Aku manda aja dipeluk, toketku kugeserkan ke dadanya yang bidang sambil menyenderkan kepalaku ke pundaknya.
“Om, Anis suka deh om manjain kaya gini”.
“Kan dah jadi pacar aku”.
“Kapan jadiannya?”
“Barusan kan, toket kamu montok ya Nis”, bisiknya.
“Sok tau ah”. “Kerasa montoknya
kegeser dada aku”.
Karena bole bebas milih tempat duduk, kami duduk rada mojok, jauh dari penonton laennya. aku duduk mepet ke dia, tanganku kulingkarkan di tangannya, kembeli toket kugesekkan di tangannya, aku nyandarkan kepalaku dipundaknya.
Dia langsung mulai aksinya, dia mengelus pahaku yang terbalut jins ketat, karena kaen jins yang lumayan tebel, jadi gak terlalu krasa elusannya di pahaku. Dia menoleh ke arah aku, mendekatkan bibirnya kebibir aku. Aku memejamkan mata dan menengadahkan kepalaku, dia mencium bibirku pelan. Karena posisinya kagok, dia merangkul pundakku
sehingga ciuman kami menjadi lebi hot lagi, bibir saling membelit dan saling mengisap. Tangannya mulai mengusap dari arah perutku, pelan merambat keatas. Telapak tangannya memutari pinggiran tokedku dengan usapan. ujung telunjuknya menyentuh ke pentilku yang masi ketetutup kemeja dan braku.
Gak neken, cuma nyentuh. “Ehm..ooh..” aku melenguh pelan, aku membalas serangannya dengan mengelus selangkangannya, terasa keras
banget. “Dah ngaceng ya om”, bisikku.
“Dah dari tadi Nis”. Elusanku dibarengi dikit tekananmembuat dia yang melenguh,
“Nikmat Nis, jadi pengen dikeluarin”.
“Masak disini om”. “Iya ya, kudu nyari tempat neh buat ngeluarin ma kamu”. Remasan di tokedku juga meningkat, diremas dari arah bawah keatas, pelan tapi kuat. “Uuh..ooh..”, kembali aku yang melenguh.
Bibirku kemudian diciumnya. Lidah kami bergulat dalam mulutku dan saling memilin. Setelah dia melepaskan ciumannya, aku meraba ritsluiting celananya, kuturunkan pelan2, dia melonjorkan kakinya untk mempermudah aku membuka ritsluitingnya sampe kebawah,
Segera tanganku menyusup kebalik kemejanya, mencari bagian atas cdnya, kurogoh kedalam dan kenalan ma palkonnya yang dah keras banget, ukurannya juga gede banget. “Gede banget punya om”. “Mangnya Anis blon pernah kenalan ma yang segede ini ya”.
“Iya om, punya cowok Anis rasanya dah gede tapi om punya gede banget. Anis emut ya om”. Dia menoleh kiri kanan, gak da yang memperhatikan kami, palig juga yang laen juga lagi maen film ndiri lah.
Celananya kuturnkan dikit, dia mengangkat pantatnya untuk mempermudah aku menurunkan celananya, cdnya kuturnkan, terbebaslah kontolnya yang tegak kaya tugu monas, gak cuma gede tapi juga panjang. Kepalanya kuremes sambil kukocok2, membuat dia menggelinjang.
Aku menunduk dan mulai menjilati kepala kontolnya. Tangannya segera menyamber tokedku dan diremesnya dengan gemas. Aku jadi mengulum palkonnya dengan
keras dan cepat karena rangsangan di tokedku.
“Nis udahan dong, ntar kluar disini lo”, katanya sambil menegakkan tubuhku. Dia merapikan celananya kembali dan menutup ritsluitingnya. Tapi dia mo bales aku rupanya.
Dia menurunkan ritsluiting jinsku, menurunkan dikit, aku ganti mengangkat pantatku sehingga dia mudah melolosi jinsku , cukup sampe dia bisa bebas mengexplorasi selangkanganku. Tangannya segera menusup dari bagian atas cdku, mengelus2 jembutku dan terus turun kebawah.
“Aag…esh…oom..” aku makin mengerang ketika jarinya menyusup membelah bibir memekku. Jari tengahnya tepat berada ditengah bibir memekku, bergerak keatas mencari itilku, ditekan2. “aduh…om”, kembali aku mengerang keenakan.
Memekku dah basah banget, dia terus saja mengilik2 itilku dengan penuh semangat sampe aku menggelinjang karena nikmatnya, sampe akhirnya aku mengejang sambil mengerang agak keras. Baeknya sound system di bioskop keras sehingga gak da yang dengerlah erangan nikmatku.
“udah om…Anis dah nyampe”. Dia mengeluarkan tangannya dari cdku dan aku segera merapikan jinsku. “Baru pake jari ja dah nikmat gini ya om”.
“Palagi pake sosis ya Nis”.
“Om mo diemut ampe kluar?”
“Gak ah, ntar nyari tempat aja, mana asik disini kan”.
“Mangnya om mo bawa Anis kemana?” “Ke hotel yuk, gak apa kan”. Aku cuma senyum, memeluk tangannya dan menyenderkan kepalaku di bahunya. Kami dah gak perhatiin filmnya kaya apa karena sibuk maen film ndiri.
Selesai film kami keluar gedung.
“Gak apa kan Nis kalo kita ke hotel”. aku diem aja.
“Napa Anis malu ya dibawa ke hotel”. Aku masi terdiem. ”
Ya udah ketempatku aja ya, mau kan”. Aku ngangguk kali ini.
“Mangnya om tinggal dimana”.
“Dia apartment kantor”.
“wah asik banget om, kerja dikasi fasilitas apartment”.
“Kecil kok apartmentnya, tipe studio”.
“Paan tu om”. “Ya Cuma seruangan, kaya kamar hotel aja, cuma ada kamar mandi dan dapur kecil dan tempat jemur pakean”.
Mobilnya meluncur meninggalkan mal menuju ke apartmentnta.
“besok Anis kalo gak sekolah gak apa?”
“Gak om, besok kebetulan gak da kelas, ada rapat guru katanya”.
“Wah kita bisa asik dong sampe sore lagi”.
“Mangnya om gak kerja”.
“Itu mah gampang diatur, bilang aja aku langsung ketemu klien”.
“Iya klien yang namanya Anis”. “Iya mo kerja sama ma klien yang namanya Anis buat ngeluarin”. Kami tertawa. Sampe di apartmentnya. mobil langsung meluncur ke basement, dia markir mobilnya di lot parkir yang memang disediakan untuk mobilnya.
Kami bergandengan meninggalkan mobil menuju ke lift. Dia memijit nomor lantainya dan lift bergerak keatas. Aku menggelayut di tangannya. Dalam lift cuma ada kami berdua aja. Dia kemudian memeluk aku dari belakang, tangannya menelungkup diperutku. Aku menyenderkan kepalaku di dadanya yang bidang.
Dia mencium pipiku, aku menoleh, segera dia menyambar bibirku dengan gemas. Tangannya segera menyamber tokedku dan meremasnya dengan gemas juga. Terasa kontolnya yang dah mengejang menekan pantatku, dia dah napsu sekali rupanya. Kami masi tetap saling memagut bibir, Lidah kami saling menyentuh dan membelit.
“Ting tong”, bel berbunyi, lift brenti dan pintunya terbuka, segera kami melepaskan pelukan karena didepan pintu lift berdiri 2 orang. Aku dah gak peduli dengan pandangan curiga dari kedua orang tadi, dia juga menggandeng aku keluar lift dan menuju ke apartmentnya.
“Orang tadi pasti curiga liat kita pelukan ya om, om kenal ma orang itu”.
“Di apartment gini mana saling kenal sih Nis”, seing liat sih, tapi peduli amir”.
“Kok amir om”. “Iya amat kan lagi nyuci mobil di basement”, jawabnya sambil tertawa.
Apartmentnya bener2 mini, cuma ada ruang besar yang berisi sofa besar, meja makan, credenza dengan TV plasma dan audio systemnya, lemari pakean dengan kaca rias disalah satu daun pintu seblah luarnya, lemari es, dispenser aqua dan pantri kering.
Kulihat masi ada dapur yang juga mini, kamar mandi yang lumayan besar, ada bath tub, shower, wc dan meja riasnya dan mesin cuci pakean, serta pelataran untuk menjemur. Buat ndirian si cukup banget, berdua juga masi cukup.
“Kok gak da ranjangnya om”.

“Napa, Anis dah pengen gelut di ranjang ya”, jawabnya sambil menarik dudukan sofa besarnya sehingga dalam sekejab berubah menjadi ranjang ukuran King. Dia mengambil bantal dan seprei dari lemari pakeannya dan memasangkannya di ranjang sofa tadi.
“Tuh dah siap, gelut yuk”, katanya sambil memeluk aku.
“Mo pipis dulu om”, aku melepaskan diri dari pelukannya dan menuju ke kamar mandi untuk buang hajat kecil2an. Aku skalian cuci muka, membersihkan make up tipis yang kupoleskan kewajahku selon pergi dari kos, karena gak da cleaningnya ya pake air dan sabun saja, kugosok pelan dengan tisu, agak lama jadinya. Setelah bersih, kubasuh wajahku dengan air hangat dan kukeringkan dengan handuk tang tergantung di gantungan handuk.
Ketika aku keluar dari kamar mandi kulihat si om dah berbaring di ranjang hanya mengenakan CD ketat yang secara otomatis membentuk lekukan lekukan bentuk kontolnya. Aku melirik nakal kearah selangkangannya yang sudah tegang.
“Kamu kok gak lepas pakean skalian Nis”. Aku cuma senyum ja sambil membuka kemejaku dan jinsku. Di badanku tinggal menempel bra dan cdku. “Bener kan, sexy sekali kamu Nis, padahal masi abege gini”.
“Om demen banget sih muhji, ntar pala Anis jadi gede”. “Pala kamu gak bisa jadi gede, yang ada pala aku yang dah gede dari tadi”. aku cuma tertawa memandangi gelembung besar diselangkangannya yang masih tertutup cd.
Kelihatannya dia dah greget sekali ingin cepat cepat menerkam tubuh sintalku dan menindihinya di bawah tubuhnya. Aku berjalan menghampirinya. Kutatap seonggokan batang yang tersembunyi menantang di balik Cd yang dipakainya. Dengan posisi berdiri di sisi ranjang, mulai perlahan aku menjulurkan tangan kearah gundukan besar yang tersembunyi dibalik cdnya. Kuusap usap batang kontolnya seirama.
Naik… turun… yang terkadang kuselingi dengan pijatan kecil pada kantong pelir dan usapan halus di kepala kontolnya yang udah membengkak karena tegang dan keluar dari sisi atas CD yang dia pakai itu. Hati hati aku mulai menarik ke dua sisi atas CDnya, pelan pelan hingga membebaskan kontolnya yang sedari tadi ingin keluar.
Kugenggam batang kontolnya dengan tangan kanan dan mulai kumainkan batangnya sambil menaik turunkan tangannya di barengi jilatan jilatan kecil yang menyapu permukaan kepala kontol nya yang terlihat mengkilap membengkak karena rangsangan yang kuberikan lewat jilatan lidahku.
Lama lama semakin beringas aku melahap batang kontolnya hingga masuk semuanya ke dalam mulutku. Terasa sekali ujung batang kontolnya mneyentuh hingga kerongkonganku. Terkadang kugigit kecil pada helm surganya. Akibatnya geli seperti ingin kencing.
Erangannya akhirnya keluar juga setelah sekian lama dia tahan agar dia nikmatin dulu hal yang aku lakukan terhadap kontolnya. “Nis, nikmat banget si jilatan kamu…” katanya sambil mengusap usap paha putihku hingga pangkal pahaku.
Aku melepaskan emutanku karena sepertinya dia sudah mo mlanjutkan ke tahap brikutnya. Perlahan dia kecup bibir tipisku. Dengan lembut dia mengecup bibirku, perlahan disapunya setiap detail bibirku itu, lembut, halus, seperti makanan agar agar.
Perlahan aku menurunkan CD yang tadi hanya kuturunkan sepaha. aku kembali mengusap batang kontolnya yang menegang dengan keras. tangannya mulai mengusap lembut gunung kembarku yang membusung menantang untuk diremas oleh tangan perkasa. Aku melepaskan bra sehingga tokedku sekarang bebas untuk dia explorasi.
Pentilku yang merah kecil menantang ingin sesegera di hisap dan mungkin di gigit kecil. Sesaat langsung dia tarik tubuh mungilku ke dalam pelukannya. Dengan sigap dia hisap pentilku yang menantang dan ternyata telah mengeras sedari tadi. Aku tak ingin hanya aku seorang yang merasakan kenikmatan ini.
Kusambar batang kontolnya yang tegang mengacung tegak berdiri.Kukocok berirama naik turun dengan sangat lembut. “Uuuuhh….ssshhh… Nis… uuuuuhhh. Enak banget”, erangnya menikmati kocokanku di kontolnya. Aku juga menggeliat2 karena emutan di pentilku. “Om, nikmat banget deh, padahal baru diemut pentilku”, desahku tertahan.
Sekarang posisi aku dan si om seperti 69. Bra dan cdku sudah terlepas karena ulahnya. Posisi kepalanya sekarang adalah di bawah dengan posisi aku menhadapi kontolnya. kakiku sekarang mengapit kepalanya yang sedang melahap liang memekku.
Dengan kedua tangannya dia menahan pinggangku agar posisi memekku tetap di hadapannya. Sedangkan aku mengoral batang kontolnya dengan sangat lahap. Setiap kali lidahnya menyapu itilku, maka aku pasti mengapit kepalanya dengan keras, menahan sesuatu yang ingin keluar.
Dia gak perduli dengan apa yang aku rasakan. Maka dengan brutal dia buka liang memekku dengan lidahnya dan menyelipkan diantara kedua bibir memekku yang mengapit itilku. Sesekali dia sodok sodok dengan lidahnya yang menyentuh bagian yang paling sensitif ditubuhku.
“Uuuuhhhh… om ….. Anis gak tahan… mau kencing….Oooohhh…” desahku keenakan. Dia tahu aku hampir mencapai puncak. Maka dengan gerakan yang lebih kuat dia korek liang memekku dengan lidahnya yang bermain di dalam memekku.
Mengisap itilku. Mengigit kecil dan menarik itilku dan akhirnya…..”Oom….. oooohhhh. Anis gak tahan lagiiii. Aaaaakkkkhhhh”. Desahku dibarengi dengan sekujur tubuhku mengejang. Hingga akhirnya mengalir sejumlah cairan bening di sela sela bibir memekku yang montok itu.
Dengan sigap, aku jongkok tepat diselangkangannya. Kugenggam kont0l besarnya yang sangat keras itu. Aku mulai menilati lubang kencingnya, kutiup2 lubang kencingnya, sehingga dia menggelinjang kegelian.
Jilatanku meluas kearea palkonnya, leher palkonnya yang sangat sensitif tak luput dari jilatanku, kembali dia menggeliat2 keenakan. Jilatanku terus turun ke batangnya, ke biji pelernya. Biji pelernya kuisep pelan2 karena daerah itu sangat lemah sehingga kalo diemut keras2 akan terasa sakit, gak hanya ngilu.
Kuangkat biji pelernya keatas, jilatanku terus turun kebawah. Dia mengangkat kakinya keatas sehingga aku bisa menjilati daerah sensitif lainnya di kont0l lelaki adalah di lipatan antara dasar biji peler dan lobang pantatnya.
Daerah itu sangat sensitif, tidak hanya kujilat tapi kuemut pelan. Dia mengerang keenakan, “Nis, kamu pinter amir bikin aku keenakan, latihan ma cowok kamu terus ya Nis”. “He eh”, aku hanya bisa menggumanm karena aku sibuk menjilat dan mengemut daerah sensitif dibawah biji pelernya itu.
Kurasa cukup, kembali aku mengemut pelan biji pelernya, jilatannya naek ke batangnya dan berakhir lagi di lubang kencingnya, kukilik2 terus dengan ujunga lidahku. “Nis, emut kontolku dong”, pintanya. aku turuti permintaannya, kujilati palkonnya yang sudah membengkak itu, trus kumasukan palkonnya kedalam mulutku sembari lidahku terus saja menyerang lubang kencingnya.
Kuemut rada kuat palkonnya, pelan kukeluarkan dari mulutku dan langsung kumasukan lagi, berulang aku melakukannya, kuemut dengan keras sambil kukeluarkan, trus kumasukkan lagi. Dia makin menggeliat2 keenakan, “Nis, nikmat banget sepongan kamu”.
Pelan2 kuperdalam kontolnya masuk ke mulutku, karena panjangnya setengah saja sudah membuat tenggorokanku ke sodok2, sehingga aku pengen muntah, makanya kumasukan kedalam mulutku sampe batas aku nyaman saja.
Mulai kuemut keras sambil kukeluarkan dari mulut, kemudian aku masukan lagi kedalam mulutku sampe kebatas kenyamananku. Aku menandai batas itu dengan menggenggam kontolnya. Berulang kali kulakukan emutan seperti itu, dia menjambak rambutku sembari membantu menekan kepalaku agar makin cepat mengeluar masukkan kontolnya dalam mulutku.
Kemudian aku mengganti dengan mengocok kontolnya. Pangkal kontolnya kupijit dengan tangan kiri sedang tangan kanan mengocok kontolnya turun naek, keras banget kerasnya ngacengnya kontolnya.
Dia gak mau nganggur, dengan tangan sebelah kiri dia remas toketku.
“Trus Nis, kocok terus. skali2 diisep lagi Nis, Jilat…. enak…sshh…. sempit banget mulut kamu Nis…sssshhhhh”. Dia minta aku untuk makin meningkatan kegiatanku, kocokan tangan diselingi emutan mulut.
Akhirnya dia gak bisa menahan rangsangan yang ditimbulkan akibat kocokan dan emutanku yang dahsyat (bukan dahsyatnya stasiun tv lo) dan…Crooot…. crooot….muntah juga lahar panas berwarna putih memenuhi rongga mulutku.
Aku berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan mulut dari bekas muntahan pejunya yang hampir memenuhi seluruh ruang didalam mulutku. Entah setan apa yang datang. Ketika melihat aku yang sedang menungging membersihkan mulut, napsunya kembali bergejolak ketika melihat lipatan daging yang terhimpit antara pahaku yang montok putih merangsang.
Sekejap langsung dia jongkok di belakangku tepat di bawah pantatku yang bulat itu. kemudian mulai menjilat liang memekku yang tadi mengodanya untuk kembali dijamah lagi.
“Om, Anis kan lagi bersihin mulut nih… ssssshhhh….nanti dulu dong. Uuuuuhhh….” ujarku yang masih dengan posisi menungging membelakangi dia. Tanpa menghiraukan aku berkata apa dia terus menjilati liang memekku.
“Nis aku masukin kontolku ke mem3k kamu dari belakang ya”, pintanya dengan mengambil posisi doggie style. Gak da matinya ni orang, baru ja ngecret dimulutku dah ngaceng lagi karena ngejilatin memekku. Dia suruh aku memegang wastafel di hadapanku dan merenggangkan kedua kakiku agak lebar.
Dengan tangan sebelah kanan mengenggam batang kontolnya, dia mengesek gesekkan palkonnya pada bibir memekku. perlahan lahan dengan dibantu cairan yang keluar dari sela sela memekku, kontolnya mulai menerobos masuk. Pelan dia mendorong kontolnya hingga membuat kedua bibir memekku ikut tertekan kedalam.
Terasa sekali ketika benda tumpul berurat hendak memaksa masuk kedalam liang memekku yang baru pertama kali kenalan dengan kont0l extra large seperti si om punya. Dengan susah payah, akhirnya palkonnya berhasil masuk. Perlahan dia tekan kembali dengan sedikit keras dan tangan kirinya memeras toketku yang putih serta pentilku yang mengeras meruncing ke depan.
“Tahan ya Nis… ini hanya pertamanya saja seret. Nanti setelah kontolku masuk ke dalam mem3k kamu kamu akan ngerasain kenikmatan yang belon pernah kamu dapet dari cowok kamu”. Aku tak menjawab, hanya menganggukkan kepala dan sesekali menatap ke arahnya yang sekarang akan mengentotin aku lebih lanjut.
Kontolnya menyelinap makin dalam, memekku menganga selebar mungkin supaya dapat menelan kontol besarnya yang mengisi seluruh relung memekku sampe rasanya gak da lagi tempat yang tersisa, penuh banget rasanya memekku keisi kontol besarnya.
Pelan pelan dia tarik batang kontolnya hanya menyisakan setengahnya di dalam dan kembali menekan batang kontolnya masuk kedalam lagi. Dia lakukan berkali kali biar memekku akhirnya bisa menyesuai benda asing yang menganjal di tengah tengah rongga sempit itu. selama 3 menit lebih dia lakukan pengadaptasian di memekku Rini.
Aku mulai mendesah, rasa nikmat mulai menderaku ketika pelan dia mulai mengeluark-masukkan kontolnya di memekku. “Gimana Nis?” “Nikmat om, agak lebih cepat dan agak keras dong tekannya. Enak… sekarang enak sekali om”.
Dia mempercepat sodokan kontolnya ke dalam memekku, yang seirama dengan goyanganku yang mendorong pantatku yang putih bulat itu ke belakang. Sodokan demi sodokan dia pompa terus menerus ke memekku. terasa sekali batang kontolnya menggesek dinding dalam memekku, jelas menimbulkan rasa ngilu yang begitu amat sangat nikmatnya. Semakin lama dia percepat irama pompaan kontolnya yang diiringi desahan hausku, “uuuuhhh…. ssshhhh…. om. Lagi om. Lebih keras,” pintaku.
Mungkin karena merasa terkuras tenaganya, akhirnya dia minta aku untuk mengubah posisi ngentotnya. Dia gendong aku merapat ke dinding. kedua tanganku melingkar di lehernya. Kedua kakiku melingkar dipinggangnya seperti anak kecil yang sedang ingin memanjat pohon.
Dengan cepat aku meraih batang kontolnya dan menusukkan kembali ke dalam liang memekku. Aku tak mau sampai kenikmatan yang tadi aku rasakan terputus sebelum aku mencapai puncak kenikmatannya yang selanjutnya. Dengan gaya mengendong aku, dia berjalan menuju ke dalam kamar.
Dia merebahkan tubuh mungilku yang mengiurkan itu di atas ranjang. Dia berusaha untuk tidak merubah posisi keberadaan kontolnya yang sudah menancap didalam memekku. Dia mengangkat kedua kakiku dan menaruhkannya di atas bahunya, membuat dia lebih leluasa mengeluar-masukkan kontolnya dalam memekku.
“Eeehhhhmmm… eeehhhhmm…. enak gak Nis kalau aku sodok memek kamu kayak gini”, tanyanya, sementara aku dalam posisi setengah tertindih oleh badannya. aku hanya menatapnya yang sedang memompa memekku sambil mengigit tipis bibir bawahku yang mungil.
Aku menganggukkan kepala dan mengusap usapkan kedua tanganku pada dadanya yang bidang. ekspresi mukaku yang menunjukkan aku sedang kenikmatan membuat dia makin terangsang banget. Saat dia hentakin dengan keras batang kontolnya ke dalam liang memekku, bibir mungilku membuka sedikit. “Nis… mem3k kamu memang sungguh nikmat sekali”. Aku menatap dia yang masih terus memompa memekku dengan cepat.
Selang beberapa menit aku meminta agar merubah posisi ngent0t menjadi women on top. Alasanku supaya aku lebih menikmati bila liang memekku ditikam oleh kontolnya dari bawah. Sensasi yang aku rasakan lebih nikmat dibandingkan dengan gaya sebelumnya.
Perlahan dia merubah posisi kembali. Namun kali ini terpaksa harus mencabut terlebih dahulu kontolnya yang sudah tertancap di memekku. Dengan berirama aku mengoyangkan pantatku yang bulat indah itu maju mundur, layaknya seseorang yang sedang naik kuda pacuan. Terasa sekali kontolnya mengaduk seluruh liang memekku.
Terkadang gerakanku maju mundur, terkadang berputar putar seperti goyangan Inul daratista yang sedang goyang ngebor.
“Nis…. nikmat banget. Trusss Nis. Jangan berhenti.” Terasa kontolnya makin membengkak, pertanda sebentar lagi dia akan ngecret lagi.
“Gila enak banget, mem3k kamu Nis, Uuuuhhh… trus… Nis”.
“Om, Anis mau…. mmmmauu…. sssssshhh…. ooom…. oooooohhh…. kkllluar”, desahku ngasi tau dia kalo aku juga mo klimax.
“Nis… tahan sebentar lagi… seddiiikkit lagi. Kita keluarin sama samma yah….uuuhh.” Semakin kencang aku ngegoyang pantatku. Dan akhirnya….”Aaakkkhhh….. ooom”, teriakku sambil merebahkan tubuhku yang lemas terkuras di atas tubuhnya dengan posisi batang kontolnya yang masih menancap didalam memekku.
Karena aku tak mampu menahan dorongan napsuku akhirnya aku mencapai puncaknya terlebih dahulu. Dengan kencang dia hujam kontolnya semakin cepat ke dalam memekku. Tanpa memperdulikan tubuhku yang sudah terbujur lemas di atas badannya, sampai akhirnya,
Crooot…. Croot, pejunya muncrat semuanya didalam memekku. Hebatnya walaupun tadi dah ngecret dimulutku, kali ini tetep ja pejunya banyak ngecretnya hingga tak tertempung di memekku. Pejunya mengalir melalui sela sela bibir memekku yang montok itu.
Tanpa mencabut kontolnya yang masih menancap di memekku, aku merebahkan badanku yang lemas terkuras karena pertempuran yang membawa kenikmatan ini diatas badannya.
“Om, nikmat banget deh dientot ma om”.
“Kamu suka kontolku Nis”.
“Bangetz”.
“jadi boleh dong sering2 aku ngentotin kamu”.
“Bangetz om, kontak Anis ja om kalo om pengen ngentotin Anis lagi”. Kami melakukannnya berkali2 sampe waktu cek out besoknya, sungguh nikmat dientot ma om yang perkasa gitu walaupun aku jadinya lemes buanget.

Kumpulan Cerita Sex Terbaru 2018 - Suatu ketika saat di kos gak ada yang di kerjakan sungguh bete banget hari itu teman temanku aku telpon gak di angkat, ya sudahlah karena tempat kosku dengan Mall memakan waktu 10 menit jadi berencana pergi kesana saja barang kali dapat kenalan dan bisa di traktir hehe..karena memang dari tadi siang aku belum makan maka perutku jadi keroncongan.
Karena aku tidak membawa uang cash terpaksa deh menuju ke ATM center yang ada di mal. ATM bank ku panjang lagi antriannya, namanya butuh ya terpaksa antri deh. Tau2 aku ngerasa kaya ada yang niup tengkukku. Krena rambutku pendek, ya jelas tengkukku kliatan, barusan rambut pendek alus yang ada di tengkuku kaya berkibar kena tiupan, aku noleh, wah dibelakang aku ada lelaki guanteng bangetz deh, jadi lupa noleh nengok balik kedepan.
Si ganteng senyum ja melihat aku, aku tersipu disenyumi kaya gitu. “Tuh antriannya dah maju”. Aku tersadar kalo aku lagi ngantri di ATM dan didepanku dah maju. Buru2 aku maju sehingga si ganteng dibelakangku maju juga,
Dia kayanya sengaja deh mepet banget ke aku dan niup2 tengkukku lagi. Aku seneng aja diusilin gitu. Aku noleh, “enak ya semburan acnya sampe terasa ke tengkuk Anis”.
“O Anis toh namanya, nama yang cantik, tapi lebi cantik lagi orangnya.
Aku …. (dia nyebutin namanya, rasanya gak usah ditulis kan)”. “Trus Anis manggilnya apa, om kali ya”. “Boleh, aq memang dah umur (dia menyebut angka, late thirties lah
pokoknya). “Om ganteng deh”.
“Anis juga cantik en seksi”.
“Masak si om”.
“Iyalah, sexy banget”.
Aku saat itu pake kaos ketat warna pink dan jins yang juga ketat. Kaosku ngegantung sepinggang sehingga kalo aku gerak pinggangku kliatan, puserku juga. Aku senyum aja disanjung gitu.
“Anis mo nonton ya”.
“Iya, om juga?”
“Yuk, ditemenin bidadari cantik en sexy siapa yang nolak kan. Mo nonton apa?”
“Tu film yang baru diputer om”.
“ayuk deh”.
“Ni uang karcisnya, om yang ngantri ya. mumpung belon panjang antriannya”.
“Gak usahlah, pake uang aku aja”.
“Makasi deh om”.
Dia ngantri, seneng juga ketemu om yang mo nraktir nonton. Kayaknya mulai filmnya masi rada lama, jadi tinggal merayu minta ditraktir makan aja.
Setelah dia dapet karcisnya, dia malah yang ngajakin makan, “masi sejam lagi nih, Anis dah makan belon”.
“belon om”.
“Makan dulu yuk, ntar dangdutan lagi”.
“Kok dangdutan om”.
“Iya kalo kroncongan kan jadul banget”.
“Wah Anis malah dah diskoan”. Kami tertawa sambil menuju ke foodcourt.
“Mo makan apa Nis”.
“apa aja, Anis pemakan segala kok om”.
“Segala? termasuk sosis ya”. aku ngerti kemana arah bicaranya tapi aku
berlaga pilon ja. “Mangnya disini ada jual sosis ya om, gak pernah liat tu Anis”. Dia tertawa aja,
“jadi apa aja ya, ntar aku beliin, kudu dimakan lo”.
“Pastinya om, Anis nyari mejanya ya om”. Aku mencari meja yang masi kosong. Karena bukan weekend, foodcourtnya bisa dibilang sepi. Jadi aku nyari meja yang misah dari meja laennya ja.
Dia sudah slesei beli makanan en minumannya, megang nampan clingukan nyari dimana aku duduk. Aku berdiri dan melambai kearahnya. Dia melihat aku dan berjalan membawa
nampan menuju kearah meja dimana aku duduk. Mejanya ada payungnya sehingga rada tertutup.
“Wah gak ujan payungan neh, romantis bangetz”.
“Napa om gak suka ya, pindah deh ke meja tanpa payung”.
“O enggak, asik kok payungan ma bidadari”. Sambil makan kita ngobrol santai aja.
“Anis skola dimana?” Aku nyebutin skola aku.
“Masi muda banget tapi dah seksi gini ya”.
“Om suka kan”.
“Suka banget”.
“Om kerja dimana”. Gantian dia yang crita siapa dia, apa kerjanya.
“Trus dahkeluarga ya om”.
“udah, tapi gak tinggal disini, keluarga ada dikampung”.
“O jadi om pjka dong”.
“Paan tu pjka, prusahaan kreta api?”
“Pulang jumat kembali ahad”.
“Bisa aja kamu, sebulan palingsekali atau 2 kali pulangnya, lumayan jauh si”.
“Setor dong ya om”.
“setror paan”.
“Kalo om gak nyetor ntar jadi odol lagi”.
“Kok jadi odol”.
“Iya kalo gak dikluar2in kan bisa jadi odol didalem nantinya”, aku sengaja ngomong mulai vulgar.
“O gitu ya, dah lama ni gak dikluarin, katimbang jadi odol minta tolong Anis ja ya buat ngeluarin”.
Aku ganti ketawa, “enak aja”.
“Ya enak lah, ada yang mo ngeluarin masak gak enak, mau ya Nis”. aku jadi kerimpungan didesek gitu, aku diem aja, senyum.
Saat itu kami dah beres makan, “Om tinggal 10 menit neh”. “Iya deh, dah kenyangkan Anis”. aku ngangguk, aku digandengnya jalan menuju ke 21. Seeneng banget aku digandeng gitu, “Anis serasa pacar om deh”.
“Mau jadi pacarku, aku gak tersinggung lo”, katanya sambil memeluk pundakku. Aku manda aja dipeluk, toketku kugeserkan ke dadanya yang bidang sambil menyenderkan kepalaku ke pundaknya.
“Om, Anis suka deh om manjain kaya gini”.
“Kan dah jadi pacar aku”.
“Kapan jadiannya?”
“Barusan kan, toket kamu montok ya Nis”, bisiknya.
“Sok tau ah”. “Kerasa montoknya
kegeser dada aku”.
Karena bole bebas milih tempat duduk, kami duduk rada mojok, jauh dari penonton laennya. aku duduk mepet ke dia, tanganku kulingkarkan di tangannya, kembeli toket kugesekkan di tangannya, aku nyandarkan kepalaku dipundaknya.
Dia langsung mulai aksinya, dia mengelus pahaku yang terbalut jins ketat, karena kaen jins yang lumayan tebel, jadi gak terlalu krasa elusannya di pahaku. Dia menoleh ke arah aku, mendekatkan bibirnya kebibir aku. Aku memejamkan mata dan menengadahkan kepalaku, dia mencium bibirku pelan. Karena posisinya kagok, dia merangkul pundakku
sehingga ciuman kami menjadi lebi hot lagi, bibir saling membelit dan saling mengisap. Tangannya mulai mengusap dari arah perutku, pelan merambat keatas. Telapak tangannya memutari pinggiran tokedku dengan usapan. ujung telunjuknya menyentuh ke pentilku yang masi ketetutup kemeja dan braku.
Gak neken, cuma nyentuh. “Ehm..ooh..” aku melenguh pelan, aku membalas serangannya dengan mengelus selangkangannya, terasa keras
banget. “Dah ngaceng ya om”, bisikku.
“Dah dari tadi Nis”. Elusanku dibarengi dikit tekananmembuat dia yang melenguh,
“Nikmat Nis, jadi pengen dikeluarin”.
“Masak disini om”. “Iya ya, kudu nyari tempat neh buat ngeluarin ma kamu”. Remasan di tokedku juga meningkat, diremas dari arah bawah keatas, pelan tapi kuat. “Uuh..ooh..”, kembali aku yang melenguh.
Bibirku kemudian diciumnya. Lidah kami bergulat dalam mulutku dan saling memilin. Setelah dia melepaskan ciumannya, aku meraba ritsluiting celananya, kuturunkan pelan2, dia melonjorkan kakinya untk mempermudah aku membuka ritsluitingnya sampe kebawah,
Segera tanganku menyusup kebalik kemejanya, mencari bagian atas cdnya, kurogoh kedalam dan kenalan ma palkonnya yang dah keras banget, ukurannya juga gede banget. “Gede banget punya om”. “Mangnya Anis blon pernah kenalan ma yang segede ini ya”.
“Iya om, punya cowok Anis rasanya dah gede tapi om punya gede banget. Anis emut ya om”. Dia menoleh kiri kanan, gak da yang memperhatikan kami, palig juga yang laen juga lagi maen film ndiri lah.
Celananya kuturnkan dikit, dia mengangkat pantatnya untuk mempermudah aku menurunkan celananya, cdnya kuturnkan, terbebaslah kontolnya yang tegak kaya tugu monas, gak cuma gede tapi juga panjang. Kepalanya kuremes sambil kukocok2, membuat dia menggelinjang.
Aku menunduk dan mulai menjilati kepala kontolnya. Tangannya segera menyamber tokedku dan diremesnya dengan gemas. Aku jadi mengulum palkonnya dengan
keras dan cepat karena rangsangan di tokedku.
“Nis udahan dong, ntar kluar disini lo”, katanya sambil menegakkan tubuhku. Dia merapikan celananya kembali dan menutup ritsluitingnya. Tapi dia mo bales aku rupanya.
Dia menurunkan ritsluiting jinsku, menurunkan dikit, aku ganti mengangkat pantatku sehingga dia mudah melolosi jinsku , cukup sampe dia bisa bebas mengexplorasi selangkanganku. Tangannya segera menusup dari bagian atas cdku, mengelus2 jembutku dan terus turun kebawah.
“Aag…esh…oom..” aku makin mengerang ketika jarinya menyusup membelah bibir memekku. Jari tengahnya tepat berada ditengah bibir memekku, bergerak keatas mencari itilku, ditekan2. “aduh…om”, kembali aku mengerang keenakan.
Memekku dah basah banget, dia terus saja mengilik2 itilku dengan penuh semangat sampe aku menggelinjang karena nikmatnya, sampe akhirnya aku mengejang sambil mengerang agak keras. Baeknya sound system di bioskop keras sehingga gak da yang dengerlah erangan nikmatku.
“udah om…Anis dah nyampe”. Dia mengeluarkan tangannya dari cdku dan aku segera merapikan jinsku. “Baru pake jari ja dah nikmat gini ya om”.
“Palagi pake sosis ya Nis”.
“Om mo diemut ampe kluar?”
“Gak ah, ntar nyari tempat aja, mana asik disini kan”.
“Mangnya om mo bawa Anis kemana?” “Ke hotel yuk, gak apa kan”. Aku cuma senyum, memeluk tangannya dan menyenderkan kepalaku di bahunya. Kami dah gak perhatiin filmnya kaya apa karena sibuk maen film ndiri.
Selesai film kami keluar gedung.
“Gak apa kan Nis kalo kita ke hotel”. aku diem aja.
“Napa Anis malu ya dibawa ke hotel”. Aku masi terdiem. ”
Ya udah ketempatku aja ya, mau kan”. Aku ngangguk kali ini.
“Mangnya om tinggal dimana”.
“Dia apartment kantor”.
“wah asik banget om, kerja dikasi fasilitas apartment”.
“Kecil kok apartmentnya, tipe studio”.
“Paan tu om”. “Ya Cuma seruangan, kaya kamar hotel aja, cuma ada kamar mandi dan dapur kecil dan tempat jemur pakean”.
Mobilnya meluncur meninggalkan mal menuju ke apartmentnta.
“besok Anis kalo gak sekolah gak apa?”
“Gak om, besok kebetulan gak da kelas, ada rapat guru katanya”.
“Wah kita bisa asik dong sampe sore lagi”.
“Mangnya om gak kerja”.
“Itu mah gampang diatur, bilang aja aku langsung ketemu klien”.
“Iya klien yang namanya Anis”. “Iya mo kerja sama ma klien yang namanya Anis buat ngeluarin”. Kami tertawa. Sampe di apartmentnya. mobil langsung meluncur ke basement, dia markir mobilnya di lot parkir yang memang disediakan untuk mobilnya.
Kami bergandengan meninggalkan mobil menuju ke lift. Dia memijit nomor lantainya dan lift bergerak keatas. Aku menggelayut di tangannya. Dalam lift cuma ada kami berdua aja. Dia kemudian memeluk aku dari belakang, tangannya menelungkup diperutku. Aku menyenderkan kepalaku di dadanya yang bidang.
Dia mencium pipiku, aku menoleh, segera dia menyambar bibirku dengan gemas. Tangannya segera menyamber tokedku dan meremasnya dengan gemas juga. Terasa kontolnya yang dah mengejang menekan pantatku, dia dah napsu sekali rupanya. Kami masi tetap saling memagut bibir, Lidah kami saling menyentuh dan membelit.
“Ting tong”, bel berbunyi, lift brenti dan pintunya terbuka, segera kami melepaskan pelukan karena didepan pintu lift berdiri 2 orang. Aku dah gak peduli dengan pandangan curiga dari kedua orang tadi, dia juga menggandeng aku keluar lift dan menuju ke apartmentnya.
“Orang tadi pasti curiga liat kita pelukan ya om, om kenal ma orang itu”.
“Di apartment gini mana saling kenal sih Nis”, seing liat sih, tapi peduli amir”.
“Kok amir om”. “Iya amat kan lagi nyuci mobil di basement”, jawabnya sambil tertawa.
Apartmentnya bener2 mini, cuma ada ruang besar yang berisi sofa besar, meja makan, credenza dengan TV plasma dan audio systemnya, lemari pakean dengan kaca rias disalah satu daun pintu seblah luarnya, lemari es, dispenser aqua dan pantri kering.
Kulihat masi ada dapur yang juga mini, kamar mandi yang lumayan besar, ada bath tub, shower, wc dan meja riasnya dan mesin cuci pakean, serta pelataran untuk menjemur. Buat ndirian si cukup banget, berdua juga masi cukup.
“Kok gak da ranjangnya om”.

“Napa, Anis dah pengen gelut di ranjang ya”, jawabnya sambil menarik dudukan sofa besarnya sehingga dalam sekejab berubah menjadi ranjang ukuran King. Dia mengambil bantal dan seprei dari lemari pakeannya dan memasangkannya di ranjang sofa tadi.
“Tuh dah siap, gelut yuk”, katanya sambil memeluk aku.
“Mo pipis dulu om”, aku melepaskan diri dari pelukannya dan menuju ke kamar mandi untuk buang hajat kecil2an. Aku skalian cuci muka, membersihkan make up tipis yang kupoleskan kewajahku selon pergi dari kos, karena gak da cleaningnya ya pake air dan sabun saja, kugosok pelan dengan tisu, agak lama jadinya. Setelah bersih, kubasuh wajahku dengan air hangat dan kukeringkan dengan handuk tang tergantung di gantungan handuk.
Ketika aku keluar dari kamar mandi kulihat si om dah berbaring di ranjang hanya mengenakan CD ketat yang secara otomatis membentuk lekukan lekukan bentuk kontolnya. Aku melirik nakal kearah selangkangannya yang sudah tegang.
“Kamu kok gak lepas pakean skalian Nis”. Aku cuma senyum ja sambil membuka kemejaku dan jinsku. Di badanku tinggal menempel bra dan cdku. “Bener kan, sexy sekali kamu Nis, padahal masi abege gini”.
“Om demen banget sih muhji, ntar pala Anis jadi gede”. “Pala kamu gak bisa jadi gede, yang ada pala aku yang dah gede dari tadi”. aku cuma tertawa memandangi gelembung besar diselangkangannya yang masih tertutup cd.
Kelihatannya dia dah greget sekali ingin cepat cepat menerkam tubuh sintalku dan menindihinya di bawah tubuhnya. Aku berjalan menghampirinya. Kutatap seonggokan batang yang tersembunyi menantang di balik Cd yang dipakainya. Dengan posisi berdiri di sisi ranjang, mulai perlahan aku menjulurkan tangan kearah gundukan besar yang tersembunyi dibalik cdnya. Kuusap usap batang kontolnya seirama.
Naik… turun… yang terkadang kuselingi dengan pijatan kecil pada kantong pelir dan usapan halus di kepala kontolnya yang udah membengkak karena tegang dan keluar dari sisi atas CD yang dia pakai itu. Hati hati aku mulai menarik ke dua sisi atas CDnya, pelan pelan hingga membebaskan kontolnya yang sedari tadi ingin keluar.
Kugenggam batang kontolnya dengan tangan kanan dan mulai kumainkan batangnya sambil menaik turunkan tangannya di barengi jilatan jilatan kecil yang menyapu permukaan kepala kontol nya yang terlihat mengkilap membengkak karena rangsangan yang kuberikan lewat jilatan lidahku.
Lama lama semakin beringas aku melahap batang kontolnya hingga masuk semuanya ke dalam mulutku. Terasa sekali ujung batang kontolnya mneyentuh hingga kerongkonganku. Terkadang kugigit kecil pada helm surganya. Akibatnya geli seperti ingin kencing.
Erangannya akhirnya keluar juga setelah sekian lama dia tahan agar dia nikmatin dulu hal yang aku lakukan terhadap kontolnya. “Nis, nikmat banget si jilatan kamu…” katanya sambil mengusap usap paha putihku hingga pangkal pahaku.
Aku melepaskan emutanku karena sepertinya dia sudah mo mlanjutkan ke tahap brikutnya. Perlahan dia kecup bibir tipisku. Dengan lembut dia mengecup bibirku, perlahan disapunya setiap detail bibirku itu, lembut, halus, seperti makanan agar agar.
Perlahan aku menurunkan CD yang tadi hanya kuturunkan sepaha. aku kembali mengusap batang kontolnya yang menegang dengan keras. tangannya mulai mengusap lembut gunung kembarku yang membusung menantang untuk diremas oleh tangan perkasa. Aku melepaskan bra sehingga tokedku sekarang bebas untuk dia explorasi.
Pentilku yang merah kecil menantang ingin sesegera di hisap dan mungkin di gigit kecil. Sesaat langsung dia tarik tubuh mungilku ke dalam pelukannya. Dengan sigap dia hisap pentilku yang menantang dan ternyata telah mengeras sedari tadi. Aku tak ingin hanya aku seorang yang merasakan kenikmatan ini.
Kusambar batang kontolnya yang tegang mengacung tegak berdiri.Kukocok berirama naik turun dengan sangat lembut. “Uuuuhh….ssshhh… Nis… uuuuuhhh. Enak banget”, erangnya menikmati kocokanku di kontolnya. Aku juga menggeliat2 karena emutan di pentilku. “Om, nikmat banget deh, padahal baru diemut pentilku”, desahku tertahan.
Sekarang posisi aku dan si om seperti 69. Bra dan cdku sudah terlepas karena ulahnya. Posisi kepalanya sekarang adalah di bawah dengan posisi aku menhadapi kontolnya. kakiku sekarang mengapit kepalanya yang sedang melahap liang memekku.
Dengan kedua tangannya dia menahan pinggangku agar posisi memekku tetap di hadapannya. Sedangkan aku mengoral batang kontolnya dengan sangat lahap. Setiap kali lidahnya menyapu itilku, maka aku pasti mengapit kepalanya dengan keras, menahan sesuatu yang ingin keluar.
Dia gak perduli dengan apa yang aku rasakan. Maka dengan brutal dia buka liang memekku dengan lidahnya dan menyelipkan diantara kedua bibir memekku yang mengapit itilku. Sesekali dia sodok sodok dengan lidahnya yang menyentuh bagian yang paling sensitif ditubuhku.
“Uuuuhhhh… om ….. Anis gak tahan… mau kencing….Oooohhh…” desahku keenakan. Dia tahu aku hampir mencapai puncak. Maka dengan gerakan yang lebih kuat dia korek liang memekku dengan lidahnya yang bermain di dalam memekku.
Mengisap itilku. Mengigit kecil dan menarik itilku dan akhirnya…..”Oom….. oooohhhh. Anis gak tahan lagiiii. Aaaaakkkkhhhh”. Desahku dibarengi dengan sekujur tubuhku mengejang. Hingga akhirnya mengalir sejumlah cairan bening di sela sela bibir memekku yang montok itu.
Dengan sigap, aku jongkok tepat diselangkangannya. Kugenggam kont0l besarnya yang sangat keras itu. Aku mulai menilati lubang kencingnya, kutiup2 lubang kencingnya, sehingga dia menggelinjang kegelian.
Jilatanku meluas kearea palkonnya, leher palkonnya yang sangat sensitif tak luput dari jilatanku, kembali dia menggeliat2 keenakan. Jilatanku terus turun ke batangnya, ke biji pelernya. Biji pelernya kuisep pelan2 karena daerah itu sangat lemah sehingga kalo diemut keras2 akan terasa sakit, gak hanya ngilu.
Kuangkat biji pelernya keatas, jilatanku terus turun kebawah. Dia mengangkat kakinya keatas sehingga aku bisa menjilati daerah sensitif lainnya di kont0l lelaki adalah di lipatan antara dasar biji peler dan lobang pantatnya.
Daerah itu sangat sensitif, tidak hanya kujilat tapi kuemut pelan. Dia mengerang keenakan, “Nis, kamu pinter amir bikin aku keenakan, latihan ma cowok kamu terus ya Nis”. “He eh”, aku hanya bisa menggumanm karena aku sibuk menjilat dan mengemut daerah sensitif dibawah biji pelernya itu.
Kurasa cukup, kembali aku mengemut pelan biji pelernya, jilatannya naek ke batangnya dan berakhir lagi di lubang kencingnya, kukilik2 terus dengan ujunga lidahku. “Nis, emut kontolku dong”, pintanya. aku turuti permintaannya, kujilati palkonnya yang sudah membengkak itu, trus kumasukan palkonnya kedalam mulutku sembari lidahku terus saja menyerang lubang kencingnya.
Kuemut rada kuat palkonnya, pelan kukeluarkan dari mulutku dan langsung kumasukan lagi, berulang aku melakukannya, kuemut dengan keras sambil kukeluarkan, trus kumasukkan lagi. Dia makin menggeliat2 keenakan, “Nis, nikmat banget sepongan kamu”.
Pelan2 kuperdalam kontolnya masuk ke mulutku, karena panjangnya setengah saja sudah membuat tenggorokanku ke sodok2, sehingga aku pengen muntah, makanya kumasukan kedalam mulutku sampe batas aku nyaman saja.
Mulai kuemut keras sambil kukeluarkan dari mulut, kemudian aku masukan lagi kedalam mulutku sampe kebatas kenyamananku. Aku menandai batas itu dengan menggenggam kontolnya. Berulang kali kulakukan emutan seperti itu, dia menjambak rambutku sembari membantu menekan kepalaku agar makin cepat mengeluar masukkan kontolnya dalam mulutku.
Kemudian aku mengganti dengan mengocok kontolnya. Pangkal kontolnya kupijit dengan tangan kiri sedang tangan kanan mengocok kontolnya turun naek, keras banget kerasnya ngacengnya kontolnya.
Dia gak mau nganggur, dengan tangan sebelah kiri dia remas toketku.
“Trus Nis, kocok terus. skali2 diisep lagi Nis, Jilat…. enak…sshh…. sempit banget mulut kamu Nis…sssshhhhh”. Dia minta aku untuk makin meningkatan kegiatanku, kocokan tangan diselingi emutan mulut.
Akhirnya dia gak bisa menahan rangsangan yang ditimbulkan akibat kocokan dan emutanku yang dahsyat (bukan dahsyatnya stasiun tv lo) dan…Crooot…. crooot….muntah juga lahar panas berwarna putih memenuhi rongga mulutku.
Aku berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan mulut dari bekas muntahan pejunya yang hampir memenuhi seluruh ruang didalam mulutku. Entah setan apa yang datang. Ketika melihat aku yang sedang menungging membersihkan mulut, napsunya kembali bergejolak ketika melihat lipatan daging yang terhimpit antara pahaku yang montok putih merangsang.
Sekejap langsung dia jongkok di belakangku tepat di bawah pantatku yang bulat itu. kemudian mulai menjilat liang memekku yang tadi mengodanya untuk kembali dijamah lagi.
“Om, Anis kan lagi bersihin mulut nih… ssssshhhh….nanti dulu dong. Uuuuuhhh….” ujarku yang masih dengan posisi menungging membelakangi dia. Tanpa menghiraukan aku berkata apa dia terus menjilati liang memekku.
“Nis aku masukin kontolku ke mem3k kamu dari belakang ya”, pintanya dengan mengambil posisi doggie style. Gak da matinya ni orang, baru ja ngecret dimulutku dah ngaceng lagi karena ngejilatin memekku. Dia suruh aku memegang wastafel di hadapanku dan merenggangkan kedua kakiku agak lebar.
Dengan tangan sebelah kanan mengenggam batang kontolnya, dia mengesek gesekkan palkonnya pada bibir memekku. perlahan lahan dengan dibantu cairan yang keluar dari sela sela memekku, kontolnya mulai menerobos masuk. Pelan dia mendorong kontolnya hingga membuat kedua bibir memekku ikut tertekan kedalam.
Terasa sekali ketika benda tumpul berurat hendak memaksa masuk kedalam liang memekku yang baru pertama kali kenalan dengan kont0l extra large seperti si om punya. Dengan susah payah, akhirnya palkonnya berhasil masuk. Perlahan dia tekan kembali dengan sedikit keras dan tangan kirinya memeras toketku yang putih serta pentilku yang mengeras meruncing ke depan.
“Tahan ya Nis… ini hanya pertamanya saja seret. Nanti setelah kontolku masuk ke dalam mem3k kamu kamu akan ngerasain kenikmatan yang belon pernah kamu dapet dari cowok kamu”. Aku tak menjawab, hanya menganggukkan kepala dan sesekali menatap ke arahnya yang sekarang akan mengentotin aku lebih lanjut.
Kontolnya menyelinap makin dalam, memekku menganga selebar mungkin supaya dapat menelan kontol besarnya yang mengisi seluruh relung memekku sampe rasanya gak da lagi tempat yang tersisa, penuh banget rasanya memekku keisi kontol besarnya.
Pelan pelan dia tarik batang kontolnya hanya menyisakan setengahnya di dalam dan kembali menekan batang kontolnya masuk kedalam lagi. Dia lakukan berkali kali biar memekku akhirnya bisa menyesuai benda asing yang menganjal di tengah tengah rongga sempit itu. selama 3 menit lebih dia lakukan pengadaptasian di memekku Rini.
Aku mulai mendesah, rasa nikmat mulai menderaku ketika pelan dia mulai mengeluark-masukkan kontolnya di memekku. “Gimana Nis?” “Nikmat om, agak lebih cepat dan agak keras dong tekannya. Enak… sekarang enak sekali om”.
Dia mempercepat sodokan kontolnya ke dalam memekku, yang seirama dengan goyanganku yang mendorong pantatku yang putih bulat itu ke belakang. Sodokan demi sodokan dia pompa terus menerus ke memekku. terasa sekali batang kontolnya menggesek dinding dalam memekku, jelas menimbulkan rasa ngilu yang begitu amat sangat nikmatnya. Semakin lama dia percepat irama pompaan kontolnya yang diiringi desahan hausku, “uuuuhhh…. ssshhhh…. om. Lagi om. Lebih keras,” pintaku.
Mungkin karena merasa terkuras tenaganya, akhirnya dia minta aku untuk mengubah posisi ngentotnya. Dia gendong aku merapat ke dinding. kedua tanganku melingkar di lehernya. Kedua kakiku melingkar dipinggangnya seperti anak kecil yang sedang ingin memanjat pohon.
Dengan cepat aku meraih batang kontolnya dan menusukkan kembali ke dalam liang memekku. Aku tak mau sampai kenikmatan yang tadi aku rasakan terputus sebelum aku mencapai puncak kenikmatannya yang selanjutnya. Dengan gaya mengendong aku, dia berjalan menuju ke dalam kamar.
Dia merebahkan tubuh mungilku yang mengiurkan itu di atas ranjang. Dia berusaha untuk tidak merubah posisi keberadaan kontolnya yang sudah menancap didalam memekku. Dia mengangkat kedua kakiku dan menaruhkannya di atas bahunya, membuat dia lebih leluasa mengeluar-masukkan kontolnya dalam memekku.
“Eeehhhhmmm… eeehhhhmm…. enak gak Nis kalau aku sodok memek kamu kayak gini”, tanyanya, sementara aku dalam posisi setengah tertindih oleh badannya. aku hanya menatapnya yang sedang memompa memekku sambil mengigit tipis bibir bawahku yang mungil.
Aku menganggukkan kepala dan mengusap usapkan kedua tanganku pada dadanya yang bidang. ekspresi mukaku yang menunjukkan aku sedang kenikmatan membuat dia makin terangsang banget. Saat dia hentakin dengan keras batang kontolnya ke dalam liang memekku, bibir mungilku membuka sedikit. “Nis… mem3k kamu memang sungguh nikmat sekali”. Aku menatap dia yang masih terus memompa memekku dengan cepat.
Selang beberapa menit aku meminta agar merubah posisi ngent0t menjadi women on top. Alasanku supaya aku lebih menikmati bila liang memekku ditikam oleh kontolnya dari bawah. Sensasi yang aku rasakan lebih nikmat dibandingkan dengan gaya sebelumnya.
Perlahan dia merubah posisi kembali. Namun kali ini terpaksa harus mencabut terlebih dahulu kontolnya yang sudah tertancap di memekku. Dengan berirama aku mengoyangkan pantatku yang bulat indah itu maju mundur, layaknya seseorang yang sedang naik kuda pacuan. Terasa sekali kontolnya mengaduk seluruh liang memekku.
Terkadang gerakanku maju mundur, terkadang berputar putar seperti goyangan Inul daratista yang sedang goyang ngebor.
“Nis…. nikmat banget. Trusss Nis. Jangan berhenti.” Terasa kontolnya makin membengkak, pertanda sebentar lagi dia akan ngecret lagi.
“Gila enak banget, mem3k kamu Nis, Uuuuhhh… trus… Nis”.
“Om, Anis mau…. mmmmauu…. sssssshhh…. ooom…. oooooohhh…. kkllluar”, desahku ngasi tau dia kalo aku juga mo klimax.
“Nis… tahan sebentar lagi… seddiiikkit lagi. Kita keluarin sama samma yah….uuuhh.” Semakin kencang aku ngegoyang pantatku. Dan akhirnya….”Aaakkkhhh….. ooom”, teriakku sambil merebahkan tubuhku yang lemas terkuras di atas tubuhnya dengan posisi batang kontolnya yang masih menancap didalam memekku.
Karena aku tak mampu menahan dorongan napsuku akhirnya aku mencapai puncaknya terlebih dahulu. Dengan kencang dia hujam kontolnya semakin cepat ke dalam memekku. Tanpa memperdulikan tubuhku yang sudah terbujur lemas di atas badannya, sampai akhirnya,
Crooot…. Croot, pejunya muncrat semuanya didalam memekku. Hebatnya walaupun tadi dah ngecret dimulutku, kali ini tetep ja pejunya banyak ngecretnya hingga tak tertempung di memekku. Pejunya mengalir melalui sela sela bibir memekku yang montok itu.
Tanpa mencabut kontolnya yang masih menancap di memekku, aku merebahkan badanku yang lemas terkuras karena pertempuran yang membawa kenikmatan ini diatas badannya.
“Om, nikmat banget deh dientot ma om”.
“Kamu suka kontolku Nis”.
“Bangetz”.
“jadi boleh dong sering2 aku ngentotin kamu”.
“Bangetz om, kontak Anis ja om kalo om pengen ngentotin Anis lagi”. Kami melakukannnya berkali2 sampe waktu cek out besoknya, sungguh nikmat dientot ma om yang perkasa gitu walaupun aku jadinya lemes buanget.